A
Sudah satu minggu lebih Vio berangkat ke kampus menggunakan kendaraan umum. Si Legend dibiarkan di rumah begitu saja, kerusakan yang dialami oleh motor kesayangan Vio itu cukup parah, hingga membutuhkan biaya yang cukup besar. Sementara Vio belum memiliki uang untuk memperbaiki si Legend.
Vio melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul 07.05 pagi dan ia sudah sampai di pelataran kampus. Kebetulan hari ini Vio mendapat jadwal kuliah pagi sehingga pemuda itu mendadak menjadi seseorang yang rajin. Semenjak si Legend bermasalah Vio lebih rajin dari biasanya.
"Sepi...." Suasana kampus masih sangat sepi, karena hanya beberapa dosen saja yang memberikan kuliah pagi.
"Drun!" Suara lantang dari seorang gadis memanggil Vio dari kejauhan.
"Woi, Mir!"
Gadis bernama lengkap Amirah Fatin itu mendekat ke arah Vio.
"Sibuk bener atlit e-sport kesayangan kampus." Mira--nama panggilannya-- tertawa pelan mendengar ucapan Vio. "Gimana kejuaraan kemarin?"
"Hai Kesayangan aku."
Belum sempat Mira menjawab pertanyaan Vio, sebuah tangan dengan tidak sopannya merangkul pudak gadis itu.
"Dasar buaya Garut!"
"Ke mana aja, Mir? Aa kangen."
"Kongan kangen, tapi kemaren jalan sama Fiony. Zahran ... Zahran," ucap Mira sambil mencubit pinggang Zahran.
Zahran melepas rangkulannya pada Mira lalu mengusap-usap pinggangnya yang panas karena cubitan Mira.
"Mamam, makanya jangan sok-sokan jadi buaya," cibir Vio lalu tertawa puas melihat Zahran yang menderita dengan perih di perutnya.
Mira sudah terlebih dahulu berjalan menuju kelasnya, meninggalkan Vio dan Zahran yang berjalan di belakangnya. Mira berbeda jurusan dengan Vio dan Zahran, mereka bisa saling mengenal karena Mira adalah mantan dari Flo.
Jam kuliah baru saja berakhir, Vio meregangkan badannya setelah 3 SKS ia lalui sambil menahan kantuk dan pegal karena materi yang disampaikan oleh dosennya kali ini cukup membosankan.
"Kantin, kuy!" ajak Zahran yang langsung diangguki oleh Vio.
"Flo, ikut kagak?"
"Yuk!" jawab Flo.
Seperti biasanya, ketiga mahasiswa ini berjalan dengan riang, tawa, canda tidak pernah lepas dari mulut mereka, terutama Vio, pemuda itu selalu saja punya celetukkan yang membuat kedua sahabatnya tertawa terpingkal-pingkal.
"Asli, lah. Lo coba deketin itu si Pak Anwar. Udah mukanya kayak squdward pasti kepalanya bau ban dalem. Hahaha."
"Goblok, Badrun. Kalau orangnya denger mampus lah kau. Hahaha."
"Kayak rambut lo wangi aja, Bang. Setau gue rambut lo enggak pernah dikeramas. Mau ternak kutu, ye? Hahaha."
"Jangan ngadi-ngadi ya anak Bapak Keynal."
Saking asyiknya mereka bercanda, hingga tidak menyadari ada seorang gadis yang sejak tadi mengikuti langkah mereka sambil menahan tawa. Hingga akhirnya tawa si gadis meledak membuat ketiganya tersentak kaget.
"Anjir, Mir. Lo ngagetin sumpah. Itu ketawa udah kayak tante-tante yang mangkal di atas pohon."
"Lo kira gue kunti, Badrun!" jawab Mira sambil menjeplak punggung Vio.
Kedatangan Mira membuat Flo terdiam. Susah payah ia menghindari Mira, pagi ini ia malah tidak sengaja dipertemukan dengan gadis yang menjadi alasannya berkuliah di kampusnya sekarang ia menimba ilmu.
"Ini udah lewat dua semester dan lo masih belom bisa move on?" gumam Flo di dalam hatinya.
Siapa yang bisa dengan mudahnya melupakan cinta pertama dan bahkan hubungan percintaan Flo dan Mira sudah berjalan sejak mereka berdua masih duduk di kelas satu SMA. Ditambah, Mira meminta putus dengan alasan yang tidak jelas, padahal keduanya sudah menjalin hubungan selama tiga tahun.
"Mira sayang, ikut kantin, kuy!" Ajakan Zahran pada Mira membuat Vio melotot tajam pada temannya itu. Ia sadar ada perubahan di ekspresi Flo semenjak kedatangan Mira.
"Soyang sayang. Tapi, ayok. Gue juga kebetulan mau ke kantin."
"Lo goblok Zahran. Kalau jadi buaya tau tempat!" bisik Vio di telinga Zahran dengan nada penuh penekanan. Zahran yang tidak peka hanya mengernyitkan dahi.
Hari ini benar-benar hari sial Flo, padahal biasanya ia dengan mudahnya menghindari Mira, tapi tidak untuk hari ini. Mira duduk tepat di sebelahnya, nafsu makan yang tadi menggebu mendadak hilang. Bukan hanya karena keberadaan Mira, tapi ajakan Zahran pada mantan kekasihnya itu membuat Flo semakin merasakan sesak di dadanya.
"Flo, anter gue pesen makan." Flo hanya mengangguk lalu mengikuti Vio menuju kios penjual makanan.
"Eh, Mira sama A Zahran pesen apa?"
"Lo ngelamun mulu dari tadi, mereka dah pesen. Tinggal lo doang yang belom."
Vio memesan Ketoprak sementara Zahran dan Mira memesan Batagor. Flo, dia tidak memesan apa-apa.
Sambil menunggu pesanan tiba, Vio mengajak Flo berbicara empat mata.
"Lo belum bisa move on dari si Amir?" Flo menundukkan kepalanya.
"Gak tau, Bang. Gue belum nemuin yang cocok."
"Ck, ah. Lo mau sama siapa? Si Olla, Lulu, Jessica, Kak Diani, sok mau sama siapa?"
"Entahlah...."
"Drun, ini pesenan lo!"
"Bentar, Pak!"
Vio dan Flo kembali ke meja mereka sambil membawa makanan pesanan Mira dan Zahran.
"Lo enggak pesen apa-apa, Flo?" tanya Zahran.
"Enggak nafsu makan gue, A."
Vio, Zahran dan Mira asyik menyantap makanan mereka. Sementara Flo sedang melihat-lihat instagram untuk melepas rasa bosannya. Inginnya ia segera pergi dari tempat ini, tapi mengapa kakinya sulit sekali melangkah.
~~~
Chika membanting tubuhnya ke sofa, seharian berpose di depan kamera melelahkan juga.
"Chika, ganti baju dulu!" tegur Gracia melihat anaknya malah tiduran di atas sofa.
"Sebentar, Ma. Masih capek ini."
Atas permintaan Gracia, Chika hari ini memulai kegiatannya sebagai model untuk mengisi waktu kosongnya sambil menunggu gadis itu masuk kuliah yang masih cukup lama.
"Ternyata, cuman bergaya depan kamera juga capek ya, Ma?" Chika merubah posisinya menjadi duduk bersandar di sofa.
"Yang capek itu bukan difotonya sih menurut Mama. Yang capek itu nunggunya." Chika mengangguk itu juga menjadi alasan dari rasa lelahnya.
Tadi adalah debut pertama Chika sebagai model. Atas rekomendasi Gracia, anaknya itu menjadi model sebuah distro yang cukup terkenal. Photographer dan pemilik distro mengagumi dan memuji Chika. Meski gadis itu baru terjun ke dunia yang menjadi jejak awal ibunya meniti karir di dunia entertaiment, tapi Chika sudah menunjukkan kalau ia memiliki potensi untuk menjadi seorang selebritis bahkan bisa melebihi Gracia.
"Christy mana, ya?"
"Udah tidur kali, Ma. Ini udah jam setengah sepuluh malem."
"Ya udah, kamu bersih-bersih dulu. Terus istirahat. Besok kamu ikut Mama ke acara launching cafe punya temen Mama di daerah Sudirman."
Chika melangkahkan kakinya menuju kamar untuk membersihkan diri lalu beristirahat. Tak lupa, ia mengecup pipi Mamanya sebelum mereka berpisah di tangga menuju lantai dua tempat kamar Chika dan Christy berada.
~~~
Pembukaan SheVeRa cafe cabang Jakarta. Dicari penyanyi atau band akustik.
Seleksi diadakan pada pukul 09.00 hingga pukul 17.00
Segera daftarkan dirimu atau band band kamu ke nomor WA: 085313174711 (Rin) / 081777324551 (Damar)
Vio melihat pengumuman dari gambar yang dikirimkan oleh Zahran ke dalam grup yang berisi dia dan kedua sahabatnya.
BuAra GRT: Drun, siapa tau rejeki lo.
FloSha: Wah, sabi tuh, Bang. Ambil aja. Mumpung besok kelas kosong.
VBdrn: Iye, besok gue WA nomernya. Thanks, ya, Ran.
BuAra GRT: Ga perlu, lo langsung dateng aja. Udah gue WA orangnya.
FloSha: Mantap Zahran
VBdrn: Mantap Zahran (2)
Vio mematikan ponselnya lalu menyimpannya di meja kecil sebelah tempat tidurnya. Matanya sudah lelah karena seharian panas-panasan di dalam kendaraan umum.
Dalam doanya sebelum tidur, ia berharap bisa berjumpa lagi dengan bidadarinya. Yessica Tamara.
~~~
R.
27/11/2020
Seneng banget dua hari kemaren dapet asupan Flora Floraan wkwkwk
Tapi entah, hati ini masih kamgen sama Badrun. Semoga bisa cepet beraktivitas seperti semula anaknya~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top