#Kakak kelas
Teng teng teng
Bel istirahat berbunyi,semua murid menuju kantin. Gue ,Reva dan Isabella duduk di meja didekat para guru magang. Gue bisa lihat ada pak Ivan disana.
"Sst,,pak Ivan" tunjuk Reva dengan dagunya"Nggak tertarik" gue menutup bibir gue dengan sebelah tangan dan berbisik ke Reva. Reva cuma geleng-geleng kepala.
"Dan,lo weekend kemarin kemana? Tanya Bella"Gue pindahan kerumah Oma,makasih pak" pak No penjual batagor mengantarkan batagornya ke kami.
"Oma? trus nyokap,bokap lo? emangnya belum pulang kerumah?" Gue cuma menggedikkan bahu tanda acuh dan kembali menyuap batagor.
Ivan melirik Daniella dari ekor matanya,sambil berbincang dengan teman-teman magangnya "cantik anak itu,cuma dia yang nggak tertarik sama aku"
"Bukan orang tua gue,mereka om dan tante gue, orang tua gue udah meninggal 7 tahun yang lalu" jawab gue santai sambil makan batagornya
"Hah? astaga Dan,maaf ya gue sama sekali nggak tau,," ucap Bella tak enak hati. Gue mengangguk. "Santai kali Bell,ingatan gue waktu kecil juga hilang,jadi ya lupa"
"Eh itu kak Kafta tuh" tunjuk Reva dengan dagunya"Apaan lagi sih Va" dengus gue kesal. Heboh banget sih Reva.
"Haiy Dan" sapa Kafta ke gue. Gue Senyum tipis. Tipis banget. "haiy juga" melanjutkan makan batagor lagi gue.
Kak Kafta Memberikan coklat ke gue "buat lo,gue balik dulu" memegang tangan gue sebentar. Gue mengangguk."Makasih". Kafta pergi dari kantin. Semua heboh melihat Kafta memberikan coklat ke gue. Gue tahu kalau Kafta ini most wanted banget. Ketua tim basket.
"Ciyee Dan dapet coklat nih dari kak Kafka" sindir Reva ke gue. "Nih buat lo Va,gue nggak tertarik" memberikan coklat ke Reva. Reva senang banget
"Dan, sebenarnya kak Kafta itu ganteng lho,keren" jelas Reva masih memakan batagornya. "Udah ah gue males, gue nggak tertarik ,gue mau belajar yang bener sampai lulus, oke"
"Lo nggak pacaran?" Tanya Reva kembali."No" gue berdiri dan membayar batagor tadi. dan berjalan ke kelas
"Menarik,jadi dia nggak gampang jatuh cinta,,kenapa jadi gue yang tertarik sama dia?" Ucap Ivan dalam hati
📚📚📚
"Kaf,lo darimana?" Tanya Gara saat Kafta baru saja datang."Dari kantin ketemu Daniella"
"Lo masih tertarik sama Daniella?" Kafta mengangguk mantap "Iya. gue heran sama dia ,gue udah kasih dia ini itu tapi kok dia nggak tertarik gitu sama gue"
"Tembak aja langsung, sapa tau dia emang nunggu lo nembak dia" Kafta mengangguk "Bener juga, ntar deh pas pulang sekolah gue nembak dia"
"Eh pak Ivan lewat tuh, jangan-jangan si Daniella juga suka lirik-lirik pak Ivan kayak yang lain?" Kafta mengikuti arah pandang Gara. Banyak siswi-siswi yang histeris saat Ivan lewat.
"Kayaknya enggak deh, sama gue aja dia nggak begitu tertarik" hibur Kafta untuk diri sendiri. "Ya sapa tau dia emang sukanya yang seumuran pak Ivan,kan usia matang"
"Anjirrr! Tadi lo dukung gue sekarang jatuhin mental gue,lo itu temennya sapa sih?"
"Njir Sans dong. Sorry bray, yuk ke kelas" gara merangkul pundak Kafta.
📚📚📚
"Setiap gue masuk ke kelasnya,dia sama sekali nggak mandangin gue sama kayak yang lainnya,dia selalu lihat buku bukan lihat gue,,sadar Van,dia murid lo sekarang,masih ya siapa tahu suatu hari nanti gue bisa nikah sama dia,,akhh khayalan gue"
"Pak,pak Ivan" lambai gue ke depan pak Ivan.
"Oh maaf" pak Ivan menatap gue. "Bapak sakit?" Tanya gue khawatir.
"Ah iya,saya agak nggak enak badan" gue mengangguk paham.
"Mau saya ambilkan obat pak?"
"Mau saya antar ke UKS pak?"
"Tidak terimakasih anak-anak" tolak pak Ivan tegas. "Ini tugas saya pak,saya duduk dulu" gue memberikan tugas gue dan kembali duduk.
"Dia nggak tertarik sama sekali dengan gue?tapi gue yang malah tertarik, sadar dong Van,lo gurunya dia murid lo untuk sekarang ini"kata Ivan dalam hati
📚📚📚
"Daniella" Kafta menghampiri gue yang sedang berjalan ke parkiran."Ada apa kak?"
"Ikut gue yuk sebentar"menarik tangan gue. Gue agak takut kalau begini.
"Dan,," Bella menahan tangan gue yang bebas.
"Dia akan pulang sama gue,kalian pulang dulu" titah Kafta.
"Dan?" Bella kembali menahan tangan gue dan Reva. "Nggak papa Bell,lo masih harus les kan?" Gue yakinin mereka berdua.
"Bye Dan,yuk Bel"
Kafta mengajak gue ke belakang sekolah, disana sepi nggak ada orang, tapi gue baru saja lihat pak Ivan yang baru saja menerima telepon, mendengar suara gue didekatnya, pak Ivan langsung sembunyi kembali di balik tembok.
"Kenapa disini kak?disini sepi" gue mengedarkan pandangan ke tempat ini. "Kenapa? Lo takut?gue nggak bakalan ngapa-ngapain lo kok,duduk sini"
Gue Duduk dengan takut-takut "ada apa kak?"
"Gue suka sama lo Dan"
"Hah?apa?" Gue berdiri dan kak Kafta Mendekatkan diri lebih dekat ke gue "gue suka sama lo Daniella, gue mau lo jadi pacar gue"
"Ta,,ta,,tapi,,," gue takut beneran.
"Kenapa?lo takut sama gue?gue nggak ngapa-ngapain lo kok,tenang aja"
Gue menggelengkan kepala cepat "Maaf kak,,,"
"Maaf untuk apa?"
"Maaf,aku nggak bisa jadi pacar kakak,permisi". Memegang tangan gue dan menariknya agar duduk kembali, Kafta memegang bahu gue. "Kenapa lo nolak gue? kenapa?"
"Kak,maaf,maaf banget,,aku nggak bisa jadi pacar kakak"
"Kenapa?"
"Bisa kakak lepaskan dulu tangan kakak?bahuku sakit"
"Sorry" Kafta melepaskan tangan dari bahu gue. Gue seketika ingat kak Florencia yang pernah dekat sama gue saat kami ekskul PMR kemarin. "Kak Florencia suka sama kak Kafta, kemarin waktu kak kafta ngasih aku coklat didepan gerbang sekolah, kak Flo langsung ngajak aku bicara berdua ,dia bilang udah suka sama kak kafta mulai kelas 1 ,tapi kak kafta nggak pernah sekalipun notice kak Flo"
"Flo? dia,,," gue mengangguk mantap "Apa kak Flo cinta pertama kakak?"
"I,,i,,iya"
"Kakak coba deketin kak Flo ,dia lagi di gerbang sekolah"
"Kenapa lo tau?"
"Karena dia udah janjian sama aku mau beli kado buat kak kafta ,tapi aku sebenarnya nggak bisa, aku ada urusan keluarga, jadi kakak deketin kak Flo sekarang" bohong gue.
"Dan,,,"
"Cepetan pergi kak, keburu diambil orang" usir gue halus."Gue duluan ya. thaks Dan ,sorry kalau gue kasar"
"Oke"
Gue merasa takut setengah mati, gue jongkok dan wajah gue tutup pakai tangan. Gue menangis dalam diam . Ivan menghampirinya dengan membawa air minum.
"Dan" suara bariton itu mengagetkan gue. Gue mendongakkan kepala dan menghapus air mata gue. "Pak Ivan, saya kira bapak akan langsung pergi setelah kak kafta"
"Kamu tau saya disitu?" Gue mengangguk. "Saya tau, bapak sering terima telpon disitu di jam segini"
"Dia tahu kebiasaan gue?jadi dia perhatiin gue dong?"
"Saya nggak perhatikan bapak,saya nggak sengaja lihat bapak jam segini nelpon"
"Hah?"
"Itu yang ada di pikiran bapak sekarang, terimakasih minumannya, saya pulang dulu pak"
"Kenapa dia bisa tahu apa yang gue pikirin?berasa cenayang dia"
🏬🏬🏬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top