7. Rahasia Jelmaan Ular
Ilha & Ankush
dari
Determinan: Reinkarnasi Masa Lalu
----
Ilha berdiri di kejauhan, melihat Ankush yang tampak mondar-mandir di depan makamnya sendiri kalaupun itu masih bisa dibilang tempat peristirahatan terakhir pria itu. Sejak awal Ilha tahu, kalau ini hanyalah pengalihan. Jelmaan ular itu mendesis, menyeringai saat menyaksikan Ankush tampak gelisah dengan ponsel di tangan. Ia tahu benar siapa yang pria itu tunggu: Yashika, bukan lain adalah istrinya yang saat ini menggantikan Ankush sebagai Kepala Sekolah SMA Binaan Nusa Garuda. Dari ketidaksengajaan mendengar pembicaraan Yashika bersama seseorang ketika Ilha ingin mengantarkan berkas untuk melengkapi datanya, gadis itu yakin kalau itu adalah suara Ankush...
... meskipun saat ia memasuki ruang Kepala Sekolah usai mengetuk pintu dua kali, hanya ada Yashika di sana.
Feeling. Lagi-lagi, Ilha memercayai hal itu. Yashika dan 'Si Misterius' akan bertemu di depan makam Ankush malam ini, tepat saat ini. Benar saja. Setelah celangak-celinguk memastikan Agesa sudah terlelap karena kelelahan pulang-pergi dalam sehari dari perjalanan atas perintah Yashika, Ilha cepat bercangkung, meletakkan kedua belah telapak tangannya ke lutut kanan yang ditegakkan dengan lutut kiri ditumpukan ke lantai kamar, berkonsentrasi penuh. Cahaya berpendar, dan dengan wujud ular, ia dengan gesit melata menuju tujuan: SMA Binaan Nusa Garuda.
Ilha menyentuh batang pohon beringin yang ada di dekatnya, memejamkan mata, kembali berkonsentrasi sebelum cahaya berpendar di seluruh tubuhnya. Ilha menyeringai, berjalan ke arah Ankush yang membelakanginya. Gadis itu menepuk bahu pria tua itu, tersenyum saat Ankush menoleh ke arahnya.
"Yashika? Kapan kau datang?"
Ilha tersenyum tipis. "Baru saja."
Ada satu hal yang bisa dilakukan oleh jelmaan ular untuk mengelabui musuhnya: berubah menjadi sosok lain, dan Ilha tahu kalau ini akan mengelabui Ankush untuk sesaat. Ya, hanya untuk sementara karena Yashika yang asli akan segera datang dan ia harus cepat melakukan tugasnya: balas dendam.
Ankush mengernyit. "Aku baru saja mengirim pesan dan kau bilang—" Ucapan Ankush terhenti saat ekspresi lawan bicaranya terlihat menyeringai dalam. "Tunggu, siapa kau? Kau bukan Yashika. Dia tidak pernah tersenyum seperti itu!" Ankush berseru murka dengan tangan yang bergerak cepat mencekik leher Ilha.
Ilha tertawa kecil, berkonsentrasi, dengan cahaya berpendar di sekujur tubuhnya. Gadis itu kembali ke wujud aslinya: jelmaan ular. Ilha hanya terus menyeringai saat dilihatnya Ankush terperangah dengan mata perlahan terbelalak. Cengkraman pria tua itu mengendur, diiringi langkah yang mundur perlahan.
"Kau?"
"Apa kau mengingatnya?"
"Bagaimana kau masih bisa—"
"Balas dendam," potong Ilha cepat. Sesaat, awan hitam berarak memenuhi langit malam yang tampak cerah dengan purnama ketiga di bulan ini. Angin berhembus kencang, menerbangkan dedaunan dan tanah kering ke segala arah. Petir menyambar-nyambar, dengan kilat yang terus bersambung satu sama sama lain, membelah langit malam. Iris jelmaan ular itu berpendar, menampilkan deretan ketika Ankush menusuknya dalam kepala pria itu. "Kau mengingatnya?"
"Ti-tidak!"
"Malam ini, kau yang akan menemui ajalmu, Ankush. Kau menusukku empat kali." Ilha melangkah maju, berlawanan dengan Ankush yang terus mundur dengan mata jelalatan mencari peluang bertahan. "Kalian menghabisi seluruh keluargaku, dan sekarang, atas nama Dewa Naag, aku akan menebus balas dendamku! Bersiaplah, Ankush!"
Ilha menerjang cepat sebelum Ankush dengan tak kalah gesit melemparkan segenggam pasir ke arah Ilha, membuat gadis itu refleks melindungi wajahnya dan mengucek matanya yang terkena butiran pasir halus itu. Ankush segera lari, tak peduli dengan langit yang seolah akan runtuh dengan guntur yang terus bersahutan dan bumi yang akan segera mengapitnya dengan retakan yang perlahan muncul. Pria tua itu lari secepat yang ia bisa, dengan ponsel yang sekarang berusaha menyambungkan panggilan ke Yashika.
Ankush terus berlari ke arah gerbang utama, sebelum sesuatu menghentikan gerak kakinya. Pria itu menoleh ke bawah, melihat ekor bersisik emas melilit kedua belah kakinya, naik sampai ke batas dada dengan cepat. Ankush mengerang saat satu suara muncul dari rusuk, diikuti suara patah lainnya yang tak kalah menyakitkan saat belitan itu semakin kuat. Pria itu bahkan tidak bisa merasakan napasnya lagi. Bunyi-bunyi dari dalam tubuhnya kian keras, menandakan ada sesuatu yang remuk di dalam sana terutama di bagian rusuk, tangan, dan kakinya.
Belum habis rasa sakitnya, Ankush bisa rasakan tubuhnya tiba-tiba diangkat begitu tinggi, seolah melayang dengan sangat cepat. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mencengkeram ekor bersisik emas itu saat Ankush merasakan tubuhnya dihempaskan kuat-kuat. Bisa ia rasakan sebagian tulangnya berjatuhan di sana, menimbulkan nyeri yang luar biasa terutama saat hempasan itu dilakukan berulang-ulang. Pria itu hampir tak bisa merasakan dirinya lagi saat Ilha berubah menjadi setengah manusia setengah ular, berdesis tepat di depan wajahnya.
"Kau sudah mengetahui rahasiaku sebagai jelmaan ular." Ilha mencekik leher Ankush, mengangkat wajah pria itu untuk membalas tatapannya. "Dan aku tidak akan membiarkanmu memberitahu siapapun, terutama Yashika." Ilha memejamkan matanya, menjulurkan lidahnya tepat di antara kedua mata Ankush, menususkkan racun Takhsak di sana.
Satu teriakan terakhir dari Ankush, menutup satu balas dendam Ilha malam ini, saat mayat pria itu ditinggalkan begitu saja setelah Ilha mengaitkannya di salah satu dahan pohon paling tinggi di SMA Binaan Nusa Garuda, dengan darah Ankush yang menetes perlahan-lahan membasahi tanah di bawahnya.
----
Ray tuh bego nulis fantasi atau semi fantasi, tapi sukak sama adegan bunuh-bunuhan wakakakak /hush
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top