catatan #3
"Kenapa?"
"Maksudnya?"
"Kenapa kamu selalu pakai otak bukan hati?"
"Maksudnya?"
"Kenapa kamu nggak bisa mendengar seseorang menjerit sebelum suaranya benar-benar terdengar ... atau setelah dia sudah tidak bisa lagi bersuara?"
"Bagaimana manusia bisa mendengar sebuah gelombang bunyi yang bahkan belum bergetar?"
"Kenapa?"
"Maksudnya?"
"Kenapa kamu harus selalu membicarakan tentang berlogika sementara aku meminta kamu merasa?"
"Siapa kamu? Apa eksistensi kamu dalam hidupku?"
"Kamu benar..."
//
"Kamu benar..."
//
"Aku tidak punya eksistensi dan tidak berhak menghakimi. Biar begitu, biarlah aku sedetik saja merasa kecewa..."
"Untuk apa?"
"Segalanya"
—
ps:
dear you, maybe sometimes you did not know until things happened. you did not know you stole and broke my heart until I showed you my already healed wounds. you did not know your friend was screaming in loneliness despite being in a crowd until he showed you his bloody clues. just why. just why?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top