11


Happy reading sista😘 😘

*****

"Lepas!!" Arumi meronta berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Eru.

"Eru! Aku bilang lepas! Sakit tangan aku!" teriak Arumi tapi pria itu diam saja terus berjalan dengan menyeret paksa Arumi, genggaman makin kuat seolah Arumi ingin lari darinya.

Eru tidak perduli tatapan pengunjung mall tersebut, tidak perduli omongan mereka, yang ia tahu bahwa harus membawa Arumi jauh dari laki-laki tersebut. Dada Eru sesak penuh gemuruh kemarahan, emosinya hampir saja meledak kalau Arlan tidak menepuk keras lengannya sebagai tanda harus bisa menahan amarahnya. Arlan sudah tahu satu sisi yang ia sembunyikan.

Dengan terseok-seok Arumi coba mengimbangi langkah panjang Eru, ia terus berusaha mengurai cekalan Eru di pergelangan tangannya. Sial! Genggaman ini benar-benar kuat.

"Eru! Lepas! Tangan aku sakit!" pinta Arumi, pria itu menoleh nya sebentar kemudian kembali lanjutkan langkahnya.

Meski sekilas Arumi bisa lihat perubahan raut wajah Eru, ia seperti bukan sosok yang dikenalnya. Arumi seolah tidak kenal dengan laki-laki yang menyeretnya ini, auranya berbeda, tatapan matanya juga berbeda seperti iblis yang siap membunuh incarannya.

"Eru! Tolong lepasin, tangan aku sakit." Arumi merubah nada suaranya agak merengek mungkin saja tangannya dilepas.

Eru yang sudah tertutup oleh kemarahan mengabaikan rengekan kacangan Arumi, ia tahu itu hanya rengekan palsu agar dilepaskan tangan wanita ini, ia terus melangkah tidak perduli Arumi kesusahan mengikuti dirinya. Sampai di basement parkiran Eru mengambil arah berlawanan dari yang seharusnya, berjalan ke tempat parkir mobil dengan langkah lebar dan panjang, Arumi masih saja meronta tapi jangan harap akan dilepaskan.

Eru membuka pintu mobil sebelah kiri pengemudi. "Masuk!" Didorong sedikit keras tubuh Arumi kedalam mobil mewah tersebut lalu menguncinya.

Arumi pasti berusaha keluar dari mobil karena itu Eru menguncinya. Sedikit menjauh tidak langsung masuk ke dalam mobil, ia menelepon seseorang sambil mengatur nafasnya dan sedikit meredakan amarahnya.

"Arum?" merasa namanya di panggil Arumi mendongak didekat tempat Vera duduk berdiri laki yang dikenalnya.

"Kamu?.... Sendy kan?" Seru Arumi girang kemudian berdiri dan meluk Sendy tidak lama memang layaknya pelukan sahabat tapi cukup buat Eru meradang.

Mereka mengurai pelukan sampai lepas, lalu Sendy narik kursi di meja sebelah diletakkan di tengah-tengah antara Arumi dan Vera.

"Kamu kemana aja nggak ada kabar, ngilang kayak jin aja," Arumi antusias bahkan ia lupa kalau tidak sendiri.

"Di Aussie baru seminggu ini balik," jawab Sendy senyum.

"Oh ya?! Pantesan nggak pernah main ke rumah," sahut Arumi."Eh, kenalin ini Vera, yang itu Pak Arlan bos aku, terus yang ini..."

"Eru!" Ia mengulurkan tangan menjabat tangan Sendy

"Sendy Guntoro!"

"Oh ya kata Felly, Ibra nikah sama Maya?" tanya Sendy di jawab anggukan kepala Arumi. "Kok bisa sih? Ibra kan orangnya lurus tuh kok bisa belok?"

"Apa sih yang nggak bisa belok kalo di iming-iming main baru, jangankan Ibra, yang paham betul agama aja bisa belok." Arumi menyeruput minumannya.

"Gila! Maya itu sepupu kamu kan?"

"Yups!"

"So?" Sendy bertanya

"What?"

"Single?" tanya Sendy lagi

"Yes, i am!"

"Aku ada kesempatan jadi cowok kamu kan?"

"Why not?"

Pembicaraan Arumi dan Sendy membuat Eru jengah, perempuan ini rupanya serius dengan ucapannya, Eru mengepal kuat tangannya, matanya menggelap, kemarahan tercetak jelas di wajah tampannya. Arlan yang menyadari temannya tidak baik-baik saja menepuk sedikit kencang untuk menyadarkan agar ia mengendalikan emosi.

Vera menatap diam antara Eru dan Arlan, ia tidak mengerti ada apa dengan kedua pria itu, Ia hanya menebak saja bahwa Eru marah dengan keterusterangan Sendy ingin menjalin hubungan asmara dengan Arumi.

Kemarahan sudah mencapai batas yang Eru tetapkan, tanpa aba-aba ia berdiri mengitari kursi yang diduduki berjalan ke arah Arumi langsung menarik berdiri Arumi.

Arumi kaget tiba-tiba saja lengannya ditarik kuat agar berdiri refleks tangan kirinya menyahut kantong plastik belanjaan disebelah kirinya, dengan terpaksa mengikuti Eru.

"Hen! Gue minta tolong cari sedetail mungkin data diri Sendy Guntoro, kalau perlu sampai ukuran kancutnya. Gak pake lama!
"...."

"Ck! Kalo bisa gratis buat apa bayar,"

"...."

"Bangke! Masa gue harus bayar lo, gue mana ada duit, gaji aja cukup buat beli krupuk."

"...."

"Haha...Ok thanks."

Eru mengakhiri pembicaraan dengan Hendy, semarah apapun dirinya, ia tidak akan pernah dengan sengaja menampakkan sisi satu itu. Cukup Arlan yang tahu, itu pun tidak sengaja Arlan memancingnya.

Ia melihat Arumi yang berusaha mencari cara keluar dari mobil, hampir saja tadi terpancing emosinya waktu menghadapi Arumi. Ia tidak ingin membuat gadisnya takut, sungguh menyesal harus menyakiti wanitanya.

Dirasa cukup tenang kemarahannya reda Eru berjalan menghampiri mobil dan membuka kunci serta pintu dibagian kemudi, menghembuskan nafas kasar untuk menetralisir emosinya. Arumi menatap tajam padanya.

****

"Lo apaan, sih! Main tarik aja, nggak sopan tau!" omel Arumi begitu Eru duduk disebelahnya. Eru diam tak menyahuti lebih pilih melajukan mobil keluar dari basement mall. Lebih baik diam daripada ikutan bicara malah tambah runyam.

"Jangan bilang kalau lo marah liat gue sama Sendy. Ingat ya, lo itu bukan. siapa.siapa. gue! Lo bukan pacar gue atau suami gue jadi lo nggak ada hak ngelarang gue mau deket sama siapa aja." kata Arumi penuh kemarahan dalam suaranya.

' tenang..tarik nafas..buang.... tarik nafas....buang....inget kamu nggak boleh kepancing.... rileks...rileks...' batin Eru coba menenangkan dirinya.

"Lo kira dengan dukungan ayah, gue bakalan nurut aja sama lo. Sorry, nggak ngaruh buat gue!" sambung Arumi. "Gue nggak bakalan nyerah buat gagalin pernikahan ini, lo mungkin sekarang menang tapi itu nggak lama. Lo bukan tipe gue, mending lo pergi aja yang jauh."

Eru menekan kuat-kuat sakit dihatinya karena ucap Arumi, ia tepikan mobil dekat taman yang sepi, konsentrasi mengemudi buyar jika wanita disampingnya ngomel sepanjang jalan kenangan. Kalau sampai kenapa-kenapa berabe jadinya mana dia belum nikah lagi, belum rasakan yang orang-orang bilang surga dunia.

Arumi masih terus ngomel tidak ada tanda-tanda berhenti, mungkin ia sudah keterlaluan. Eru matikan mesin mobil melepas seatbelt, badannya diputar menghadap Arumi, perhatiannya beralih pada bibir ranum milik Arumi, ia tidak tahu apa yang dikatakan Arumi. Masa bodoh! Yang ia inginkan sekarang adalah mencicipi bibir tipis itu.

Eru merangsek maju kedua tangannya menangkup sisi wajah Arumi, memaksa wanita itu menghadapnya lalu ia satukan bibir mereka, membungkam bibir perempuan itu agar tidak mengeluarkan kata-kata pedas padanya, Arumi kaget matanya membola ia memukul-mukul badan Eru mendorongnya agar terlepas tapi apa daya tenaga tak sampai, tubuh besar itu bukannya menjauh malah semakin merapat padanya.

Eru terus menerus mengoda bibir Arumi agar terbuka, digigitnya kecil bibir tipis gadisnya sampai akhirnya terbuka, dengan segera mencecap seluruh detail mulut Arumi. Beberapa saat kemudian Eru menghentikan ciumannya, ia takut tidak bisa mengontrol dirinya.

Mereka berlomba menghirup udara sebanyak banyaknya. Deru nafas mereka bersaing, sesaat mereka dalam keheningan meresapi apa yang baru saja terjadi. Kesadaran sepertinya memilih berpihak pada Arumi, sontak ia memukul dada Eru bertubi-tubi.

"Brengsek!" maki Arumi. "kurang ajar, sialan---" Eru menangkap pergelangan tangan Arumi.

"Mau dicium lagi!!" bentak Eru

Arumi langsung diam, menarik tangannya dari cekalan Eru, membuang pandangan ke samping, perasaannya tidak dapat ia jabarkan, kesal, marah, jengkel terlebih lagi ia malu, dirinya sempat menikmati ciuman tadi. Hembusan nafas laki-laki itu menyapu pipinya.

Eru memutar tubuhnya kembali ke posisi semula, jantungnya berdegup lebih kencang. Ia tidak menyangka efeknya sebesar ini padanya. Ingatkan dirinya jangan sampai kembali menikmati bibir tipis tersebut kecuali setan sudah mendominasi dirinya.

"Kita pulang." beritahu Eru lalu menghidupkan mesin mobil, ia kemudikan mobil itu membelah jalanan yang mulai padat.

tbc

Duh..duh...maafken diriku nggak banget bikin ciumannya 😫 ....nulis ini aja kubaca ulang² kira kira dpet nggak feells-nya😂😂..

Udah ah banyak bacot ntar padahal muntah wkwkwk.....

Oh ya makasih yang msih setia baca cerita ini....

Lope you all 😘😘

Mlg, 19-9-17

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top