Malam Penuh Cinta

Chika menatap lamat-lamat wajahnya di pantulan cermin, sambil memoles make up tipis di wajah ayunya, Chika mendendangkan lagu yang tengah ia dengarkan dari handphone miliknya. Hingga terdengar sayup-sayup suara adzan maghrib dari luar rumahnya, tanpa menunggu lama Chika langsung mematikan lagu dari ponselnya. Sejak kecil Chika diajari toleransi oleh kedua orangtuanya, hal itu yang membuat Chika selalu menunda sebentar kegiatannya saat kumandang adzan tiba.

"Kak, ayo!" Christy mengetuk pintu kamarnya, memanggil Chika untuk segera turun karena sudah ditunggu oleh Gracia.

Tadinya, hanya Chika dan Gracia yang akan pergi ke acara launching cafe itu. Namun, saat pulang sekolah, Christy merengek ingin ikut karena ia di rumah hanya sendirian. Mario sedang dinas di luar kota sementara asisten rumah tangga mereka sedang pulang kampung.

Di lantai satu, Gracia sudah tampil cantik dengan balutan dress berwarna maroon, polesan make up tipis membuatnya terlihat semakin mempesona.

"Ayo, Ma!" Christy mendahului Gracia dan Chika, berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan pintu rumah mereka.

Gracia dan Chika hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan si bungsu, kalau sudah berhubungan dengan makan-makan, sudah pasti paling semangat.

Sepanjang perjalanan, Christy tidak hentinya bercerita tentang kesehariannya, walau tidak ada yang spesial dari apa yang diceritakan Christy, Gracia tetap memperhatikan anaknya bungsunya itu.

Sementara Chika, sedang mendengarkan lagu melalui earphone yang terhubung dengan ponselnya. Jari-jari tangannya bergerak men-scroll timeline sosial medianya yang mendadak ramai setelah ia memposting fotonya saat pemotretan kemarin.

Chika mendapatkan kenaikan followers yang cukup tinggi, hampir lima ratus orang mem-follow anak sulung dari Gracia itu hanya dalam waktu satu hari.

Lima belas menit kemudian, ketiganya tiba di cafe milik teman Gracia yang terletak di daerah Sudirman. Sudah banyak tamu undangan yang hadir di malam yang sangat cerah itu. 

"Gre, apa kabar?" Seorang pria menyambut kedatangan Gracia, di sebelah pria itu ada wanita yang usianya tidak terlampau jauh dari sang pria.

"Mas Damar. Selamat, ya, buat pembukaan cafe barunya, Mas." Gracia menyalami pria yang yang ia panggil Mas Damar itu. "Aku sehat, Mas. Mas Damar apa kabar, lama nih enggak ada projekan bareng."

"Aku baik, Gre. Oh iya, kenalin ini istrinya Mas owner dari cafe ini."

"Alieva." Alieva mengulurkan tangannya, berjabat tangan dengan Gracia.

"Gracia. Oh iya kenalin ini anak-anak aku." Gracia menyuruh Chika dan Christy untuk bersalaman dengan dua orang dewasa yang ada di hadapan ibunya

"Chika, Om, Tante."

"Christy."

"Anak-anak kamu cantik ya, Gre. Mau dijadiin model juga mereka?"

"Chika kemaren udah debut, Mas. Pemotretan buat produk pakaian."

Kelimanya berbincang-bincang sampai akhirnya Damar mengajak Gracia dan kedua anaknya masuk ke dalam cafe

~~~

"Selamat malam para pengunjung dan tamu undangan yang sudah hadir di Shevera cafe cabang Jakarta. Pada malam yang cerah dan berbahagia ini, saya Damar Anggara Kusumah dengan ini meresmikan Shevera cafe," ucap Damar di atas panggung kecil. Riuh tepuk tangan menggema di setiap sudut cafe. 

"Untuk menghangatkan malam ini, saya sudah menyiapkan live accoustic. Saya juga sudah menyiapkan makanan favorit di sini secara gratis. Selamat menikmati."

Para pegawai cafe kini terlihat sibuk berlalu-lalang menyiapkan makanan ke meja-meja para tamu undangan. Sementara di sebuah ruangan Denting, Vany dan Vio sedang mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan puluhan pengunjung cafe yang sedang menikmati malam ini.

"Denting tampil pertama, ya. Kalian siap-siap!"

"Siap, Kak Rin," jawab para personil Denting saat mendengar perintah dari Rin.

Tidak lama kemudian, mereka keluar dari ruangan itu, berjalan menuju panggung. Vany dan Vio yang menunggu giliran mengobrol sebentar untuk menghilangkan bosan menunggu.

"Van, lo keliatan gugup banget."

"Eh ... iya, Kak. Ini pertama kalinya aku tampil di depan banyak orang."

Jujur, Vio juga merasakan hal yang sama dengan Vany, meski ini kali keduanya tampil di depan banyak orang. Setelah pertamanya saat ia makan malam bersama keluarga Gunawan.

"Lo merem, tarik napas panjang, buang pelan-pelan, Van." Vany mengikuti instruksi Vio untuk menenangkan dirinya yang gugup. Lima kali tarikan dan hembusan napas yang dilakukan Vany berhasil mengurangi rasa gugup gadis itu.

"Makasih, Kak. Aku udah enggak terlalu gugup," ucap Vany sambil melemparkan senyuman manis. Vio mengangguk merespon ucapan terima kasih Vany.

Setelah itu, keduanya sibuk masing-masing. Vio membuka handphone bututnya melihat-lihat timeline Instagram dan juga facebook miliknya. Tiba-tiba seulas senyum terukir di bibir Vio saat melihat IGS dari Gracia. 

Semangatnya untuk tampil baik malam ini meningkat saat mengetahui ada Chika yang juga hadir pada acara launching Shevera cafe.

Menit demi menit berlalu, akhirnya Dering sudah kembali ke dalam ruangan, bergantian dengan Vany.

"Good job, Girls!" Vio mengacungkan jempolnya, meski tidak melihat permainan Dering, Vio mendengarkan dengan seksama permainan gadis-gadis remaja itu.

"Makasih, Kak!" balas keempat gadis yang tergabung dalam band Dering itu.

~~~

Vio mengayunkan tungkai kakinya, menaiki panggung kecil yang tepat berada di tengah-tengah cafe. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh sudut cafe, melihat suasana riuh dalam cafe dan mencari satu sosok yang akhir-akhir ini memenuhi kepalanya.

"Chika," gumamnya pelan saat mendapati gadis itu tengah bercengkrama bersama adiknya dan seorang pria yang ia kenal sebagai anak dari manajer cafe. Senyumnya merekah kala melihat senyum dan tawa yang keluar dari bibir Chika.

"Selamat malam para jiwa-jiwa berbahagia yang dipenuhi oleh rasa cinta." Ucapan Vio menarik atensi dari semua orang yang hadir, termasuk Chika, adiknya dan pemuda itu. "Perkenalkan, saya Vio Fadrin. Pada malam ini, ijinkan saya untuk menemani kalian menyantap makanan yang disediakan di sini. Semoga kalian suka dan juga terhibur."

"Kak, itu 'kan Kak Vio. Yang kemarin menang GA-nya Mama," ucap Christy pada Chika sambil menunjuk ke arah panggung.

"Kata Papa gue, dia berbakat, Chik. Coba lo denger deh suaranya. Tadi juga gue enggak sengaja denger dia nyanyi di ruang belakang."

"Kak Rion telat, aku sama Kak Chika udah pernah denger Kak Vio nyanyi."

Pemuda yang dipanggil Rion oleh Christy menganggukkan kepalanya, ia langsung mengajak dua gadis bersaudara itu untuk berada lebih dekat dengan panggung.

Terdengar denting gitar yang dipetik Vio. Pemuda itu memulai intro lagu yang akan ia nyanyikan.

Kudatang, mencari satu alasan,
Tuk menepis semua keraguan di dalam hatiku ini

Benarkah, bahwa cinta mampu mengobati segala rasa sakitku ini
Ingin kupercaya, ingin kupercaya...

Kau bilang cinta slalu mengerti...
Kau bilang cinta tak salah...
Kau bilang cinta kan saling percaya
Nanana. oohh.

Vio tersenyum lembut di sela nyanyiannya, matanya kini menatap lurus ke arah Chika yang berdiri tidak jauh dari panggung tempatnya bernyanyi. Di sebelah gadis itu, sang adik, Christy mengayunkan badannya mengikuti alunan nada yang dibawakan Vio.

Vio sangat bahagia, lagu yang ia nyanyikan dapat menghibur orang-orang yang hadir pada malam itu. Bahkan, dang gadis pujaan terlihat sangat menikmati lagu yang ia nyanyikan.

Kukira kutakkan mampu sadari,
Ketulusan cinta yang sempurna dibalik semua kekurangan ini...
Namun denganmu, kutau cinta kan mengobati segala hampa hatiku ini
Kini kupercaya, kupercaya.

Kuyakin cinta slalu mengerti...
Kuyakin cinta tak salah...
Kuyakin cinta kan saling percaya
Nanana... oohh...

Yakinlah cinta slalu mengerti
Yakinlah cinta tak salah
Yakinlah cinta kan saling percaya
Nanana... Oohh.

Chika menatap lekat wajah Vio yang bernyanyi dengan penuh penghayatan. Hatinya menghangat, mendengar suara merdu pemuda yang pernah ia temui beberapa waktu lalu itu. Indra pendengaran Chika seakan-akan dimanjakan dengan setiap bait lirik lagu yang dinyanyikan Vio.

Vio selesai dengan lagu pertamanya. Ia meneguk air mineral yang disediakan di meja yang diletakkan di panggung. Setelah itu, ia kembali bernyanyi, menghibur para tamu dan pengunjung yang hadir.

~~~

Malam semakin larut, para tamu dan pengunjung cafe satu per satu pergi dari tempat itu. Hanya tinggal tersisa beberapa tamu yang memang memiliki urusan dengan sang empunya cafe. Termasuk Gracia.

"Rion katanya lagi kuliah di Korea, ya?" tanya Gracia basa-basi pada pemuda yang sejak tadi selalu berada di dekat Chika dan Christy.

"Iya, Tan. Tapi Papa sama Mama maksa banget buat pulang. Katanya kalau enggak pulang dicoret dari KK."

"Mana ada, Orion! Itu mah akal-akalan om kamu aja. Malah sendirinya enggak dateng, nyebelin banget!" Rion tertawa pelan mendengar penuturan ibunya.

"Rion udah punya pacar?"

"MAMA!" Chika memelototi Gracia. Semententara Gracia hanya terkekeh mendengar ucapan Chika.

"Udah, Tante."

"Mereka udah serius, Ge. Kayanya lulus kuliah langsung nikah."

"Ah, sayang banget, ya. Padahal mau aku jodohin sama Chika, Mas." Chika memutar bola matanya malas mendengar pernyataan Gracia. "Mama bercanda, Chika Sayang."

Vio yang hendak pulang setelah selesai dengan tugasnya, berjalan melewati meja tempat keluarga Gracia dan Damar berbincang-bincang. 

"Vio!" panggil Damar pada pemuda yang baru saja melewati meja itu.

"Eh, Mas Damar. Saya permisi pulang, ya!"

"Sebentar, Vi." Damar bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Vio. Di belakangnya, Gracia mengikuti langkah pria manager cafe itu.

"Tiap malam minggu kamu isi live accoustic di sini, ya," tawar Damar pada Vio.

"Beneran, Mas?" tanya Vio tidak percaya

"Bener."

"Aduh, makasih, Mas. Makasih banyak." Damar tersenyum lalu menganggukkan kepala.

Vio baru menyadari kalau di belakang Damar ada Gracia yang berdiri menatap pemuda itu dengan tatapan penuh arti.

"Eh, Tante Gracia. Apa kabar, Tan?"

"Tante baik, Vio. Kamu sama Adel apa kabar?"

"Aku sehat, Tan. Adel juga."

"Oh iya, sebentar, Vi." Gracia mengeluarkan secarik kartu nama, lalu diserahkan pada pemuda itu.

"Apa ini, Tan."

"Nomor telepon tante. Kalau ada apa-apa, kamu boleh hubungi tante."

"Beneran, Tan?" Gracia mengangguk. "Emm ... enggak sekalian sama nomernya Chika, gitu?"

"Kamu, ya. Dikasih hati minta jantung!" Gracia terkekeh lalu memanggil anak sulungnya untuk mendekat.

"Ada apa, Ma."

Vio terlihat gugup, berhadapan dengan seorang gadis blasteran Indo-Surga. Meski ini bukan pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan Chika.

"Bilang sendiri aja, Vi. Cowok bukan?"

"I--iya, Tan." Vio meneguk ludahnya, lalu mengambil napas dalam. "Chik, bo--boleh...."

"Boleh apa?" tanya Chika yang kebingungan dengan sikap Vio yang mendadak aneh.

"Boleh, minta kontak kamu."

"Oh, kirain apa. Siniin HP-nya, Kak." Vio langsung memberikan ponselnya pada Chika.

Gadis itu mengetikkan nomer ponselnya di ponsel milik Vio. "Nih, udah."

Vio tersenyum senang setelah mendapatkan nomer kontak gadis pujaan hatinya itu.

~~~

R.
28/12/2020

Kemarin teater terakhir di 2020. Semoga di tahun depan semua berjalan dengan normal kembali. Asli kengen teateran walau baru beberapa kali ke sana.

Selamat menikmati liburan semuanya. Semoga diberikan kesehatan, dan kekuatan terus yaaa~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top