4

Kantin fakultas hari ini lumayan sepi dibanding hari biasanya.  Hal ini karena ujian akhir semester genap sudah dimulai. Banyak mahasiswa memilih menghabiskan waktu untuk belajar di perpustakaan atau langsung pulang setelah ujian hari itu berakhir. Tapi berbeda dengan Rumi dan para sahabatnya yang masih setia duduk lesehan di salah satu sudut kantin.

"Akhirnya ujian hari ini kelar juga ya.  Kepalaku pusing ngerjain ujian perpajakan tadi," ujar Malia meletakkan asal ponselnya seraya menyenderkan badan pada tembok.

"Yo cetho (Ya jelas) pusing, ujian bukannya belajar malah jalan terus sama Septian," sahut Nara lalu menyeruput es jeruknya yang masih tersisa setengah. 

"Halah, koyo (kayak) kamu belajar aja, Ra. Kemarin malam siapa tuh yang duduk berduaan di pojok kafe Mentari?" sindir Dean sambil menyenggol lengan Jani yang sedari tadi duduk diam di sebelahnya seraya menaikturunkan alisnya.

"Uhuuuk." Nara yang sedang minum seketika tersedak mendengar perkataan Dean. 

"Pelan-pelan minumnya, Ra." Rumi menegur Nara dan hanya dibalas dengan cengiran.

"Emangnya tau dari mana? Apa jangan-jangan semalem kamu juga ke Mentari? Halah, sendirinya juga bukannya belajar malah pacaran terus sama Damar." Rumi yang sedari tadi diam mendengarkan sembari menikmati semangkok soto ayamnya, mulai menoleh serta menyahuti ucapan Dean. 

"Aku nggak cuma berdua yaa, kesana tuh berempat. Jani sama Andra juga ada tuh," kilah Dean sambil mengendikkan kepala ke arah Renjani. 

"Kalian ini, pacaran terus. Kuliah yang bener biar cepet lulus, trus cepet pada nikah sana." Rumi berkomentar kemudian meneruskan makan yang tinggal sedikit. 

Keempat sahabatnya hanya tertawa mendengar perkataan Rumi. Mereka sudah paham jika Rumi berbicara seperti itu karena sayang pada mereka.

"Rum, kamu nggak ada minat gitu buat pacaran, yah paling nggak deket sama cowok dulu gitu?" tanya Jani yang entah membuat suasana santai mendadak jadi serius. 

Rumi hanya melihat sekilas lada Jani kemudian mengendikkan bahu untuk menjawab pertanyaan Renjani.

"Sama kakakku aja gimana Rum?  Mas Rian kayaknya suka sama kamu.  Berapa hari nanyain kamu terus dia," tanya Nara antusias. 

"Nanyain itu bukan berarti suka, Ra.  Dia nanyain karena mungkin udah lama aku nggak main ke rumahmu. Biasanya kan hampir tiap hari main." Rumi menepuk pelan kepala Nara yang berada di dekatnya.

"Tapi, sepertinya mas Rian beneran tertarik sama kamu, Rum. Tiap kita ke rumah Nara, aku beberapa kali perhatiin mas Rian suka curi-curi pandang ke kamu," sahut Malia yang baru saja selesai berbalas pesan entah dengan siapa. 

"Udah ah, gak usah dibahas lagi.  Pulang yuk, udah sore nih." Rumi berdiri kemudian menatap Dean sambil bertanya "De, kamu mau pulang bareng aku, apa mau sama mereka?"

"Bareng kamu, Rum.  Yuk!" Dean berdiri kemudian menarik tangan Rumi menuju parkiran.

Saat mereka berdua berada di lorong tak jauh dari parkiran,
Rumi tiba-tiba saja berhenti untuk pamit ke toilet.

"De, aku ke toilet dulu bentar ya? Kamu duduk di lobi gedung B aja.  Nanti aku samperin kamu. Kebelet nih," pinta Rumi kemudian berbalik cepat meninggalkan Dean sendiri.

Saat menuju toilet entah kenapa perasaan Rumi sedikit gelisah, namun ia berusaha menampik perasaan aneh dalam dirinya dengan berpikir jika yang ia rasa hanya karena ia terlambat pulang ke rumah hari ini.

......

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top