9
Happy reading sista😘😘
****
Jarum jam tepat di angka satu, udara panas menembus ventilasi-ventilasi gedung tingkat tiga tersebut. Tidak terkecuali dengan lantai dua, ditempat itu hanya ada Eru dan Arlan, sedang keempat perempuan cantik itu pergi mencari makan di sekitar kantor. Setelah Arumi dan ketiga temannya turun, Eru membuka pintu ruangan Arlan dengan tendangan keras kemudian ia masuk lalu menutup pintu itu dengan sentakan yang cukup keras. Emosinya sudah di ubun-ubun menyaksikan Arlan berusaha dekati Arun, ia tidak habis pikir apa maksud Arlan mendatangi meja Arumi, tidak biasanya Arlan melihat dulu laporan karyawan.
Eru mendaratkan pantatnya di sofa yang terletak di pojokan. Arlan terjengkit kaget, ia mengusap dada beberapa kali, kepalanya geleng-geleng dengan kelakuan sahabatnya. Arlan tahu Eru pasti kesal karena tadi ia mendatangi meja Arumi, ia hapal sifat Eru. Laki-laki itu paling tidak suka kalau miliknya di usik orang lain. Arlan hanya ingin menggoda Eru saja, baginya ini suatu perubahan yang positif, cukup lama Eru terpuruk karena perempuan matre itu.
"Sialan! Bikin orang kaget aja. Bisakan tutup pintu nggak pake banting gitu." omel Arlan
Eru tak menyahut, ia memandang Arlan tajam. Kalau saja tatapan Eru itu pedang bisa-bisa kelar hidup Arlan sekarang. "Gue salah apa?" Arlan pura-pura tidak tahu
"Lo bisa nggak jangan deket-deket Arum, lo tau kalo gue suka itu cewek kenapa lo mepet dia juga, lo ngajak ribut?!" sahut Eru dengan suara naik dua oktaf
Arlan santai saja menanggapinya. "Kenapa? Siapa aja boleh kan deketin dia, belum ijab kabul juga."
Eru yang sudah geram semakin geram, matanya mengelap, rahangnya mengetat, kedua tangannya mengepal berusaha keras menahan gelegak amarahnya. "Mending lo mundur dari sekarang, gue nggak mau kita musuhan, gue juga nggak mau hancurin lo, lo belum tau siapa gue." ancam Eru tak ada senyum menghiasi wajahnya. Wajah ini yang ia sembunyikan dari sahabat dan keluarganya, ia akan berubah jadi kejam bila ada yang mengusiknya.
Arlan langsung terdiam menatap lurus pada Eru begitu juga sebaliknya. Arlan bahkan dapat merasakan aura Eru yang tak biasa. Bulu kuduknya meremang, sepertinya Arlan sudah memanggil sisi lain Eru yang terpendam. Selama berteman dengan Eru, Arlan tidak pernah melihat Eru seperti ini. Eru sosok friendly, selalu ada untuk sahabat-sahabatnya, senyum selalu tersungging di bibirnya tak pernah sekalipun mengeluh. Tapi hari ini Arlan sadar, ia telah mengusik sesuatu yang berharga bagi Eru
"Wooo...sabar brother, gue cuma bercanda, okey, rileks." ucap Arlan coba mengurai ketegangan, ia mendekat pada Eru duduk di sampingnya. Bukan karena Arlan takut tapi ia memang hanya menggoda Eru.
Eru tak mengindahkan ucapan Arlan, kemarahan masih menghimpit dada, ia menoleh Arlan masih dengan tatapan mata tajam. "Gue serius! Lo boleh bercanda apa aja sama gue tapi kalo nyangkut Arum gue nggak main-main."
"Sorry, gue nggak ada maksud gimana-gimana kok, gue cuma mau goda lo aja. Kalo lo tersinggung gue beneran minta maaf," ujar Arlan.
Eru diam saja masih menatap Arlan, sedang Arlan menghela nafas perlahan. "Lagian gue bukan penganut teman makan teman, dan gue nggak mungkin deketin incaran lo. Kalo pun gue bener suka sama Arum, gue milih mundur daripada gue kehilangan sahabat."
"Gue pegang kata-kata lo! Kalau sampai macam-macam gue nggak segan-segan bunuh lo!" tukasnya, Arlan bergidik sungguh ini bukan sosok Eru sahabatnya.
Eru membuang nafas keras agar kemarahan yang menyelimuti hatinya reda, ia tidak mau sampai lepas kendali. "sekarang pesenin gue makan siang." lanjutnya dengan wajah datar
Arlan sontak menoleh pada Eru. "Lo bilang apa?" tanya Arlan bingung
"Pesenin gue makan siang." ulang Eru lagi
Arlan masih bingung dengan perubahan Eru yang cepat, bukannya tadi ia bicara sama iblis, kenapa sekarang iblis itu dengan santainya minta Arlan pesan makanan. "Kampret!" makinya setelah sadar dari bingungnya.
"Hei! Gue bos di sini harusnya lo yang pesenin makanan bukan gue." teriak Arlan. Eru melirik sekilas alisnya naik satu seolah berkata 'berani lawan gue?'
Shit!
Ketegang melumer dengan berubahnya raut wajah Eru. Kentara sekali dari gestur tubuh Eru jadi lebih santai, amarah sedikit demi sedikit menguap dari wajahnya. Arlan mengumpat kasar tak urung ia jalan ke mejanya menekan satu tombol di telepon mejanya yang terhubung dengan dapur, begitu Edi menjawab Arlan memberi perintah untuk membelikan makanan dan membuatkan es teh.
Arlan kembali duduk di depan Eru yang sibuk sama ponsel pintarnya. "Lo beneran ngejar tuh cewek?" tanya Arlan sekali lagi.
Sungguh Arlan tak habis pikir untuk apa Eru repot-repot mengejar Arum yang jelas-jelas menolaknya, padahal diluaran sana tanpa mengejarpun wanita-wanita itu siap melemparkan dirinya pada Eru.
"Hmm.."
"Lo beneran cinta sama dia dan nggak main-main kan?"
"Hmm.."
"Terus nyokap bokap tau?"
"Hmm.."
"Lo niat nikahin dia?"
"Hmm.."
' benar-benar songong nih anak, bikin kesel aja.' batin Arlan
Arlan melempar bolpoin pada Eru. "Tai lo! Gue ajak ngomong jawab ham hem doang, kayak ngomong sama simon gue." sungut Arlan
"Anjrit lo! Nyamain gue sama monyet." Eru ngelus-elus puncak kepalanya yang kena lemparan bulpoin Arlan
"Lo sendiri gitu, gue nanya serius jawabnya cuma hemn doang, sialan kan!"
"Gue lagi ngecek nih."
Obrolan mereka terus berlanjut sampai waktu istirahat siang habis, Eru segera kembali ke mejanya sebelum Arumi dan kawan-kawan dateng. Eru tak ingin mereka curiga.
****
Eru sedang duduk manis diatas jok motornya, ia menunggu Arum yang belum turun karena harus menghadap Arlan mengenai laporan yang pria itu minta. Sudah lima belas menit tapi Arumi belum turun, akhirnya Eru membuka handphonenya mungkin saja ada pesan untuknya. Saking seriusnya Eru menekuri benda pipih persegi panjang berlogo buah digigit ujungnya, iasl sampai tidak sadar Meilan jalan ke arahnya.
Plak!
Tepukan keras pada bahu kirinya mengagetkan Eru, untung saja handphonenya tidak jatuh. Eru menoleh kesamping kiri disambut wajah masam Meilan.
"Kenapa?" tanya Eru
"Nunggu jemputan, ini semua gara-gara lo tau, gue jadi sengsara gini," jawab Mei ketus
"Kok gue?" Eru mengernyit
"Lah lupa dia, yang telpon tadi pagi suruh bohong sama Arum siapa? Setan? Monyet? Ato kucing tetangga?" sindir Mei kesal.
Setelah Arumi menolak perintah Sadewo dan menuju garasi, Eru diam-diam mengikutinya. Ia melihat Arumi menelepon Mei minta jemput karena ban motornya kempes. Sekelebat ide melintas di otaknya, sudah yakin Arumi keluar dari garasi Eru ganti menelpon Mei, menyuruh Mei buat alasan tidak bisa jemput Arumi serta minta Mei ngabari Arumi lima belas menit sebelum jam kantor mulai. Eru sedikit maksa Mei, sebab Mei menolak permintaan Eru tapi bukan Eru namanya kalau tak bisa meyakinkan Mei.
Eru menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama nyengir kuda,"Hehe.. maaf kalau nggak gitu mana mau Arum gonceng gue, tapi tenang aja bantuan lo suatu saat pasti gue bales,"
Mata Mei menyipit. "Gue nggak perlu balesan lo, yang gue mau lo jangan sampai nyakitin dia, awas aja kalau lo bikin Arumi nangis gue bejek-bejek lo nggak perduli lo temen gue. Ingat itu!"
"Thank's! Lo bisa pegang omongan gue. Gue tau lo ikhlas bantu gue tapi tawaran tadi tetep berlaku, kapan pun lo butuh bantuan gue, gue siap bantu lo sebisa gue." sahut Eru
"Ck! Sok-sokan mo bantuin gue, tidur aja masih numpang, emang lo presiden gitu, belagu banget sih. " kata Mei seraya melayangkan pukulan ringan di lengan Eru
Eru bukannya tersinggung malah tertawa dengar Mei meremehkan dirinya. "Ya kali aja butuh cowok pura-pura buat manas-manasi laki lo, tampang gue nggak jelek-jelek amat masih layak kalau di ajak ke kondangan, hehe..."
"Wah! Bener juga itu," seru Mei.
" Eh..itu adek gue, gue balik duluan ya. Awas anterin Arumi sampai rumah dengan selamat nggak kurang satu pun."
"Siap, mam!"
Mei sudah tidak kelihatan lagi waktu Arumi jalan kearahnya dengan muka masam,
' duh, itu muka kapan sih nggak cantik, merenggut aja cantik apalagi pas senyum bikin jantung gue tambah nyut-nyutan' pikir Eru
Kalau saja ban motornya tidak kempes, Arumi tidak perlu gonceng Eru. Apes! Arumi memakai helm yang diulurkan laki-laki itu, sungguh tidak ikhlas ia harus pulang sama Eru tapi mau gimana lagi teman-teman lainnya sudah pulang. Arumi naik dibelakang Eru, setelah nyaman ia tepuk bahu Eru tanda siap berangkat
"Ready honey?" tanpa menunggu jawaban dari Arumi, Eru melajukan motornya.
tbc
Mlg,16-9-17
Suka deh cerita ini mulai ada yang ngelirik😊.... biar cuma vote aja tapi mkasih banget, lebih suka lagi kalau mau komen..duh..duh....makin suka😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top