5
Rumi sedikit berlari mengingat letak toilet ada di ujung lorong gedung tersebut. Begitu menemukan toilet yang dituju, Rumi segera masuk tanpa menghiraukan apa pun lagi.
Setelah selesai, betapa terkejutnya ketika ia membuka pintu, yang nampak malah sebuah punggung seorang laki-laki telah berdiri membelakanginya.
Kenapa bisa ada laki-laki dalam toilet cewek? batin Rumi bertanya.
"Permisi Mas, maaf saya mau lewat. Bisa minggir sebentar?" Rumi berusaha bicara dengan sopan.
Pemuda yang berdiri di depan pintu sontak berbalik ketika mendengar suara perempuan di belakangnya.
"Apa yang kamu lakuin di sini?" Pemuda itu menanyakan keberadaan Rumi dengan raut wajah terkejut. Matanya memindai penampilan Rumi dari atas ke bawah tanpa sedikitpun menggeser tubuhnya.
"Lhah. Ya jelas karena perlu ke toilet. Harusnya saya yang tanya ke Masnya, kenapa bisa ada di toilet cewek? Mau ngintip ya?" jawab Rumi dengan sebelah alis yang terangkat.
Mendengar jawaban Rumi, tak ayal malah membuat pemuda itu tertawa.
"Dasar ceroboh, harusnya kamu lihat-lihat dulu sebelum masuk toilet. Coba kamu lihat ke sana? Kamu tahu artinya kan? " Tunjuk pemuda tersebut pada tanda yang menempel pada pintu toilet.
Mengikuti arah tunjuk pemuda tersebut, antara shock dan malu tanpa sadar wajah Rumi memerah. Berusaha tenang, dia kembali melihat pemuda tersebut. Rumi ingat sekarang, karena terburu-buru dia lupa memperhatikan tanda pada pintu masuk.
"Sudah paham kenapa aku ada di sini? Sekarang, lebih baik kamu cepet keluar sebelum ada orang lain atau satpam yang melihat kita berdua di sini," perintah pemuda itu.
"Maaf." Rumi menunduk dan bergegas menuju pintu keluar yang terletak di belakang laki-laki tersebut tanpa menghiraukan pundaknya yang menabrak badan pria itu.
Pemuda itu hanya mengikuti arah langkah Rumi dari tempatnya berdiri serta menahan tawa melihat tingkah Rumi yang menurutnya konyol.
"Ternyata kamu masih belum ngenalin aku, meski sudah dua kali kita nggak sengaja ketemu di gedung ini. Apa delapan tahun itu terlalu lama sampe buat kamu lupa sama aku," gumam pemuda itu masih menatap pintu ketika Rumi keluar menjauh darinya.
---
Sementara itu, di lobby gedung.
"Lhoh. Kok ada Damar? " Rumi yang baru saja menghampiri Dean langsung menunjuk ke arah Damar.
"Iya, Rum. Aku mau jemput Dean. Dari tadi aku chat, dia gak bales. Makanya langsung nyusul ke sini. Ternyata hp nya lowbat. Iyakan Sayang?" ucap Damar sambil melihat ke arah Dean, yang dilihat hanya menganggukkan kepala cuek.
"Rum, sorry ya. Aku nggak tau kalo Damar bisa jemput. Kamu pulang sendiri nggak apa-apa kan?" tanya Dean yang tidak enak dengan Rumi. Pasalnya, sebelum memutuskan untuk pulang bersama Rumi, Dean sudah lebih dulu menghubungi sang kekasih untuk minta jemput namun tak ada balasan yang ia dapat.
"Santailah. Aku itu cewek single, sudah terlatih kemana-mana sendiri. Cuma pulang ke rumah ini. Udah sana pulang, jangan mampir-mampir, ntar lupa pulang," jawab Rumi yang disertai cengiran.
"Aku sama Damar pulang duluan kalau gitu ya Rum? Kamu hati-hati di jalan. Kalau ketemu Mas-Mas kece jangan lupa ajakin kenalan," balas Dean sambil memeluk lengan Damar.
"Wis kono ndang muleh (Udah sana buruan pulang) . Mumet (pusing) aku lama-lama ngladeni omonganmu," usir Rumi sambil mengibaskan tangannya.
Setelah Dean pergi, Rumi bergegas menuju parkiran untuk segera pulang. saat berjalan menuju tempat motornya terparkir, membuat Rumi mengingat perkataan dan kelakuan sahabat-sahabatnya yang sudah mulai mengenal pacaran. Sebenarnya batin Rumi mulai terusik, akan tetapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya di depan mereka.
Tuhan, boleh nggak sih kalau aku minta cepet-cepet ketemu jodoh aja? Enggak usah banyak-banyak kok, satu aja yang baik. Semoga jodohku segera datang. Aku nggak mau punya pacar karena aku nggak ingin melewati batas yang akan ngecewain ummi sama abi yang selama ini mempercayaiku, batin Rumi mulai meminta.
Rumi bahkan tak pernah tau, jika akan ada kejutan yang telah menanti dalam hidupnya.
...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top