7. Gara-Gara Bang Jat


'Calon manten gak boleh kabur.'


-Adel-

🐾

Satu-satunya alasan Mika tidak bisa menolak hanya karena kedua keluarga yang sudah berhubungan baik sejak mereka bertetangga, dua puluh tahun yang lalu. Gadis itu tidak ingat persis bagaimana kedua keluarga ini mulai menjalin kedekatan. Dia hanya tahu, masa kecilnya selalu dihabiskan dengan bermain bersama kakak beradik yang tinggal di samping rumahnya.

"Mbak Mika, bener, ya? Kata anak-anak sampeyan mau jadi mantunya Bu Bos?"
Usman, lelaki awal dua puluhan tahun yang berhenti melanjutkan sekolah menengah atas, mendekat ke meja kasir. Satu kantong pesanan orang dia letakkan di depan Mika.

"Gosip aja, kerjaannya."

Bukannya tersinggung, Usman justru mencebik setengah geli. "Ora nggosip, Mbak. Itu Bu Bos sendiri yang bilang, katanya tahun ini mau mantu."

Maaf ya, teman-teman. Kalian bisa baca lanjutan dari Jodoh di Sebelah di aplikasi Cabaca.


🎼🐾🎼


Hola, semangat Senin semuanya.
Aku lagi bahagia banget, nih. Kemarin kapal idolaku mau berlabuh. Yey!

Ada yang bisa nebak siapa?

Baiklah, karena aku sedang berbunga-bunga, aku bakal beri cuklipan
Heart to Break dari Kak tuteyoo

🐾

"Menjemputmu jam lima sore adalah pilihan yang tepat," celetuknya sebelum pandangannya kembali tertuju pada wajahku. "Kau bahkan tidak merias wajahmu. Mantel ini juga mengganggu."

Lagi-lagi aku menepis tangannya yang menarik kain mantelku. Tidak sopan sekali dia.

"Kita bisa batal pergi kalau kau tidak suka."

"Tidak, tidak. Baju itu cocok untukmu. Penampilanmu hanya perlu dipoles sedikit lagi. Kita akan mampir ke salon sekaligus membeli sepatu baru untukmu."

"Serius?" Aku menolak ketika dia berusaha meraih tanganku. "Itu merepotkan."

"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Kau harus terbiasa dengan itu."

🐾

Selamat bersenang-senang.

Vita





















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top