12
Hari sabtu merupakan waktu yang sempurna untuk para mahasiswa memanjakan diri setelah berkutat dengan banyaknya tugas dan padatnya kegiatan. Tidak seperti teman-temannya yang lain, sabtu ini digunakan Rumi untuk membantu ummi merawat kebun mini di depan rumah.
"Assalamu'alaikum."
Rumi sedikit terjingkat ketika tiba-tiba terdengar salam dari sebelahnya.
"Astaghfirullah!"
Rumi Sedikit terjingkat bahkan hampir terjengkang ke belakang karena kaget.
Karena terlalu asyik menanam bibit cabai dalam pot, dia tidak menyadari bahwa sedari tadi seseorang yang sudah berjongkok memperhatikan Rumi di sebelahnya.
Mencoba berdiri, dia melihat pada si tamu tak diundang yang juga ikut berdiri, nampak seorang pria yang memiliki postur tinggi, berkulit bersih dan berlesung pipi.
"Mas Rama! Dateng tuh kira-kira dong. Ngagetin aja. Untung jantungku nggak lompat," dumel Rumi ketika tahu yang datang adalah anak tetangga samping rumah.
"Orang salam itu dijawab, Rum. Bukan malah ngomel." Rama tanpa sadar tersenyum manis dengan sebelah tangannya mengusap kepala Rumi.
"Waalaikumussalam. Ih, mas Rama apaan deh tangannya." Rumi berusaha menepis tangan Rama. Ia tidak suka jika berdekatan dengan Rama terlebih dengan adanya kontak fisik, jantungnya sangat tidak aman sekarang.
Rama hanya tertawa melihat tingkah Rumi seraya menarik kembali tangannya.
"Ya, kan kali aja besok bisa ngusap-usap tiap hari, Rum," celetuk Rama sambil melangkah ke arah pintu rumah.
"Mas Rama ngapain kesini?" tanya Rumi penasaran dari tempatnya berdiri, pasalnya tetangganya ini tidak pernah berkunjung selain saat makan malam tempo hari.
"Kemarin aku sudah chat kamu, tapi nggak dibales, padahal lama loh nunggu balesannya, nih! " jawab Rama kemudian menunjukkan oleh-oleh yang sedari tadi ia tenteng pada Rumi.
"Oh, makasih, Mas. Ayo masuk. Duduk dulu. Rumi panggilin abi sama ummi ya. Mas Rama mau ketemu mereka kan?" Rumi berjalan menghampiri Rama, menerima bungkusan serta berjalan mempersilahkan Rama masuk untuk duduk.
"Iya, kalau kamu udah setuju." Jawaban Rama membuat Rumi berhenti dan mengerutkan kening tanda tak mengerti.
Kenapa ini orang mendadak jadi orang yang gak nyambung gini sih? Ngomong apa jawabnya apa, batin Rumi.
"Setuju masalah apa ya Mas?" Rumi memilih membalikkan badan menghadap Rama.
"Mmm, sebenernya..."
"Eh, Ada Rama ternyata. Abi kira siapa yang dateng pagi-pagi gini. Kapan sampai kamu, Ram?" sela Abi dari yang muncul dari arah kamar kemudian duduk di kursi depan Rama.
Sebebarnya selesai salat dhuha Abi hendak mengerjakan pekerjaan yang belum selesai, namun mendengar suara sang puteri yang seperti berbicara dengan orang lain membuatnya penasaran tentang siapa yang tengah bicara dengan Rumi.
"Abi, Rama baru tadi shubuh sampai, Bi, terus mampir ke sini," jawab Rama kemudian menyalami Abi serta mencium punggung tangan pria paruh baya itu.
"Rum, iki Rama bikinin minum, kok malah diem di situ aja," perintah Abi menoleh pada Rumi yang masih berdiri.
"Sebentar, Bi." Bergegas Rumi berbalik menuju dapur.
"Tuh orang kenapa sih? Aneh banget. Kemarin nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba kirim chat. Sekarang tiba-tiba nongol di sini, mana pasang wajah serius gitu." Batin Rumi.
....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top