Bab 22 - Cemburu -
Cincin di jari manis Qila menjadi salah satu objek kesukaan perempuan itu. Matanya tidak lepas menatap cincin tersebut, cincin sederhana yang sebenarnya bisa diperoleh oleh siapapun. Itu pikir Qila. Namun, sebenarnya cincin itu sangatlah mahal dengan berlian kecil di tengahnya.
Adnan tau bahwa Qila tidak suka sesuatu yang terlalu mewah sehingga dia memilih untuk membeli cincin sederhana dengan harga yang cukup mahal.
Kini Qila tengah tiduran di atas kasur sembari mengangkat tangan kirinya. Cincin tunangannya dengan Adnan terpasang cantik di jari manisnya dan Qila tidak pernah berniat untuk melepaskannya.
"Hmm, cantik juga cincinnya," puji Qila sembari memperhatikan jari manisnya.
Di tengah kegiatannya memperhatikan cincin, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan dari balik pintu kamarnya. "Iya, sebentar," teriak Qila sembari bangun dari tidurnya.
Ketika pintu itu terbuka, Qila cukup terkejut karena mendapati Adnan sudah berada di hadapannya. "Loh, lo ngapain di sini?"
Adnan menghela nafasnya dengan pelan setelah mendengar ucapan Qila. "Hmm, Qil, bisa nggak kamu jangan pakai lo-gue lagi ke saya atau siapapun itu yang lebih tua."
Qila terdiam setelah mendapat teguran dari Adnan, dia sebenarnya sudah terbiasa berbicara seperti itu. Namun, sepertinya hal tersebut kurang sopan.
"Hmm, iya deh, ntar gue ... Eh maksud aku, aku coba."
Adnan mengangkat tangannya dan mengelus kepala Qila dengan lembut. "Bagus deh, usahain ya."
Qila mengangguk pelan sebagai jawabannya. Dia juga merasa aneh jika nanti sudah menikah dengan Adnan dan masih menggunakan kata lo-gue.
"Terus, lo ... Maksud aku, kamu ngapain ke sini?"
"Saya mau ajak kamu buat beli ponsel, bentar lagi kamu masuk sekolah, kan? Pasti butuh ponsel."
Qila terdiam sejenak setelah mendengar ajakan Adnan. "Kan, aku bilang baikin aja hape yang rusak itu. Nggak usah beli baru."
"Nggak pa-pa. Mending beli baru. Yuk," ajak Adnan lagi sembari menarik tangan Qila. Namun, perempuan itu menahan langkahnya.
Tentu Adnan bingung dan menoleh ke arah Qila yang masih mematung tanpa niatan pergi. "Nggak mau?"
Qila menggeleng dengan cepat. "Bukan gitu, aku mau ganti baju dulu."
Adnan menatap tubuh Qila dari atas sampai bawah dan setelahnya pria itu tersenyum kecil. "Ya sudah, saya tunggu di ruang tamu ya."
Qila mengangguk pelan dan segera menutup pintu kamarnya. Dia langsung mandi dan mengganti pakaiannya. Dia tidak mau Adnan menunggu lama.
Tidak sampai 10 menit, perempuan itu sudah siap dan segera turun dari lantai dua rumahnya. Adnan terlihat sibuk dengan ponselnya dan Qila segera duduk tepat di sisinya.
Adnan terlonjak kaget saat mendapati Qila sudah ada di sebelahnya. Dia tidak menyadari bahwa perempuan itu sudah turun dari lantai dua rumahnya.
"Udah siap?" tanya Adnan yang langsung di jawab anggukan oleh Qila.
Qila terlihat begitu semangat saat diajak oleh Adnan untuk membeli ponsel baru, menurutnya hal ini menjadi satu langkah berarti bagi hubungannya dengan Adnan.
Sesampai di mal, Qila seperti anak hilang yang terus-terusan mendekatkan dirinya pada Adnan. Pria itu tidak risih, melainkan dia menyukai tingkah calon istrinya itu.
Dengan cepat, Adnan menarik tangan Qila dan menggenggamnya dengan erat. Qila terkejut dan langsung menatap ke arah Adnan yang kini tersenyum manis ke arahnya.
"Biar kamu nggak ilang," ledek Adnan yang langsung membuat wajah Qila berubah masam.
"Hmm, emangnya harus banget ya kita di ikutin sama mereka?" bisik Qila sembari menatap kedua pria yang berjalan di belakang mereka.
Adnan ikut menatap ke arah kedua pengawalnya itu. "Harus, mereka itu lagi jagain kita."
"Emang kalau nggak dijagain kenapa?" tanya Qila dengan wajah penuh penasaran.
"Ada deh," ucap Adnan sembari menyentil hidung Qila dengan pelan.
Kedua orang itu kemudian pergi ke sebuah toko ponsel yang cukup terkenal. Saat masuk, mereka langsung dilayani dengan sangat baik. Qila sendiri bingung dengan perlakuan penjaga toko tersebut.
"Silakan, Mas, Mbak."
Qila dan Adnan diajak duduk di sebuah sofa. Penjaga toko tersebut kemudian memberikan beberapa brosur yang langsung dibaca oleh Qila.
"Kamu pilih aja, apa yang kamu suka," ucap Adnan yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Qila.
Perempuan itu sangat terkejut saat melihat semua harga dari ponsel tersebut, apalagi setelah melihat harga ponsel lamanya yang dirusak oleh Aira. "Apa! 10 juta!"
Qila tidak bisa menahan keterkejutannya sehingga membuat perempuan itu menjadi pusat perhatian pengunjung toko yang lain. Adnan yang ada di sisinya hanya dapat tersenyum kecil karena menurutnya Qila begitu mengemaskan saat tengah terkejut.
Qila kemudian mendekatkan dirinya pada Adnan dan langsung membisikkan sesuatu, "mahal banget harga hapenya, nggak usah lah, baikin yang kemarin aja."
"Nggak pa-pa, saya mampu kok, ada yang kamu suka nggak?"
Qila memegangi kepalanya yang terasa pening. Dia kemudian menjauhkan brosur yang sebelumnya dia pegang. "Terserah aja lah, pala gue pusing."
"Ya sudah, Mbak, pilihin aja yang bagus buat calon saya. Nanti langsung di urus sama pengawal saya ya."
Adnan segera bangun dari duduknya dan menyodorkan tangannya di hadapan Qila. "Ayuk, kita jalan-jalan lagi."
Qila langsung berdiri dan mengikuti Adnan pergi dari toko tersebut. Sepanjang jalan, perempuan itu hanya terdiam karena masih memikirkan harga ponsel yang sebelumnya dia lihat.
Di sisinya kini, Adnan sedikit khawatir pada calonnya tersebut. "Kamu nggak pa-pa, kan?" tanya Adnan yang kemudian berhasil membuat perempuan itu menatap ke arahnya.
"Nggak pa-pa, kok. Cuman pusing aja dikit."
"Mau makan?" tanya Adnan yang langsung membuat mata Qila berbinar.
"Mau!"
"Ya udah, mau makan apa?"
Qila terdiam sejenak sembari memperhatikan sekeliling mal yang dia kunjungi. Setelah cukup lama, akhirnya dia tau apa yang ingin dia makan.
"Ayam goreng!" pekik Qila dengan semangat sembari menyeret Adnan menuju ke sebuah restoran cepat saji.
"Yang goreng-goreng gitu nggak sehat loh," tegur Adnan dengan pelan.
"Tapi, aku mau makan ayam goreng."
"Ya udah deh, kalau gitu."
Keduanya kemudian pergi ke tempat makan tersebut. Keduanya hanya perlu duduk manis dan pengawal Adnan yang memesan makanan mereka.
Qila sangat bersemangat sekarang apalagi saat memikirkan ayam goreng yang nanti dia makan. Di saat tengah menunggu, tiba-tiba perut Adnan terasa sakit. Dia kemudian izin pada Qila untuk pergi ke kamar mandi.
"Qil, saya ke toilet dulu ya."
"Iya."
Qila yang ditinggal sendirian terlihat asyik memandangi sekeliling restoran tersebut karena ada cukup banyak pengunjung hari ini. Namun, tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan pada ponsel Adnan yang tertinggal. Layar ponsel tersebut menyala dan sepertinya ada sebuah panggilan atau pesan yang masuk.
Tangan Qila terangkat dan kemudian mengambil ponsel Adnan dengan cepat. Terlihat dengan jelas nama seseorang di layar ponsel pria itu dan nama tersebut membuat dahi Qila mengerut penuh tanya.
"Evy?"
Belum sempat Qila menjawab panggilan tersebut, Adnan tiba-tiba datang dan mengambil ponselnya yang ada di tangan Qila. Tentu perempuan itu sangat terkejut dan dengan cepat wajahnya menoleh ke arah Adnan yang kini memasukkan kembali ponselnya ke dalam jas yang dia gunakan.
Kenapa wajah Adnan terlihat panik? tanya Qila di dalam hati setelah memperhatikan wajah Adnan yang terlihat begitu berbeda dari sebelumnya.
Belum sempat Qila bertanya mengenai 'Evy', tiba-tiba saja pengawal Adnan datang dengan makanan pesanan mereka. Qila berusaha untuk menahan semua pertanyaan yang ingin dia lontarkan, dia cukup takut tidak bisa mengendalikan emosinya.
Apa gue cemburu sama dia? tanya Qila di dalam hati sembari memperhatikan Adnan yang kini tengah sibuk makan. Lebih baik, gue tanyain langsung-lah ke dia entar.
***
Jumlah kata : 1159
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top