Ta'aruf


Aku membaca berulang-ulang biodata yang dikirimkan mba Asti lewat whats app. Wajah yang terpampang di fotonya masuk dalam kategori tampan begitu juga postur tubuhnya yang proporsional.  Karier nya juga sangat baik, ia seorang dokter spesialis penyakit dalam.

Sebuah pesan whats app masuk.

Bagaimana Je, sudah dibaca biodata ikhwannya?

Sudah mba.

Lanjut?

Bismillah mba

Alhamdulillah,  ikhwannya juga mau lanjut.

Alhamdulillah

Mba atur waktu yang pas buat ketemu ya.

Iya mba

Akhirnya aku memulai proses taaruf, yang dulu selalu kutolak. Tidak berapa lama aku mendapat kabar dari mba Asti waktu dan tempat untuk bertemu.

Aku datang lebih awal dari jam yang ditentukan. Rumah mba Asti adalah lokasi pertemuan kami. Mba Asti akan mendampingiku sementara Rafka didampingi oleh sepupunya.  Dalam sebuah proses taaruf, tidak boleh lelaki dan perempuan hanya berdua saja karena bisa jadi setan ikut menggoda keduanya.

"Nah udah dateng tuh," ucap mba Asti sambil bangkit dari duduknya.

"Assalamualaikum. "

"Waalaikum salam."

Mba Asti bersalaman kemudian memeluk perempuan yang datang bersama Rafka. Kelihatannya mereka sangat akrab. Kemudian giliran Rafka yang bersalaman tanpa menyentuh.

Jujur saja sebagai perempuan melihat sosok Rafka, aku tertarik.

Taaruf diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur'an oleh Rafka. Suaranya membuatku makin terpesona.

Berikutnya mba Asti menjelaskan prinsip-prinsip dalam taaruf yaitu, tidak boleh berdua-duaan, jujur tanpa menutupi fakta apapun, dan apa-apa yang ada saat taaruf tidak boleh dibuka kepada orang lain.

Kemudian Rafka mulai menjelaskan segala sesuatu tentang dirinya, hal-hal pribadi dan keluarganya. Selanjutnya giliran aku menjelaskan semua.

Sesi berikutnya merupakan sesi tanya jawab, Rafka bertanya hal-hal tentang diriku begitu juga sebaliknya. Sampai disini aku merasa cocok dengan Rafka, sepertinya ia juga merasakan hal yang sama.

Hal terakhir adalah penyampaian masalahku yang akan dilakukan oleh mba Asti. Sepahit apapun latar belakangku harus disampaikan, aku meminta mba Asti yang menjelaskan.

"Ada hal penting yang perlu Rafka tahu tentang Jelita."

"Apa itu?"

"Ini tentang asal usul Jelita, ayah dan ibu Jelita tidak pernah menikah. "

"Hah?"

"Iya. Ayah dan ibuku tidak pernah menikah."

"Bagaimana bisa."

"Mm...ibuku dulu... PSK." ucapku pelan.

Raut wajah Rafka berubah,  ia yang tadi terlihat tertarik berubah terkejut lalu mengambil nafas dalam kemudian meminum air yang disediakan untuknya.

Sejak kemarin aku sudah menyiapkan mental kalau-kalau Rafka akan bereaksi seperti ini. Tidak mudah bagi seseorang untuk menerima kenyataan pasangannya seperti ini.

Untuk sesaat kami terdiam sampai mba Asti kemudian bicara.

"Rafka, ada yang ingin ditanyakan?"

"Nggak mba. Saya nggak tahu harus bilang apa."

"Ini pasti mengagetkan buat kamu tapi sepahit apapun, kenyataan itu harus diungkap saat taaruf."

"Iya mba."

"Jelita, ada lagi yang ingin kamu sampaikan?"

"Tidak mba. Sudah cukup."

"Kalau tidak ada maka, silakan masing-masing kedua belah pihak mempertimbangkan apa-apa yang dibicarakan saat taaruf tadi dan jangan lupa shalat istikharah untuk meminta petunjuk Allah."

Pertemuan itu pun ditutup dengan doa. Rafka dan sepupunya pamit pulang.

Keesokan harinya mba Asti menghubungiku untuk menyampaikan keputusan Rafka.
Rafka memutuskan untuk menghentikan proses taaruf karena  kedua orangtuanya keberatan dengan asal usulku.

Ya Allah laki-laki seperti apa yang Kau takdirkan untukku?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top