22
Hai😁 ini cerita pertama yang aku buat...jadi kalau banyak kurangnya maklumi aja ya tsayy 😁😁
Yuk komen" dibanyakin...buat mbak/ mas/om/tante/adek/kakak siders cuss tsayy...klik bintang dipojokkan Ok😄...
Jangan timpuk aku yang gila vote+komen 🏃🏃🏃😄
Happy reading sista 😘
*****
Eru turun dari mobil mewahnya, dengan kemeja body fit merah hati, dasi hitam senada celana panjang bahan, juga kacamata hitam bertengger di hidungnya, serta sepatu oxford hitam mengkilap, membuatnya lebih terlihat lebih tampan. Ia mendongak menatap gedung dengan 50 lantai yang ia tinggalkan setahun terakhir ini. Gedung ini masih sama, hanya ada beberapa perubahan pada gedung tersebut.
Untuk pertama kalinya, ia kembali setelah ia serahkan kendali atas perusahaannya pada papanya. Ia berjalan masuk kedalam gedung, diikuti Seno dibelakangnya. Sapaan ramah menyambutnya, ia membalas dengan anggukan kecil tanpa menghentikan langkahnya menuju lift. Dirinya bukan sosok atasan yang royal memamerkan senyum, ia akan menjadi pribadi yang kaku, dingin juga tegas.
Tapi yang ia heran kan, kenapa karyawan perempuan malah mengagumi dirinya. Apa yang dilihat dari dirinya? Apa mungkin nama besar juga hartanya?.
Lift berhenti dilantai 35. Pintu kotak besi itu terbuka, ia keluar berjalan keruangannya. Krisna berdiri memberi salam yang dijawab dengan anggukan, Krisna dengan sigap membuka pintu ruangan. Eru masuk diikuti Seno juga Krisna. Mata laki-laki itu memperhatikan sekeliling ruangannya, rupanya Krisna tidak lupa membersihkannya. Ia duduk dikursi kebesarannya, Seno dan Krisna berdiri.
"Krisna! Jadwal pak Prabu hari ini di cancel saja, atur ulang, besok saya yang selesaikan." titahnya. Tadi waktu sarapan, dia minta papanya libur semua pekerjaan dia yang akan tangani.
"Baik, Pak!" jawab Krisna
"Kamu boleh keluar." katanya lagi. Krisna keluar tidak lupa menutup pintu dengan pelan.
"Duduk, No!"
Seno duduk dikursi depan Eru. Bos-nya ini meski usia masih muda tapi pengalaman didunia bisnis tidak bisa dipandang sebelah mata. Mungkin orang akan tertipu dengan penampilannya, mereka pasti mengira Eru cuma pengusaha ecek-ecek sehingga sering direndahkan. Tapi mereka tidak tahu saja bahwa laki-laki dihadapannya ini, bisa berubah menjadi iblis. Dia tidak segan-segan melibas habis musuhnya.
Pertama kali Seno bekerja pada pria itu, ia kaget bukan main. Dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan bos-nya membunuh musuh bisnisnya yang telah menculik adik kesayangannya.
"Kamu dengar saya Seno!"
"Maaf Pak," jawab Seno pelan.
"Kamu kenapa?! Kalo sakit lebih baik pulang!" ujar Eru dengan keras. Seno bergeming dikursinya.
"Gimana laporan Feri?"
"Selama tiga hari ini tidak ada yang aneh, Pak. Non Arum lebih banyak di rumah juga di resto kakaknya." sahut Seno. Ah! Rupanya benar dugaan Seno, bosnya ini sedang jatuh cinta.
"Pantau terus, sekecil apapun laporankan!" lanjutnya, dijawab anggukan Seno
"Kasus kepolisian yang kamu bantu gimana?"
"Sudah ada titik terang, Pak. Mereka sangat rapi menutupi kejahatannya." lapor Seno.
Eru mengangguk-angguk, benar kata Seno kasus ini sedikit menyulitkan pihak kepolisian untuk mengusutnya, karena itu temannya yang menjabat di kepolisian bagian kriminal minta bantuan padanya. Huft! Ini semua benar-benar menyita pikirannya.
"Ya sudah kamu keluar, nanti saya akan ke rumah."
Seno keluar tanpa diperintah dua kali. Begitu Seno keluar, dia berdiri kemudian berjalan kejendela besar, tampak mobil lalu lalang tiada henti, matanya menerawang jauh.
Dia pulang setelah lebih dari lima tahun ia berada diluar negeri, setelah lulus dari Oxford university, Ia ditarik oleh salah satu perusahaan IT ternama didunia. Karirnya pun cukup menjanjikan. Tapi sayang dengan berat hati, dirinya harus mengajukan risegn karena papanya meminta bantuan untuk menyelidiki orang yang menjual data perusahaan.
Ia masuk sebagai trainee, dengan begitu ia bisa leluasa mengawasi orang yang dianggap sebagai orang yang menjual data. Saat itulah ia bertemu Ara, perempuan cantik yang membuat jantungnya berdegup kencang. Ara bekerja dibagian pemasaran, cocok dengan parasnya yang dituntut sempurna agar menarik pembeli.
Hanya dalam hitungan bulan mereka memutuskan berkomitmen. Selama menjadi trainee, Eru mulai membangun bisnisnya. Ia bekerja sama dengan Arlan membuka showroom mobil bekas, selain itu dengan Hendy ia membentuk semacam agen pengamanan untuk orang-orang yang perlu pengawalan. Tapi dibalik itu mereka melatih khusus orang-orang yang berpotensi menjadi agen rahasia yang bekerja sama dengan aparatur negara.
Selain itu ia, Lady juga mamanya membuka usaha dalam bidang fashion dan membuat brand sendiri. Darah bisnis mengalir dalam tubuhnya, sedari kecil bakat itu kelihatan.
Selama menjalin hubungan dengan Ara, ia tidak pernah mengatakan siapa dia. Bukan bermaksud bohong hanya saja ia berhati-hati, bukan tidak mungkin Ara mencintainya hanya karena nama besar juga hartanya. Dan benar saja, ditahun kedua Ara mengakhiri hubungan mereka. Sakit! memang itu yang dia rasakan, apalagi alasan mereka putus hanya karena ia mendapatkan laki-laki lebih dari dirinya.
Sejak itu dia menutup hatinya untuk perempuan. Baginya wanita tidak lebih dari tisu, setelah dipakai lalu dibuang. Baginya cinta itu bulshit! Mulai dari itu Eru menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Tampuk kepemimpinan MH Group diserahkan padanya, sejak itu hari-harinya hanya bekerja.
Tepat satu tahun berpisah datang undangan pernikahan dari Ara. Sebenarnya ia malas, tapi ia ingin menunjukkan kepada Ara bahwa dirinya baik-baik saja. Saat itulah ia melihat sosok perempuan cantik dalam balutan kebaya dan kain jarik. Namun wajah cantik itu tertutupi mendung, tidak ada gurat kegembiraan. Secara tidak sengaja, ia mendengar percakapan perempuan itu.
Eru sungguh tidak menyangka Ara tega berbuat seperti itu, merebut kebahagiaan saudaranya sendiri. Dia memperhatikan semua gerak gerik wanita cantik tersebut, bahkan saat perempuan itu pergi dengan tangisnya dia tahu. Diam-diam ia mengikuti mobil wanita tadi, ditaman dekat perumahan barulah ia mengetahui nama wanita berparas ayu.
*****
Arumi duduk menopang dagu dengan tangan sebelah yang dia letakkan dimeja, ia menghela napas keras, lagi dan lagi. Entahlah hari ini perasaannya sungguh aneh, entah apa yang mengusik pikirannya. Menelpon orang tuanya sudah, Sri juga sudah tapi kenapa masih ada yang kurang. Sengaja dia tidak menghubungi teman kantornya, sedikit banyak ia masih kecewa dengan mereka.
Tepukan lembut pada bahunya membuatnya menoleh, kak Rianti duduk disebelahnya. Ia juga membawa teh dan camilan. Mereka ada diteras belakang, ada kolam ikan juga beberapa bunga yang kakaknya tanam, juga dua atau tiga pohon besar untuk menghalau terik sinar matahari disiang hari.
"Ada apa? Kakak tau kamu nggak akan kesini kalo nggak ada masalah," Rianti terlalu hapal sifat dan tabiat Arumi.
Arumi tidak langsung menjawab, ia seperti berpikir, "mau tenangin pikiran kak." jawabnya
Rianti mengubah posisi duduknya bersila kemudian menghadap Arumi, "kenapa? Cerita dong, kakak mana tau kalo kamu nggak cerita."
Arumi menghela napas sebentar, kemudian mengalirlah cerita dari mulutnya. Semua tanpa ditutupi, kecuali ketika mereka berciuman dimobil. Tak mungkin ia menceritakan hal privasi pada Rianti.
"Pulang dek, selesaikan. Jangan kabur dari masalah, kakak yakin mereka nggak ada apa-apa."
"Nggak ada apa-apa gimana kak, aku liat sendiri lho mereka ciuman." bantah Arumi menggebu.
"Kamu kan liatnya dari belakang dek jadi kayak orang ciuman, tapi belum tentu mereka ciuman lho. Banyak tuh di tv-tv adegan gitu ternyata nggak ciuman," kata Rianti. Mendengar cerita Arumi, tidak mungkin laki-laki itu melakukan tindak bodoh yang bisa membuat usahanya sia-sia, "denger dulu penjelasan mereka, pasti ada alasan kenapa mereka gitu. Tapi...kakak rasa ada baiknya juga mereka deket, kamu jadi marah liat mereka deket itu artinya kamu cemburu. Buat apa cemburu kalo nggak cinta. Hati kamu sakit pas liat ciuman, ya walaupun itu benar apa nggak, kenpa harus sakit hati kalo nggak ada cinta.
Seperti sekarang ini, kamu nggak sadar kan kalo kamu kangen dia. Kamu ngerasa ada yang kurang, ada yang nggak pas, tapi nggak tau itu apa. Saran kakak....mending kalian bertemu ngomong berdua, tanya gimana perasaan dia sama kamu, masih atau udah hilang. Apapun jawabannya nanti kamu harus terima. Satu lagi babat habis tuh gengsi nggak ada gunanya. Pikirin lagi apa yang kakak bilang." ujar Rianti dengan menepuk pundak Arumi, kemudian dia beranjak dari duduknya masuk kedalam rumah meninggalkan Arumi sendiri.
Apa bener aku cemburu? Apa iya aku cinta dia? Ini namanya rindu?
tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top