12

Happy reading sista😘😘

******

Begitu mobil berhenti di depan rumah Arumi langsung membuka pintu mobil, ia turun tanpa mengucapkan apa-apa dan menutup kembali pintu dengan kencang. Ia masuk ke rumah dengan wajah merah padam, sedikit berlari menaiki tangga menuju lantai dua lalu masuk ke kamarnya.

Arumi bahkan mengacuhkan Nisa dan Sadewo yang duduk di sofa ruang tengah, tanpa ucapan salam. Sadewo dan Nisa berpandangan, memgangkat kedua tangan sejajar dada mereka kemudian mengedikkan bahu.

Eru masuk dengan wajah kusut, menghampiri calon mertuanya. Ya! Eru sudah memastikan Sadewo dan Nisa sebagai mertuanya. Ia mengucap salam lalu mencium punggung tangan calon mertuanya. Eru menjatuhkan tubuhnya di sofa single samping Sadewo. Nisa bangkit ke dapur membuatkan minuman buat Eru

"Kenapa?" tanya Sadewo

Eru mengusap kasar wajahnya sebum menjawab pertanyaan Sadewo, "marah, Yah."

"Kalian bertengkar?" tanya Nisa datang dari dapur membawa teh untuk Eru lalu duduk disamping suaminya

"Iya, Bu. Aku tadi paksa Arum pulang," jawab Eru tanpa menceritakan bahwa ia mencium paksa Arumi, bisa-bisa di tebas ini lehernya, ia bergidik ngeri membayangkan.

"Memang kenapa?" sahut Sadewo lagi

"Eru cemburu, Yah. Tadi temen Arum terang-terangan bilang mau jdi pacar Arum," sahut Eru, "Eru nggak suka, Yah. Maaf kalau Eru terlalu posesif sama Arum."

Nisa tersenyum maklum, ia mengerti apa yang dirasakan Eru, ia pernah muda juga pernah mengalaminya, "cemburu boleh asal tidak berlebihan, Ru," Nisa menyesap tehnya, "kamu jangan terlalu posesif gitu, perempuan itu ibarat layangan kalau terlalu ditarik akan putus tapi kalau terlalu kendur akan hilang arah, jadi harus tarik ulur, paham kan maksud ibu?"

"Iya, Bu."

"Coba kamu abaikan dulu dia, cuekin gitu terus liat respon dia. Kalo perlu bikin dia cemburu, kalau Arum cemburu itu artinya dia mulai ada rasa sama kamu, Ru." timpal Sadewo

"Ayah yakin pasti berhasil? Kalau dia cuek aja gimana?" sahut Eru

"Seratus persen! Arum itu kayak bundanya sok jual mahal dideketi marah-marah tapi dicuekin blingsatan, makanya ekstra sabar kalo sama dia. Ayah yakin bentar lagi di bakalan mau nerima kamu."

Eru menimbang-nimbang saran Sadewo dan Nisa, bagus juga! Sapa tahu berhasil, "baik Eru coba," "Eru pamit dulu kalau gitu, Yah, udah malam sekalian kembalikan mobil temen."

Eru meneguk habis teh buatan Nisa, ia bangkit lalu mencium tangan Sadewo dan Nisa. Nisa mengantar Eru sampai depan pagar.

"Perempuan kalau udah sakit lama sembuhnya, kamu yang sabar jangan nyerah mengejar dia. Ibu terimakasih banyak sama kamu udah kembalikan Arum seperti dulu, dia sekarang lebih manusiawi," mereka berhadapan Nisa mengelus kedua lengan Eru

"Eru yang harus berterimakasih sama ayah dan ibu, sudah ngijinin Eru ngejar Arum, keluar masuk rumah seenaknya padahal Eru bukan siapa-siapa ayah dan ibu, bahkan kalian tidak tau asal usul Eru."

"Kami yakin kamu bisa buat Arum bahagia, ibu harap kamu nggak nyakitin dia. Dengar Ru, kami tidak pernah melihat seseorang dari apa yang dia punya tapi apa yang ia perbuat, bahkan bila kamu tukang ojek sekalipun kami tidak keberatan asal Arum bahagia," balas Nisa

Eru memeluk Nisa erat, melampiaskan rindu yang ia rasakan pada mamanya, "Eru janji akan bahagiakan Arum, nggak akan sakitin dia."

"Ibu harap itu bukan omong kosong, jangan kecewa kan kami, jaga kepercayaan kami,"

Setelah mengurai pelukannya, Eru masuk ke mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Arum, Nisa menunggu sampai mobil itu hilang ditengah gelapnya malam, Nisa kemudian menutup pagar lalu masuk ke dalam rumahnya

***

Pagi ini Arumi sudah rapi siap berangkat kerja, ia sengaja berangkat lebih awal untuk menghindari Eru. Ia masih marah padanya, bagaimana tidak dengan seenaknya dia mencium dirinya, sungguh laki-laki lancang.

Arumi turun pas saat Nisa menata makanan di meja, "pagi, Bu!" Ia mencium pipi kiri Nisa lalu duduk di kursi makan

"Tumben udah rapi? Mau berangkat sekarang?" tanya Nisa mondar-mandir menyiapkan sarapan

Arumi sedikit mencibir pada Nisa, wanita ini selalu saja menyiapkan piring untuk empat orang, pantesan Eru rajin ke rumah wong bisa makan gratis.

"Nanti kasian Eru dong kalau kamu nya berangkat dulu," kata Nisa

"Biarin kenapa sih, Bu, Arum kan nggak nyuruh," sahutnya, "Arum perhatiin ayah sama ibu lebih sayang dan care ke dia timbang Arum, emang  ayah sama ibu dikasih apa sama dia nurut banget gitu," protes Arum, ia sebal mereka jadi lebih sayang sama cowok gila itu timbang dirinya

Nisa menghentikan kegiatannya lalu melihat pada anak tirinya, ia menghampiri Arumi duduk disebelahnya, "itu perasaan kamu aja, Eru itu baik sayang, nggak perlu dikasih apa-apa ayah sama ibu pasti sayang sama dia, kamu harusnya bersyukur ada laki-laki yang sabar hadapi kamu," jawab Nisa lembut

Arumi berdecak tidak senang dengan jawaban Nisa, nafsu makannya seketika hilang lagipula ia malas mendebat Nisa lebih baik berangkat saja. Ia meraih tas dan menyampirkan pada bahunya, berdiri  lalu pamit sama Nisa.

"Arum berangkat assalamualaikum!" tanpa perlu menunggu balasan salam dari Nisa ia berlalu dari hadapan Nisa

"Rum! Makan dulu nak," bujuk Nisa mengekor dibelakangnya

"Nanti aja di kantor," sahut Arum singkat, ia mengabaikan Nisa terus berjalan keluar rumah

"Naik apa? Kan kunci motor sama mobil di bawa ayah."

"Angkot!" kentara sekali Arumi marah pada Nisa.

Nisa mengelus dada, anak ini kalau sudah marah lama baiknya, "ya sudah hati-hati, jangan lupa makan." pesan Nisa, Arumi mengangguk kecil.

******

Me: Sen, bisa jemput gue sepuluh menit lagi?

tring

Sendy: Ok cantik 😘 kebetulan gue deket sama tempat lo.

Me: makasih 😊

Ia masukkan kembali ponselnya ke dalam tas, pekerjaannya sudah beres dan ia bersiap pulang. Seharian ini Arumi benar-benar mengabaikan Eru,  kalau biasanya ia terpancing dengan tingkah laku Eru hari ini dirinya berhasil mengendalikan emosinya.

Lebih baik diam daripada meladeni ocehan pria itu, ia juga tidak mengindahkan tatapan heran ketiga temannya. Biar saja Arumi tidak perduli, dengan cepat ia rapikan meja kerjanya sesekali melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Sudah lewat dari janjinya, ia mempercepat beres-beresnya kemudian mengambil tas, mematikan komputer.

"Guys gue duluan ya," pamitnya terus berlari kecil ke tangga.  Sendy pasti sudah menunggu dibawah.

Mereka bertiga yang penasaran berebut lari ke jendela tidak terkecuali Eru. Dibawah sana Arumi berhadapan dengan laki-laki yang bisa di katakan cukup tampan, berperawakan sedang, rambut cepak, kemeja yang pas lalu bagian lengan di gulung sampai siku menonjolkan otot-ototnya.

Mereka berbincang sebentar kemudian masuk ke mobil warna biru tersebut. Segera setelah mobil itu pergi Vera, Meilan dan Riska menatapnya iba, mereka tahu bahwa Eru mati-matian berusaha dapatkan perhatian dan cinta Arumi. Mereka diam tidak mengatakan apa-apa hanya tepukan pelan mereka berikan sebagai tanda dukungan untuknya, setelah itu Riska, Meilan, dan Vera bergegas pulang meninggalkan etu sendiri.

Eru diam, tak ada ekspresi di wajahnya, kepalan tangannya kuat. Ini sudah keterlaluan ia harus segera bertindak, tidak ada yang boleh memiliki Arumi selain dirinya, kalau perlu ia akan bunuh laki-laki itu, dengan langkah panjang dan cepat Eru masuk ke ruangan Arlan.

Nafasnya memburu, kilatan matanya tajam sangat menakutkan bahkan Arlan sendiri tidak berkutik, atmosfer ruangan seketika berubah. Kalau sudah begini Arlan hanya bisa diam sampai kemarahan Eru reda dengan sendirinya.

Eru menelpon seseorang yang Arlan yakinin orang penting, "Seno! Awasi Sendy Guntoro anak dari  Broto Guntoro grup, segera!"

Eru segera matikan sambungan telepon tanpa mendengar jawaban dari seberang. Ia pejamkan mata coba menenangkan dirinya, mengambil nafas panjang lalu hembuskan dengan pelan dan terus berulang sampai Eru yakin dirinya tenang.

Arlan sadar tubuh sahabatnya kini sedikit lebih rileks, ia mendekat dan duduk disamping Eru, "apalagi kali ini?"

"Biasa hama kecil," jawannya enteng dengan senyum sinting , Arlan gelengkan kepala, temannya ini sungguh di luar dugaan. Ia berdoa semoga orang yang di maksud Eru selamat.

tbc

😱😱😱eike takut jadinya sama Eru...

dia preman ya kok nyeremi gitu atau pembunuh bayaran kok main bunuh cem bunuh kecoa aja🤔

ya kali nyawa ada 11 cem kucing😒

Udah ah..eike ngebacot nggak jelas 😂

Oh ya..melipir juga dong ke lapak  mbak Vera ---> LOOK AT ME

mbak Ve tunggu ya😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top