28. Kencan?

"Mau yang mana, nih?" tanya Ragiel saat mereka berdua mengambil duduk dan meneluri daftar menu. Jangan coba-coba berpikir kalau Azaleta akan request ke Starbuck lagi. Daripada sakit hati, lebih baik cari alternatif lain. Dan ... voila! Entah dari mana Ragiel mendapat ilham untuk mengajak Azaleta ke restoran ini. Tidak buruk sih, tapi kebanyakan lagu yang diputar bikin mupeng. Lagu cinta-cintaan semua.

"Sapi aja. Biar sekalian kolestrol. Sensi gue." Azaleta berkomentar. Ragiel mengangkat wajah. Kalau saja tidak melihat wajah bete Azaleta, tawanya pasti akan meledak. Sesaat, ia mengangguk takzim.

"Mau iga sapi? Gue denger di sini iga bakarnya enak."

"Ada kakinya, nggak? Gue lagi pengin nyepak orang, nih," sahut Azaleta. Tanpa bisa dicegah, tawa Ragiel meledak. Beberapa cewek sejenis fans Deka menoleh ke arah mereka, mulai terpesona--dan sadar di saat bersamaan kalau ada artis dalam radius dua ratus meter. Sontak, Azaleta melemparkan pandangan nista.

"Lagi sensi lo? Ada apa emang?" tanya Ragiel lagi.

Azaleta mendelik kesal. "Lo tunggu aja deh."

Jangan sebut namanya Azaleta Naskia kalau dalam hitungan ketiga tidak terjadi kehebohan. Berani bertaruh?

Satu ... dua ... dan--

"KYAAA! RAGIIIEL!"

Tuh, kan? Baru dibilangin. Azaleta terpaksa --lagi-lagi-- minggat. Kali ini sekalian saja angkut keluar. Biar adem, baik hati, jiwa, maupun raga. Sebenarnya ini bikin bingung. Ini kan tempat umum, bukan lapangan sepak bola. Anjrit bener boleh kya-kya-kya seperti itu. Dua kali kejadian sudah ini.

"Eh, Mbak. Itu siapa, ya? Kok rame begitu?" tanya Azaleta pura-pura tidak tahu sambil menunjuk Ragiel yang kelihatan kelimpungan. Pelayan yang mengantar makanan Azaleta terbelalak.

"Itukan Ragiel Andana, Mbak! Masa nggak kenal?"

"Oh, yang aktor itu, ya? Pantesan rame gitu," komentar Azaleta, "emang boleh ya Mbak, ribut-ribut gitu?"

Pelayan tersebut mengibaskan tangan, seolah bukan masalah. "Ah, kan lagi sepi. Tuh, anak pemilik restorannya aja ikutan. Gimana nggak boleh? Mau ikut, Mbak?" tawarnya.

Azaleta meringis. "Makasih. Tapi, saya lagi laper."

Intinya: makin sensi. Untung saja Ragiel mentraktirnya makan, bukan sebaliknya. Kalau tidak....

"Let! Cabut, yuk!" Ragiel menepuk bahu Azaleta tiba-tiba. Azaleta yang masih asyik menekuri sapi bakar di depannya langsung terbelalak melihat kondisi Ragiel hampir mencapai ambang mengenaskan. Rambut acak-acakan, kemeja dengan kancing terlepas semua, dan wajah kusut semrawut.

"Kenapa lo? Habis dikeroyok?" tanya Azaleta ragu-ragu. Ragiel memelotot kesal.

"Iya lah. Tuh cewek-cewek rabies kali. Buruan cabut! Ntar datang lagi," tandas Ragiel sesekali melirik ke belakang. Azaleta ikutan menengok. Bener juga, sih. Gerombolan cewek tadi rupanya menunggu entah kenapa. Sesekali mereka menatap Azaleta dengan nista.

Azaleta menenggak ludah.

"Kok bisa lolos?" Azaleta bertanya tanpa rasa berdosa. Meski agak takut juga.

Ragiel mendelik sebal. "Ntar aja ceritanya."

"Gue masih laper, cuy. Pas off air tadi gue makannya dikit. Habis, mual masuk angin. Keburu sedap, nih."

"Gampang. Ntar bungkus aja, atau delivery. Atau sekalian cari tempat lain. Ayolah, waktu gue nggak banyak, nih," desak Ragiel.

"Iya, iya. Bawel lo, ah." Azaleta geleng-geleng sambil berdiri dari kursi. Hampir saja mau melangkahkan kaki, Ragiel langsung menahannya. Azaleta berdecak.

"Ish! Apalagi sih? Katanya mau cabut." Azaleta mendumel. Ragiel meletakkan telunjuknya di bibir, memberi isyarat agar lawan bicaranya diam dulu.

Napas Ragiel terdengar tak beraturan. "Kalo gue hitung ampe tiga, ntar langsung langkah seribu, ya?"

Dahi Azaleta mengerut. Kayak maraton saja. Kalau memang Ragiel menantangnya ... baik! Dia pikir gue nggak bisa apa? batin Azaleta sinis. Gini-gini gue juga pernah juara maraton se-Jakarta pas MA.

Oke, Azaleta si--

"Satu."

Azaleta menenggak ludah.

"Dua."

Ragiel mengangguk, memberi isyarat.

"LARI!"

Bangke! Kan belum siap! Eh ... Ragiel sudah menarik tangannya duluan, membuat Azaleta terseok-seok di belakangnya. Seketika, dari dalam restoran langsung heboh memanggil-manggil nama Ragiel. Gerasak-gerusuk dan jeritan manja terdengar sesekali.

"TAPI LO BILANG KAN ITUNG SAMPE TIGA, ANJIR!"

----

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top