9
Suasana makan malam di rumah Rumi kali ini ada yang berbeda. Kalau biasanya hanya ada Abi, Ummi, Rumi dan si bungsu Azhri, maka kali ini bertambah Rama yang ikut bergabung dalam keluarga ini.
Tadi, setelah perdebatan batin, akhirnya Rama menuruti ucapan sang bunda untuk datang ke rumah si tetangga. Berbekal dua porsi martabak telur ternama yang dirinya pesan melalui aplikasi online, Rama beranikan diri mengetuk pintu di depannya.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam, eh Nak Rama. Ayo masuk, Ummi sudah nungguin kamu di dalam." Abi yang membuka pintu langsung mempersilahkan Rama masuk.
"Ram, ayo duduk dulu. Ummi kira kamu nggak mau ke sini, soalnya kata bundamu kamu selalu ada aja alasan kalau disuruh ke rumah Ummi," sapa ummi sambil menyiapkan makan malam di meja.
"Ini Ummi, semoga semua suka." Rama hanya tertawa sembari meletakkan bawaannya ke meja dapur.
"Halah, kamu ini malah repot-repot segala. Kamu mau main ke sini aja Ummi sudah seneng," jawab ummi Rumi dengan tangan kanannya menepuk lembut bahu Rama.
"Rama bukannya banyak alasan Ummi, tapi memang pas waktu itu lagi sibuk ngerjain skripsi di kampus. Alhamdulillah sudah selesai ini. Sekarang kalau lagi pulang ke rumah, nanti Rama sering main ke sini deh. Itupun kalau Ummi sama Abi nggak keberatan," ucap Rama duduk bergabung di antara Azhri dan Rumi, karena hanya di sana tempat yang belum terisi.
"Mana ada kami keberatan, kan mas Rama gak minta gendong," sahut Azhri yang sedari tadi mengamati interaksi Rama dengan kedua orang tuanya hingga membuat yang lain tertawa mendengar celetukan Azhri.
"Garing kamu, Zhri." Rumi yang sedari tadi menjadi pendengar pun, seketika memukul pelan lengan Azhri yang duduk di sebelahnya.
"Apa deh kak. Orang yang lain aja pada ketawa. Wleee," balas Azhri dengan menjulurkan lidah mengejek Rumi.
"Sudah-sudah. Sekarang makan dulu, keburu dingin nanti makanannya." Abi menyudahi sebelum terjadi adu mulut antara kakak dan adik di meja makan.
***
Setelah makan malam selesai, mereka berkumpul di ruang keluarga terlebih dahulu, sementara Azhri memilih langsung masuk ke kamar untuk belajar.
"Gimana kerjaan kamu, Rama? Betah di sana?" Abi membuka percakapan.
"Alhamdulillah lancar, Bi. Doakan ya Bi, semoga Rama betah dan bisa maksimal di sana nanti."
"Kamu jaga diri baik-baik di sana, Le. Siapa tau malah sekalian ketemu jodoh juga kan nanti," sahut Ummi sambil meletakkan teh hangat untuk teman ngobrol.
"Ummi bisa aja. Rama belum kepikiran ke arah sana," jawab Rama disertai kekehan namun pria itu mencuri pandang melirik ke arah Rumi. Tak ada ekspresi apa pun yang dapat ia lihat dari Rumi karena gadis itu kini fokus pada buku yang dibacanya.
Tiba-tiba dari arah kamar, terdengar ponsel Rumi berdering. Rumi seketika menutup bukunya dan langsung pamit ke kamar untuk menjawab telepon. Tanpa sadar arah pandang Rama mengikuti kemana tubuh Rumi bergerak, hingga tepukan abi menyadarkannya.
"Kenapa Ram?"
"Eh, enggak apa-apa Bi." Rama tersenyum canggung.
"Kamu tertarik sama Rumi?"
"Uhuk!" Rama yang hendak menyeruput tehnya seketika tersedak mendengar celetukan Abi.
"Pelan-pelan, Ram. Enggak usah grogi gitu," kelakar Abi disertai kekehan. Niat Abi hanya menggoda Rama, namun melihat reaksi pria itu, sepertinya ia mulai mengerti keadaanya.
***
Sesampainya di kamar, Rumi bergegas ke arah meja belajar dimana ponselnya berada. Begitu melihat layar ponsel tersebut menampilkan siapa yang menelpon, dahinya sedikit berkerut. Dengan ragu dia menekan tombol hijau.
"Hallo... "
.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top