Remorse (Nayeon/Taehyung(V) Feat Yeji)


Bagi para siswa yang sudah dilanda kebosanan atau sedang dicecar pertanyaan oleh guru killer, bel sekolah tiada bedanya dengan simfoni penyelamat dari Utopia. Seperti biasa pada waktu favorit para siswa ini, kantin dipenuhi oleh para siswa yang berdesakan untuk memenuhi jatah perut. Dari stand bibimbab sampai corndog dipenuh antrian para murid. Suara gelak canda, potongan gossip terbaru sampai aroma keringat menyengat, dipastikan memenuhi tiap sudut.

Yah, gak semuanya siswa bakal berseliweran cari jajanan di kedai. Beberapa ada yang tetap memilih tinggal dikelas. Biasanya sih tipe yang bawa bekal higienis dari rumah. Namun, tidak sedikit juga jenis siswa yang stay in the class gara-gara lupa akan eksistensi pekerjaan rumah dari guru. Jadi  di waktu istirahat, mereka malah sibuk menyalin pr-nya teman. Lama-kelamaan malah jadi rutinitas. Dasar manusia! Untungnya saya seorang Olympian. Jadi mau PR sesusah apapun tinggal ngayunin trisula sakti kebanggaan, langsung  jadi!

Anyway , saya  menetap di Seoul dengan nama samaran Taehyung. Jangan curiga dulu. Ini bukan karena saya lagi menjalani hukuman, bukan juga sekadar iseng-iseng pingin tahu tentang kehidupan manusia di atas laut. Saya kemari buat ngejalanin misi mulia. 

Saya  pingin menembus dosa di masa lampau  ke seseorang. Saya tahu ini terdengar janggal. Coba bayangkan, Poseidon-- penguasa lautan yang terkenal arogan dan seenaknya mau naik ke permukaan cuman gara-gara  perasaan bersalah. Akan tetapi, asal kalian tahu, hidup selama  selama ratusan ribu tahun dengan didera penyesalan itu jauh dari  kata menyenangkan.

Seharusnya, saya juga ikut dihukum waktu itu. Saya dan Medusa sama-sama berbuat kesalahan fatal  di Kuil milik Athena. Hanya saja karena saya seorang dewa dengan kedudukan lebih tinggi, Athena tidak.  Apalagi secara silsilah,  Athena wajib menghormati saya. Dia masih terbilang keponakan saya.

Sementara itu, Medusa cuma bisa pasrah saat  Athena mengubah dia jadi monster berambut ular yang diasingkan ke Gaia, lebih tepatnya di Afrika. Penderitaan Medusa tidak  cukup sampai disitu. 

Nampaknya Athena  terlanjur punya dendam kesumat sama saya. Namun, dengan konyolnya dia  malah memutuskan menyalurkan kemarahannya ke Medusa. Dia mengutus Perseus untuk memenggal kepala Medusa, supaya bisa dia simpan buat pajangan di kuilnya. Sadis gila 'kan? Saya tidak terlalu terkejut. Bagaimanapun Athen adalah anak Zeus. Tentunya bakat berbuat keji seperti sang ayah  mengalir deras di darahnya

Oke, long story short,   Medusa sekarang bereinkarnasi jadi manusia biasa. Lucunya, dia  baru terlahir kembali  pas planet biru ini sudah memasuki Era Industrial 4.0. Namun, mau hidup di zaman Yunani kuno maupun di zaman teknologi serba canggih, Medusa tetaplah gampang dikenali. Sang dara tetap terlihat mencolok di tengah kerumunan siswa lain,  biarpun wajahnya hanya dipoles bedak baby dan lipbalm berwarna pink tipis ke sekolahan.

Iya,  dia masih SMA. Medusa di bumi kini tidak lebih dari  gadis polos nan lugu yang belum tahu banyak soal make-up,. Anehnya, itu sama sekali tidak  menutupi kecantikannya.  Jangan buru-buru melabelkan julukan bucin  buat saya. 

Faktanya Medusa di sini memang populer sebagai salah satu primandona sekolah. Dengan rambut hitam bergelombang sepanjang punggung, bibir penuh merah alami, mata bola dan gigi kelinci yang bikin senyumnya tambah manis, banyak siswa lelaki tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikan padanya.

Di Seoul Highschool, Medusa dikenal dengan nama Im Nayeon. Selain cantik dan pintar, Nayeon juga terbilang ramah dan aktif di kepengurusan eskul dance.  Koleksi temannya bejibun dari sesama anak hits sampai kutu buku penghuni perpustakaan. Itu kalau soal teman yah, kalau soal hati mah, dia loyal sama saya seseorang.

 Sebentar, kalian salah besar kalau berpikir saya memantrai dia. Cinta kami itu menembus waktu dan dimensi.  Ketertarikan kami bersifat mutual. Saya sadar dibalik keramahan yang dia tunjukkan, dia membuka pintu untuk saya masuk ke dalam hidupnya sekali lagi. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langkah itu tentunya. Berdasarkan perhitungan waktu bumi, sudah genap enam bulan sejak kami saling jujur mengenai perasaan masing-masing di atas rooftop  sebuah mal. Saya ingat malam itu langit terlihat cerah, ditaburi bintang yang bersinar terang. Namun, kilatan afeksi di netranya terlihat lebih menarik bagi saya.

***

Seperti biasa saat istirahat tiba,  Nayeon uda menunggu  saya di Kedai Bakso Teukie Hyung. Ujung-ujung bibir delimanya tertarik membentuk lengkungan ke atas, saat  dia menangkapa penampakan saya berjalan ke arahnya.  Dia kelihatan lebih fresh hari ini. Bandana merah yang terselip di surainya bikin dia terlihat lebih anggun seperti karakter Blair Waldorf dari Gossip Girls.  Saya tahu  suatu saat nanti, saya akan merindukan saat-saat seperti ini di mana saya bisa melihat dia di depan muka. 

"Hallo, yeojachingu, makan sendiri aja?" goda saya sambil mengedipkan sebelah mata.

Dia menyengir sampai rentetan gigi kelincinya yang lucu itu terekspos. "Kan gara-gara kamu juga. Ngomong-ngomong itu baju gak diganti dulu apa?" tanyanya seraya memutar bola mata jengah.

"Tanggung,  Honey. Nanti malah bikin kamu tambah lama sendirian," sahut saya sambil kipas-kipas menggunakan tangan sendiri.

"Iya,  juga sih.  Eh,  aku minjem buku Dewa-dewi Yunani baru lagi nih dari perpus nih, Tae."

Saya manggut-manggut sambil mengaduk bakso berkuah yang mengepul di meja. Nayeon belakangan ini sedang doyan  baca mitologi Olymphian. Sebagai salah satu Dewa yang tertulis di dalam sana, saya sih senang-senang aja ngebahas urusan ini sama dia. Kemarin saya sama dia asyik maki-maki si Zeus yang doyan semena-mena itu. Yes, my own bloody brother.

"Hari ini kamu uda baca apa emangnya?" tanya saya sambil nyuapin potongan daging bundar ke mulut.

"Baru tadi baca sekilas soal Poseidon dan Medusa." Respon Nayeon disampaikan dengan nada santai, tapi nyaris bikin saya  terancam keselek pentolan bakso yang lagi dkunyah.

Saya mengambil minum buat meredakan tenggorokan sebelum lanjut ngomong. "Jadi, apa yang bisa kamu simpulin dari situ?"

Di luar dugaan,  Nayeon yang biasanya lembut, malah menggebrak meja cukup kencang, sampai-sampai orang lain pada melirik ke meja kita berdua. Mata dia berapi-api dan hidungnya mendengkus jengkel . Rahangnya mengencang dan bibirnya membentuk garis lurus. Jangan lupakan pipinya yang memerah menahan kesal.

"Kamu kenapa sih, Babe?"

"Aku tuh kesal banget sama Poseidon! Athena gak adil juga sama Medusa. Masak Poseidon maksa Medusa buat begituan, tapi yang dikutuk cuman Medusa manalagi...."

Nayeon masih tetap mengoceh soal ketidakadilan yang dialami Medusa. Sementara saya  cuman terdiam aja dengan persasaan bergejolak. Makaann saya  sudah habis, dan saya  cuman bisa mencengkram celana seragam  sendiri tiap kali dia menghina sosok Poseidon. Buku tangan saya sampai memutih begini. Jujur, omelannya bikin gue merasa seperti kriminal yang dihantui tangisan korbannya. Saya tahu saya pantas mendapatkannya. Saya harusnya mati dengan cara digasak oleh Trisula milik saya sendiri.

"Nayeon,  maaf ya buat semuanya," tutur saya ketika emosinya mereda.

Dia mengerutkan kening dalam. "Maksud kamu apa sih, Taehyung? Kamu salah apa?"

"Banyak babe. Nanti kamu juga ngerti sendiri. Pastinya saya  gak bisa terus jagain kamu, Sayang."

Mata dia mulai berkaca-kaca."Kamu kok ngomongnya mendadak aneh gitu?" tanyanya dengan intonasi meninggi karena terperenyak.

Saya tidak menjawab, instead saya  mengeluarkan kalung berliontin lumba-lumba yang langsung bikin raut wajahnya berubah bingung.  Tanpa ba-bi-bu,  saya  langsung mengalungkan ke leher putih jenjangnnya. Syukurlah, dia tidak protes.

"Di keluarga aku, ini dipercayai sebagai kalung pelindung, babe, It looks good on you. Pakai terus ya. Jangan pernah dilepas," pinta saya  seraya menyisiri rambut halusnya untuk yang terakhir kali.

Suara bel berbunyi pertanda waktu istirahat kedua habis. Saya  pamit dan Nay melepas saya dengan ucapan, "See you later, Taehyung'. 

Dia gak sadar kalau saya tidak membalas. Jadwal saya untuk berada di sini sudah hampir habis. Namun, menjadi saksi amarah Nayeon terhadap figur saya di masa lalu membuat saya ingin lebih cepat pulang. Saya tidak sanggup dibenci secara terang-teranngan oleh orang yang saya cintai. Meskipun, di sini dia tidak menyadari kejadian sebenarnya.  Ini hari terkahir pertemuan kita, Nayeon. Goodbye my lovely Medusa.

***

Rona jingga dan merah keunguan mulai terpeta di langit, saat saya  menemukan cewek jangkung itu sedang berdiri di rooftop sekolah sendirian. Gak tanggung-tanggung, ia datang datang dalam balutan gaun panjang dan mahkota emas. Tangannya membawa tombak sakti dan perisai. Ada burung hantu kesayangannya bertengger di bahu. Untung cuman saya yang bisa melihat ini bocah. Kalau sampai ada security memergokinnya , dipastikan besok dia jadi sensasi viral di Internet.

"Uda siap pulang ke laut, Ahjussi?" tanya Yeji dengan sunggingan menyebalkan terpatri di rupa. Yah panggilan Athena berubah menjadi Yeji, kala dia lagi singgah di Korea.

"Masih kurang ajar seperti biasa . Udah cepat putar balik alat itu !" sahut saya memandang tajam ke arahnya.

"Yakin? Sekali ini jam pasir ini bergerak, dia gak bakal ingat apapun tentang paman lagi.  Paman mungkin bisa sesekali ngunjungin dia, tapi dia gak akan menyadari. Terus, kalau paman ninggalin dia,  gak ada jaminan kalau—"

"Gak ada jaminan apa, Yeji?" sela saya,  mulai tidak sabar dengan kebawelannya.

"You know somehow history repeat itself right? Siapa tahu di kota ini, dia ketemu cowok gak baik macem paman dulu! Lalu paman  gak ada di sana buat ngelindungin dia."

Kali ini giliran saya melepas seringai penuh jumawa. "Kamu  tidak perlu khawatir. Saya  sudah menghadiahkan dia Amethyst necklace. Itu lebih dari cukup, untuk menjaganya. Dan lagi, saya harus kembali ke istana, sebelum ayahmu berusaha jadi penguasa langit sekaligus lautan."

Tawa Yeji bergaung ke udara. "Saya  lupa kalau sedang berbicara engan seorang dewa, yang literally membuat petaka banjir untuk satu kota, gara-gara penduduknya lebih milih memuja saya kala itu. I see that you already itchy to be a king again!"

"Shut up, Yeji, just do your task properly!" ancam saya dengan gigi gemerutuk. Putri Zeus satu ini tahu banget cara paling efektif untuk membuat saya  naik darah.

Dia membalikkan jam kramat itu. Sekilas, segala memori tentang saya  dan Nayeon berserakan di benak pikiran. Dan sebelum gue sempat meneteskan sebulir air mata, kaki saya tidak mampu lagi berpijak di lantai. Yeji lenyap dari pandangan, disusul ombak badai dari timur datang menyeret tubuh saya ke palung terdalam.

Secara garib, badan saya  gak lagi dilapisi seragam putih abu-abu, tetapi jubah putih gading dan emas—pakaian kebesaran saya. Tangan saya sudah mengenggam trisula . Tidak ada lagi langit biru cerah, gedung-gedung, pedestrian dan pepohonan di depan mata saya.

Hanya ada sekumpulan nympha, duyung, dan berbagai makhluk penghuni samudra bersujud menyambut kedatangan saya.

"Selamat datang kembali Yang Mulia!" seru mereka kompak.

Senyum masam mengembang di wajah ini. Indeed No pain, No gain. Saya harus rela kehilangan Medusa sekali lagi. Well, kali ini dengan hati remuk redam, saya harus melepaskan dia dari genggaman saya. Kami memang tidak berjodoh. Seorang olympian laknat seperti saya tidak pantas bersanding dengan manusia dengan hati emas sepertinya.   Dia berhak mendapatkan pemuda bumi yang jauh lebih baik dari saya. Namun sulit dipungkiri, saya terluka. Satu-satunya hiburan bagi saya ialah mendapati  diri ini kembali ke rumah, kembali memegang kekuasaan di tujuh samudra.

-FIN-

Note : In  the real myth, Poseidon indeed raped Medusa in Athena's place. And nope, he didnt regret it. I just twisted the myth. Fic ini ditulis untuk main event november 2019 Hallo author. Kurepost di sini versi editannya yang insya Allah lebih enak untuk dibaca.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top