7
Duduk menyendiri di pojok taman yang berada di tengah perpustakaan universitas, tempat ternyaman bagi Rumi untuk menghabiskan waktu sebelum kuliah berikutnya dimulai pada semester ini.
"Hai, apa kabar?" sapa seorang pemuda yang tiba-tiba duduk di depannya.
Rumi yang semula fokus dengan bacaannya seketika mendongak, melihat kepada orang yang duduk di depannya dengan dahi mengernyit dan sebelah alis terangkat.
"Saya? situ sehat? nggak salah orang?" tanya Rumi kembali fokus pada buku yang dibacanya karena merasa tak mengenalinseseorang yang baru saja bicara padanya.
Rumi memang terlihat seperti bukan tipe perempuan ramah saat pertama kali bertemu dengan orang yang tak ia kenal. Gadis itu hanya akan bicara seperlunya, itupun jika ada hal yang penting saja.
"Kamu Rumi, Danisha Arrumi kan? kamu beneran nggak ingat siapa aku?" tanya pemuda itu masih tak percaya di tempatnya duduk.
"Maaf, saya nggak ingat," jawab Rumi tanpa sedikitpun mengubah arah pandangnya dari buku yang ia baca.
"Nendra, Ganendra Mahardika. Temen SMP dulu di Jaya Kusuma, tapi sekelasnya cuma waktu kelompok tambahan aja sih, itupun pas kelas 2," jelas Nendra seraya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Melihat reaksi Rumi, ia jadi tidak yakin jika gadis itu masih mengingatnya sebagai teman sekolah.
Rumi kembali mengingat wajah teman-temannya semasa SMP dulu. Namun, ingatannya tidak memunculkan nama serta wajah Nendra sama sekali.
"Mmm, Maaf. Tapi saya benar nggak ingat siapa kamu. Mungkin kamu salah orang," balas Rumi sambil mengendikkan bahu dan kembali menunduk.
"Kalau kejadian di toilet tempo hari? Inget donk pastinya?" Nendra terpaksa mengingatkan kejadian memalukan yang pernah Rumi alami.
Hingga beberapa saat tidak ada respon dari Rumi. Namun sejurus kemudian, tiba-tiba Rumi mendongak dan membulatkan matanya ketika dia mengingat sesuatu hingga Nendra yang ingin berucap sempat kaget dibuatnya.
"Kamu?" Rumi menunjuk pada Nendra dengan wajah memerah antara menahan malu dan marah.
Nendra pun tersenyum saat Rumi justru mengingat peristiwa itu. Hatinya sedikit merasa bersalah, namun jika hal itu bisa membuatnya dekat dengan Rumi, Nendra akan meminta maaf nanti.
"Mau kamu apa sih sebenernya?" tanya Rumi mulai tak sabar.
"Aku kira kamu ingat aku, apalagi kita udah dua kali nggak sengaja ketemu," ucap Nendra pura-pura terlihat kecewa.
"Dua kali?" Rumi mengerutkan dahinya tak mengerti karena seingatnya dia baru bertemu Nendra hanya sewaktu kejadian memalukan di toilet.
"Iya. Dua kali." Nendra mengangkat dua jarinya membentuk huruf V sejajar dengan pundaknya.
"Pertama waktu aku nggak sengaja nabrak kamu di lorong gedung. Yang kedua, ya, seperti yang kamu ingat dimana kita bertemu," lanjut Nendra dengan mengedipkan sebelah mata.
"Owh, Maaf. Tapi aku benar-benar nggak ingat kamu," ucap Rumi tidak enak hati, meninggalkan sebutan formalnya.
"Tidak apa-apa. Nanti bisa kamu lihat di buku kenangan alumni kalau kamu masih ragu. Ngomong-ngomong kita satu gedung perkuliahan. Aku beberapa kali lihat kamu. Tapi sebelum aku nyapa, kamu udah pergi duluan."
"Benarkah? Aku kurang memperhatikan orang-orang ketika di luar kelas," jawab Rumi sambil membereskan barangnya ke dalam tas.
"Kamu masih ada jam kuliah?" tanya Nendra karena mengamati aktifitas Rumi.
"Iya. Aku pergi dulu." Rumi berdiri dan bergegas keluar dari perpustakaan tanpa menghiraukan Nendra yang tak melepaskan pandangan darinya.
Nendra tersenyum melihat Rumi yang semakin menjauh dan hilang di antara rak-rak buku perpustakaan.
"Kamu benar-benar masih sama, Rum. Tapi entah kenapa aku suka." batin Nendra.
...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top