20. Red String Theory

"Cie, cie, Mbak Sasa punya pacar baru sekarang," ledek Vina, rekan sekantor Sabria bagian pemasaran. "Ganteng juga cowoknya lho, kelihatannya anak baik-baik. Beda dari cowok yang sebelum ini."

"Pagi-pagi udah dicium keningnya, romantis banget deh," tambah Rara sambil mengigit gorengan. Ah, kini Sabria mengerti mengapa mereka tahu apa yang terjadi padanya tadi. Vina dan Rara pasti turun untuk jajan gorengan di bagian belakang gedung tempat pedagang kaki lima membuka lapak mereka setiap pagi. Biasanya juga Sabria ikut mereka jajan gorengan jika sedang ingin makan risol mayo mereka yang terkenal lezat.

"Nggak usah pada sirik, ya," sergah Sabria. Ia ingin sekali berpura-pura sedang gusar, namun tidak bisa menghapus senyuman di wajahnya. "Cari pacar masing-masing gih, biar nggak ngurusin hidup orang."

"Cariin dong, Mbak! Yang nggak toksik dan ganteng," balas Vina.

"Dih, nyuruh-nyuruh. Aku aja nggak nyari, kok. Dateng sendiri orangnya."

"Ih kok enak banget sih? Aku juga mau jodohnya dateng sendiri. Eh tapi Mbak, yang ini kelihatannya jodoh, lho," ucap Rara dengan sok tahunya. "Ditunggu undangannya ya, kayaknya nggak lama Mbak Sasa nikah."

"Tahu dari mana?" cibir Sabria.

"Wajahnya mirip."

"Enggak, ah! Jangan ngadi-ngadi." Sabria mencibir, namun dalam hatinya, ia senang mendengar pujian tersebut. Jika mereka memang berjodoh, apapun cocokloginya tentu akan ia amini. Ia tidak sabar menunggu waktu pulang kerja. Namun sayangnya Bu Amalia seolah tidak mengizinkannya pulang tepat waktu dengan banyaknya pekerjaan, sehingga hari ini ia baru bisa meninggalkan kantor pukul setengah enam lewat sepuluh.

Di depan gedung kantornya, sebuah mobil hitam yang sangat Sabria kenal sudah menunggu. Ia buru-buru membuka pintu penumpang depan seraya meminta maaf.

"Nunggu lama ya, Mas?" tanya Sabria. "Maaf tadi banyak kerjaan."

"Nggak apa-apa kok, Mbak. Aku malah khawatir kalau Mbak Sasa capek. Jadi ke toko bahan kue?"

"Jadi, Mas."

"Mbak Sasa nggak apa-apa habis kerja bikin kue?"

Sabria tergelak ditanya begitu, "Justru aku bikin kue buat melepas stres. Mumpung ada Mas Yaka juga, kan, jadi kue aku ada yang makan. Sekalian mau bawain oleh-oleh buat keluarganya Mas Yaka karena besok balik ke Solo. Ngomong-ngomong, Mas Yaka udah izin maminya kalau mobilnya dibawa ke Surabaya?"

"Udah, dong!" jawab Nayaka sambil tergelak. "Malah kalau Mbak Sasa nggak aku anterin sampai selamat ke rumah, nanti aku yang diomeli Mami. Ya udah kalau gitu, Mbak Sasa mau beli apa aja aku yang traktir. Nanti tunjukkin jalannya, ya."

Sabria memasukkan lokasi toko bahan kue ke Google Map kemudian membiarkan aplikasi tersebut menuntun mereka ke sana. Dalam perjalanan menuju toko kue, Sabria membuat catatan di agendanya apa saja kue yang akan dibuat hari ini dan bahan-bahannya. Ia menawari beberapa opsi pada Nayaka untuk dipilih.

"Red velvet mau?" tanya Sabria.

"Mau! Bisa milih member nggak?"

Sabria mendengkus mendengar pertanyaan Nayaka. "Bukan yang itu, ya. Kalau Red Velvet yang lain aku mau lima-limanya tanpa terkecuali."

"Mbak Sasa nonton nggak waktu tahun 2023 mereka tur konser R to V?"

"Nonton, dong! Aku di CAT 1."

Nayaka bergumam lirih, "Oh, pantesan kita nggak ketemu. Aku di CAT 3A."

"Mas Yaka beneran dateng nonton konser Red Velvet?" ulang Sabria seolah tak percaya dengan pendengarannya. Nayaka tertawa renyah mendengar pertanyaan tersebut.

"Gelangnya masih kusimpen, Mbak. Kalau Mbak Sasa kubawa ke rumah nanti kutunjukkan." Melihat Sabria masih menatapnya penuh keheranan, Nayaka terkekeh. "Kenapa? Nggak nyangka ya, ternyata jodohnya ketemu setahun kemudian?"

"We were so close, back then." Sabria meninju lengan Nayaka pelan. Teringat sesuatu, Sabria tiba-tiba berceletuk, "Kita tuh kayak red string theory nggak sih?"

"Maksudnya, Mbak?" tanya Nayaka.

"Jadi, di media sosial beberapa waktu lalu ada tren red string theory. Lucu-lucu postingannya. Ada anak perempuan lagi foto di taman hiburan, terus di belakangnya ada anak cowok photo-bombing foto itu. Ternyata setelah gede mereka berjodoh. Dan kejadian kayak gini tuh nggak cuma sekali, ada banyak orang yang punya pengalaman serupa sama pasangan mereka."

"Oh, aku paham!" gumam Nayaka. "Seandainya Mbak Sasa lagi selfie cantik sama temen-temennya di konser red velvet terus ada mukaku nggak sengaja kefoto, berarti kita bisa ikut tren itu dong?"

Sabria terkekeh, "Sebenernya bukan itu sih tujuannya. Tapi, lebih ke menunjukkan kalau jodoh seseorang tuh sebenernya nggak jauh-jauh dari mereka. Ada kalanya, mereka udah pernah ketemu tanpa disadari, tapi baru ngeh-nya setelah udah dewasa."

"Jadi Mbak Sasa mengakui kalau kita berjodoh?" ledek Nayaka. Sambil membuang muka karena malu, Sabria menjawab sekadarnya.

"Buatku, kalau ada laki-laki datang mengajak berumah tangga, berarti kami jodoh. Karena selama ini aku sering dekat dengan teman pria, tapi nggak satupun yang kepikiran untuk melamarku."

"Itu mah emang orangnya aja yang berengsek, Mbak," geram Nayaka seraya mencengkeram setirnya kuat-kuat. "Berarti dia nggak serius sama Mbak Sasa. Kalau aku, setiap kali aku suka pada seseorang, aku selalu membayangkan suatu saat aku bisa melamar dia jadi istriku."

"Termasuk mantanmu yang meninggal itu? Gimana kalau ternyata jodoh kamu dia, bukannya aku?" Melihat raut muka Nayaka yang menegang, Sabria buru-buru menjulurkan tangan menyentuh pundaknya, untuk meminta maaf. "Sori Mas ..."

"Kalau dia keburu diambil oleh pencipta-Nya, berarti kami enggak jodoh. Mbak Sasa nggak usah khawatir. Di mataku, cuma ada Mbak Sasa perempuan yang paling istimewa."

Sabria mengulum senyum, hatinya kembali merekah dan di setiap denyutannya, ada nama Nayaka yang disebut. Mereka tiba di toko bahan kue setelah menerjang kemacetan jam pulang kerja yang padat di hari Senin. Sabria segera mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue, sementara Nayaka membuntutinya dengan patuh sambil membawakan keranjang.

"Bedanya whipped cream sama heavy cream apa, Mbak?" tanya Nayaka saat mereka melewati lorong berisi kulkas untuk menyimpan bahan-bahan yang harus diletakkan di tempat sejuk.

"Hampir sama, beda di kadar lemaknya aja. Heavy cream lebih berlemak. Tapi, biasanya aku bisa subtitusi satu sama lain soalnya heavy cream jarang ada. Ini kebetulan pas lagi ada... Mas Yaka suka sponge cake nggak? Nanti aku bikinin pakai heavy cream ini, mumpung dijual. Biasanya kalau aku butuh suka nggak nemu."

"Memang semuanya kayak gitu, Mbak. Kalau nggak dicariin malah dateng sendiri."

"Kayak kamu!" tuding Sabria sambil terkikik lirih.

"Iya, kayak aku ke Mbak Sasa. Tapi, Mbak Sasa jangan capek-capek, lho," gumam Nayaka. "Bikin satu kue aja cukup, nggak bakal habis juga dalam sehari. Di keluargaku yang rakus cuma si Yasa."

Sabria menggeleng pelan, "Oh, nggak bakalan capek kok, kan ada Mas Yaka yang bantuin."

"Oh, kalau itu sih nggak apa-apa. Ibunya Mbak Sasa nggak keberatan kalau aku main ke rumahnya sampai malam?"

"Nginep juga nggak apa-apa, Mas."

"Wah kalau itu, nanti aku bisa dipukuli sama Bude Aminah terus diarak keliling RT."

Sabria kembali memukul lengan Nayaka sebab aktivitas ini sekarang menjadi hal favoritnya ketika sedang salah tingkah, kemudian membenamkan wajah di punggung mas pacar yang luas dan bidang. Mereka sedang berada di tempat umum, Sabria tahu. Itu sebabnya dia tidak bisa lama-lama menyentuh kekasihnya. Dia benar-benar mulai jatuh hati pada pria ini, dan Sabria tidak bisa lagi membendung ekspresi wajahnya jika berdekatan dengan Nayaka.

***
Halo! Terima kasih buat teman-teman yang sudah setia nunggu update JdTBRT. Jadi, awal bulan ini aku sibuk bolak-balik ke rumah sakit nemenin keponakan yang MRS, karena maminya harus urus bayi di rumah yang masih ASI, makanya aku mengajukan diri buat jagain keponakan. Bonding di antara kami juga paling bagus dari anggota keluarga lain, jadi dia pun nyaman kalau kutemani. Maafkan, aku jadi nggak sempat update cerita.

Ada yang mau lanjutannya yang kemarin, nggak? Nanti dipostingnya di NBJ ya, kalau tertarik. Rencananya aku mau nulis ini secara bersamaan (supaya kalau nanti JdTBRT tamat, aku nggak merasa hampa karena sekuelnya sudah setengah jalan), jadi yang seri pertama dibacanya di Wattpad, seri kedua di NBJ. Nggak baca yang di NBJ juga nggak masalah, nanti yang di sini aku upload sampai tamat, kok.

Content warning, karena seri keduanya menceritakan pas mereka sudah menikah, jadi pasti nanti bakal bertebaran konten dewasa mereka berdua. Nggak selalu tiap bab, tapi pasti akan muncul beberapa bab sekali, terutama pas mereka memutuskan promil. Semoga aku nggak punya pembaca yang di bawah umur ya, karena aku sudah memberi tahu batasan usia pembaca ceritaku, tetapi aku nggak punya kendali melarang anak di bawah umur untuk tidak membaca ceritaku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top