Wisnu


Mundurnya Rafka, kuterima sebagai takdir Allah. Dia bukanlah jodoh untukku. Aku yakin di luar sana ada lelaki baik yang ditakdirkan Allah untukku.

Aku kembali menekuni aktivitasku menjadi pengajar di salah satu sekolah dasar Islam di Jakarta. Keceriaan anak-anak adalah penyemangatku dalam  menghadapi hari-hari.

Sekolah tempatku mengajar selain memiliki unit sekolah dasar juga memiliki taman kanak-kanak. Kedua unit ini memang berbeda gedung tapi masih dalam satu lingkungan.

Setelah shalat dzuhur dan makan siang,  dari ruang guru aku beranjak menuju ruang kelas tempat aku mengajar. Di perjalanan 2 anak kembar menghadangku. Keduanya berlarian mengelilingiku.

"Jaga! Yudha jaga!" ucap Wira setelah menepuk tangan Yudha.

"Jaga! Wila jaga!" kata Yudha setelah membalas tepukan kembarannya.

Keduanya saling mengejar sambil memutariku.

"Aduh miss jadi pusing nih." ucapku sambil memegang anak yang bernama Wira.

"Miss pusing?"

"Iya, kalian muter-muter."

"Miss minum obat kalo pusing!"  ucap Yudha sambil bergerak ke depanku.

"Miss gak panas." Wira menempelkan telapak tangannya di kepalaku.

"Miss emang gak sakit. Kalian siswa TK ya?" Aku berjongkok di hadapan keduanya.

"Iya." Jawab keduanya berbarengan.

"Lucu banget si kalian. Miss gemes." Aku mengacak rambut keduanya.

"Lambutku jadi acak-acakan miss."

"Lambut Yudha juga."

"Sini miss rapikan lagi." Aku merapikan rambut mereka dengan jari-jariku.

"Kalian kenapa belum pulang?"

"Belum dijemput."

"Mungkin sudah dijemput tapi kalian malah main ke SD, yang jemput pasti nyariin."

"Om Wisnu jago main petak umpet pasti ketemu."

"Owh, yang jemput kalian itu om Wisnu? "

"Iya."

"Miss anter kalian ke bagian penjemputan yuk, siapa tahu om Wisnu menunggu di sana."

"Wila masih mau maen miss."

"Yudha juga."

"Kalo kalian ketemu om Wisnu kalian bisa ajak om Wisnu main nanti lebih seru."

"Ah iya, om Wisnu jago main apa aja."

"Iya. Ayo Yudha kita ke om Wisnu. "

"Good, yuk miss anter!"

Aku berjalan sambil menuntun kedua anak kembar ini. Mereka benar-benar lucu. Kalau Allah berkehendak aku juga ingin punya anak-anak seperti mereka.

Sampai di dekat area penjemputan kedua anak kembar itu melepas tangannya lalu berlari menuju seorang pria yang sedang berdiri sambil melihat ke berbagai arah dan berbicara lewat gawainya.

"Om Wisnu!" Kedua anak itu berlari menuju seorang pria dengan pakaian kantoran. Kemeja putih slim fit dan celana panjang berwarna biru tua.

Pria yang dipanggil om Wisnu itu memeluk si kembar. Sepertinya hubungan mereka amat dekat.

"Om cari kalian, sampe minta tolong OB sekolah."

"Maaf pak, tadi kedua anak ini mampir ke gedung SD."

"Kalian, maen ke SD? Pantes dicari di TK gak ada."

"Om lama si datengnya."

"Maaf om tadi ada meeting dulu."

Aku suka sekali melihat interaksi mereka. Walau pria itu hanya sebagai paman tapi begitu dekat seperti pada ayah mereka sendiri.

"Terima kasih miss..."

"Jelita, saya miss Jelita."

"Nama yang bagus." ucap Wisnu disertai senyuman.

Senyuman yang sesaat itu seperti menyihirku. Pria bernama Wisnu ini berbahaya untuk kesehatan hatiku. Astagfirullah.

"Boys, salim sama miss Jelita! Kita pulang." Perintahnya pada si kembar yang lamgsung dituruti.

"Sekali lagi terima kasih miss Jelita atas perhatiannya pada kedua keponakan saya. Kami pamit. Assalamualaikum. "

"Waalaikum salam."

Aku memperhatikan mereka menuju parkiran dan membalas lambaian tangan si kembar. Lalu kembali ke kelas.

Sore setelah aku selesai mengajar, aku pulang dengan mengendarai motorku.  Sampai di sebuah pusat perbelanjaan aku berbelok untuk membeli beberapa kebutuhan pribadi.

Setelah semua kebutuhanku terpenuhi aku kembali melajukan motorku. Matahari mulai terbenam.

Dari kejauhan terlihat orang berkerumun.  Aku menghentikan motorku untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata ada korban tabrak lari yang tergeletak di pinggir jalan. Orang-orang hanya berkerumun tidak ada yang menolong.

"Pak ini harus segera dibawa ke rumah sakit." tanyaku pada seorang bapak yang posisinya sangat dekat dengan korban.

"Takut berurusan sama polisi saya mba."

Aku berjalan ke tengah lalu berdiri sambil melambaikan tangan menghentikan mobil yang melintas.

Sebuah mobil melintas berhenti. Aku segera menuju ke pintu pengemudi dan mengetuk kaca jendelanya berkali-kali.

"Pak, tolong bantu korban kecelakaan. Tolong bantu bawa ke rumah sakit!" Kaca hitamnya membuatku tak mampu melihat sang pengemudi.

Kaca mobil itupun diturunkan.

"Pak Wisnu?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top