Bab 9 : Hadiah pernikahan?
Tiga hari bukan waktu yang lama. Dan Sasuke sudah dua hari ini terus mengurung diri di istananya, tak membiarkan orang lain mendekat kecuali kasim dan orang kepercayaannya.
Dia merindukan Naruto tapi kabar dari orangnya jika wanita itu sudah beberapa malam tak menerima pelanggan dengan alasan sakit.
Dia khawatir, sangat. Tapi tak bisa melakukan apapun, jika dia terus mendekati wanita itu maka kemanan Naruto terancam oleh orang-orang yang ingin menjatuhkannya.
"Ada kabar lain tentang Naru Shika?"
Shikamaru, salah satu orang kepercayaan Sasuke yang kelak akan menjadi menteri pertahanan menggantikan ayahnya terdiam mendengar pertanyaan Sasuke.
"Tidak. Kiba mengatakan jika rumah bordil Higanbana sangat tertutup untuk informasi tiap orangnya kecuali satu orang."
"Nagato. Benar?"
Shikamaru mengangguk.
"Besok kau akan menikah. Selamat,"
"Ya. Besok, sial." Sasuke meremas perkamen yang ada dimeja,
"Jangan membuat putri mahkotamu kalah dengan selir-selirmu kelak terlebih oleh putri pejabat Nagato."
"Aku tahu. Hyuuga keluarga yang kuat, aku yakin dia bisa melindungi diri sendiri."
"Dia lemah Sasuke. Jika dibandingkan dengan Naru dia kebalikannya,"
"Jangan membahas hal itu."
"Karakternya mirip dengan ibu Pangeran Itachi."
Sasuke terdiam. Ibu Itachi? Mantan permaisuri yang ditendang keluar oleh raja dan menjadikan ibunya sebagai permaisuri karena fitnah yang dilayangkan ibunya?
"Aku akan membuatnya kuat dengan caraku."
Shikamaru membuang nafas.
"Aku pergi."
"Tunggu..."
"Ada apa Yang Mulia?"
"Selidiki semua tentang Uzumaki Nagato."
"Tentu saja."
"Maaf membuatmu bekerja terlalu banyak."
"Ya. Harusnya aku mendapatkan hal lebih, hmm... Beberapa batang emas mungkin? aku pergi."
Sasuke terdiam dan mengambil baju yang biasa dia pakai untuk keluar istana, hanya hari ini, hanya malam ini, dia ingin bertemu Naruto.
•
•
•
Malam ini adalah malam dimana besok Sasuke akan menikah bukan? Ahh menikah ya... Pria yang dicintainya akan menikah dengan temannya...
Naruto meremas bajunya, menahan gejolak yang ada dalam dadanya.
"Aku ingin bertemu Naru."
"Nona tak menerima tamu,"
"Aku memerintahkanmu minggir, kau tahu siapa aku bukan?!"
"Hamba tahu."
•
"Hentikan Neji. Yang Mulia Anda mencari hamba?" Naruto keluar dengan baju ala bangsawan, bukan baju sutra wanita penghiburnya, dan itu memberi nilai tersendiri untuk Naruto, aura bangsawannya begitu terlihat.
"Neji tunggu disini aku akan berbincang dengan Yang Mulia diluar dan katakan pada Nyonya jika aku tengah berjalan-jalan sendiri." ujar Naruto menarik lengan Sasuke.
Sasuke hanya mengikuti langkah cepat Naruto, jika diingat kembali, dia pernah mengalami ini.
Dulu saat bertemu dengan Naruto gadis itu sering menariknya kesana-kemari bahkan sampai menyesatkan mereka, maklum Naruto buta arah saat itu.
•
"Besok aku menikah."
"Hamba tahu."
"Aku ingin malam ini dihabiskan bersamamu, hanya bersamamu."
"Baiklah."
Ahh lihat senyum Naruto. Senyum tanpa dibuat-buat, senyum yang sangat dia sukai.
"Kita akan ke pusat kota disana ada festival karena besok aku akan menikah."
"Menikah ya?"
"Ya. Sesuai keinginanmu aku akan menikahi putri Hyuuga,"
"Tapi hati ini tetap ada untukmu. Aku berjanji tak akan membuat Hinata menderita tapi aku tak janji bisa mencintainya." ujar Sasuke menambahkan.
"Hamba juga akan merelakan cinta hamba bersama teman hamba. Anda harus bahagia tanpa adanya orang seperti hamba. Apa Yang Mulia bisa?"
"Akan kuusahakan. Tapi untuk sekarang bisakah kita berjalan bersama tanpa status putra mahkota dan wanita penghibur? Bisakah kita mengulang masa saat kita kecil dulu?"
"Tentu teme."
"Dasar dobe." Sasuke mengacak rambut Naruto dan tersenyum kecil.
"Ahh sasu-teme tatanan rambutku."
"Ayo kita ke festival!!" ajak Sasuke menarik lengan Naruto lembut.
•
Bisakah masa ini berhenti agar kebahagiaan ini terus ada?
Senyum keduanya begitu lepas tanpa beban,
Orang lain akan mengira jika mereka adalah sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta.
Ya. Mereka berjalan di festival tanpa ada orang yang mengenal mereka, mungkin sebagian terkadang memperhatikan mereka karena pakaian bangsawan mereka, tapi hanya sesaat, karena bangsawan dan rakyat jelata berbaur disana.
"Apa yang kau tulis?" tanya Sasuke melihat Naruto sudah menerbangkan lampionnya,
"Rahasia. Dan apa kau kau tulis?"
"Semoga aku bisa bersamamu kelak."
Wajah Naruto memerah saat melihat senyum Sasuke,
Dan dia kembali terkejut saat Sasuke memasangkan cincin giok dijari manisnya.
"Cincin ini milik ibuku, aku berjanji untuk memberikannya pada orang yang aku cintai."
Kenapa perlakuan pria itu begitu lembut?
Ahh sial. Dia kehilangan topengnya karena terlalu larut dengan festival ini, dan saat berada dekat Sasuke dia tak bisa mengendalikan perasaannya dengan benar.
"Permintaan bodoh."
Sasuke terkekeh melihat Naruto salah tingkah,
"Ah kau mengejekku."
"Wajahmu imut Naru."
"Hah imut?!! Umurku sekarang 20 tahun dan kau bilang aku imut?!! Aku bukan bocah!!"
"Ahh tidak. Wajahmu terlihat masih 17 tahun. Kau menggemaskan," Sasuke memainkan dua pipi Naruto gemas,
"Aku ini wanita cantik dan anggun. Bukan kau yang seperti bocah." ujar Naruto dengan wajah angkuh, berjalan meninggalkan Sasuke.
"Umurku 23 tahun jika kau lupa, Naru aku hanya bercanda. Hey..." ujar Sasuke mengikuti langkah Naruto,
"Berisik teme menyebalkan."
Sasuke mengejar Naruto dengan senyum yang masih tersungging.
Sungguh ini adalah hari bahagia dalam hidupnya. Sudah lama dia mendambakan acara jalan-jalan bersama Naruto tanpa statusnya sebagai putra mahkota.
Dia akan selalu mengingat momen ini.
•
Naruto berhenti ditempat yang cukup sepi menunggu Sasuke yang masih dibelakangnya.
"Sasuke. Sudah saatnya kita kembali ke tempat masing-masing." ujar Naruto pelan tapi masih dapat didengar oleh Sasuke.
Tidak. Dia tak ingin semuanya berakhir disini.
"Naru..."
"Terimakasih sudah mencintai orang sepertiku. Aku bahagia,"
Senyum itu, senyum kesedihan itu...
Sasuke menarik Naruto kedalam pelukannya.
"Sebentar lagi. Sebentar lagi." bisik Sasuke.
"Aku sangat mencintaimu, aku tak rela melepasmu tapi aku harus. Selamat tinggal Sasuke," perlahan Naruto melepas pelukan hangat itu.
Dia juga ingin waktu mereka berhenti agar kebersamaan ini selalu ada, tapi itu sama seperti melarikan diri.
"Berbahagialah."
Cup.
Naruto mencium bibir Sasuke yang kini hanya mematung, tak rela ditinggal pergi, wanitanya sudah berjalan menjauh. Jika dia mengejar apa Naruto mau tetap disampingnya?
"Yang Mulia sudah waktunya pergi." ajak Jugou yang merupakan pengawal pribadinya, yang sedari tadi mengawasi.
"A-ah... Ya..."
Jika saja dia bisa menahan Naruto, jika saja... jika... saja...
•
Neji sudah menunggu didepan gerbang, dia melihat nonanya begitu rapuh.
Kemana topengnya pergi.
Kemana nonanya yang selalu terlihat angkuh meski sebenarnya menyembunyikan kesakitan itu?
"Neji bersiaplah. Ini sudah hampir dini hari, kita akan ketempat Nagato. Kau sudah memastikan dia ada bukan?"
Ah topengnya kembali terpasang dengan sempurna.
"Baik Nona. Hamba bahkan tahu kamar tidurnya,"
"Bagus. Ganti pakaianmu karena aku juga akan menggantinya."
•
•
•
Malam ini, atau bisa dibilang dini hari ini, Naruto bersama penjaga setianya siap melakukan eksekusi di kediaman Uzumaki Nagato.
Mereka berjalan begitu hati-hati. Kediaman itu cukup banyak penjaga tapi dengan lihai mereka melewati satu persatu penjagaan itu,
Berterimakasihlah pada Neji yang menyelidiki kediaman ini dengan begitu serius, mencari titik dimana mereka bisa menyusup dengan mudah.
"Nona hati-hati." bisik Neji saat Naruto mendekati ruangan yang dikatakan oleh Neji sebagai kamar dari Nagato.
Kamarnya masih terang, berarti pemilik kamar itu masih terjaga.
Naruto perlahan membuka ruangan yang cukup jauh dari kediaman utama Uzumaki Nagato
Pamannya suka menyendirikah?
Naruto menarik pedangnya saat melihat seorang pria yang dengan tenangnya membaca buku.
"Lama tak berjumpa keponakan."
Seringai itu.
"Aku akan membunuhmu." desis Naruto mengacungkan pedangnya,
Neji terdiam saat sepuluh orang penjaga sudah mengelilinginya dan Naruto.
Apa ini jebakan?
"Yahiko mengatakan jika putra mahkota sangat menggilaimu. Bagaimana jika kau kuangkat menjadi putriku dan kucalonkan kau menjadi selir dan setelah itu rebut posisi permaisuri, dan kau mengabdi padaku?"
"Jangan bercanda. Selama dua tahun aku terus mengumpulkan bukti agar nama kakek bersih tapi itu mustahil, karenanya aku datang untuk membunuhmu, aku tak masalah nama Uzumaki selamanya dicap pengkhianat yang terpenting kau mati dan tak menyebar kekacauan lagi. Pemerintahan Sasuke harus bersih tanpa adanya orang sepertimu!!"
Nagato tertawa mendengar penuturan naif Naruto.
"Kalau begitu. Matilah,"
Naruto mundur beberapa langkah saat seorang pria menebaskan pedangnya.
"Kau sengaja menungguku paman?"
Nagato menyeringai.
"Mei tak bisa dipercaya karena itu aku memerintahkan Yahiko mengawasimu selama ini, menyiapkan paviliun ini untuk menjadi kamarku untuk memancingmu. Bagaimana? Kau suka kejutanku?"
"Aku akan mengirimu ke neraka."
Trang.
Kedua pedang beradu, Neji ikut bertarung.
Naruto berlari keluar paviliun agar lebih leluasa, matanya masih mencari keberadaan Nagato yang terhalang beberapa penjaga.
Dia harus membunuh orang itu.
Crass.
Naruto meringis saat lengan atasnya terkena goresan.
"Menyerah Naru atau kau akan mati disini, bahkan aku sudah memerintahkan orang untuk membakar rumah bordil itu, mereka akan mati karenamu."
Naruto medesis.
"Aku akan membunuhmu!!" teriak Naruto menerjang para penjaga dengan membabi buta,
Neji mendecih saat mendengar banyak langkah kaki mendekat,
Mereka harus melarikan diri.
"Nona kita pergi." ajak Neji,
Naruto terus mengayunkan pedangnya,
Sedikit lagi.
Sedikit lagi dia bisa membunuh Nagato.
Syut.
Jleb.
Pedang Naruto jatuh saat sebuah panah menancap dilengannya.
Sejak kapan ada gerombolan pemanah?
"Maaf Nona."
Neji menarik Naruto bermaksud menjauh,
Dia ingat. Disini ada jalan rahasia.
Panah menghujani mereka,
Dengan sekuat tenaga Neji mengangkat Naruto dan berlari menuju tempat kuda yang dia siapkan untuk berjaga-jaga jika misi mereka gagal.
Tunggu. Kenapa rasanya seperti deja vu? Dia juga pernah berlari dengan dihujani panah seperti ini saat kakeknya difitnah.
Apa kali ini dia akan berhasil melarikan diri?
"Neji turunkan aku. Aku akan membunuhnya!!"
"Jangan bodoh Nona!! Kita tak bisa membunuhnya jika penjaganya semakin banyak. Kita atur ulang strategi."
"Rumah bordil bukan tempat aman lagi Neji. Aku harus membunuhnya meski aku harus mati. Aku harus!!"
Neji mendudukan Naruto dikudanya dan melarikan kuda itu secepat yang kuda itu bisa.
"Kita tak akan ketempat Nyonya Mei lagi." ujar Neji.
•
"Kejar mereka. Bunuh penjaganya dan bawa Naruto kehadapanku, aku akan memberinya keputusasaan sebenarnya sebelum aku membunuhnya."
"Baik Tuan." jawab mereka.
"Baiklah Naru. Sampai mana kau akan berlari seperti itu."
•
Neji mempercepat laju kudanya, pengejarnya sudah dekat dan banyak.
"Sial." umpatnya
Syut.
Jleb.
Kaki kudanya terkena panah dan meringkik kesakitan.
Bugh.
"Nona!!"
Naruto terjatuh karena kuda Neji yang hilang kendali.
Naruto meringis.
"Sial kuda brengsek!!" maki Neji,
"Pergi Neji." bisik Naruto saat melihat pengejar yang mendekat.
"Nona raih tangan....
Syut.
Jleb.
....ku..."
Neji terhuyung saat panah menancap di dadanya,
Pandangannya buram.
Dia jatuh dari kudanya yang kini melarikan diri.
"Tinggalkan dia. Dia akan mati tanpa kita bunuh, bawa wanita ini." perintah Yahiko,
Naruto terdiam melihat Neji yang tak berdaya.
Kenapa jadi seperti ini?
Dengan kasar dia diseret kembali menuju tempat pamannya meninggalkan Neji yang masih bernyawa.
•
•
•
Shikamaru menggebrak meja saat mendengar laporan dari bawahannya.
"Kita berangkat." ajak Shikamaru pada Kiba yang juga ada disana.
Sial. Dia lengah. Bawahannya mengatakan jika rumah bordil higanbana milik Mei kebakaran dan banyak dari mereka selamat, tapi sang pemilik tak ditemukan dimanapun, ahh tidak. Bahkan Naruto juga tak ada.
"Apa yang sebenarnya terjadi disini."
Semoga Naruto masih bersama Sasuke, semoga tak ada hal yang serius selain ini.
Semoga saja.
Karena jika tidak, dia tak memiliki wajah untuk bertemu Sasuke.
•
•
•
Naruto berlutut secara paksa.
Matanya menatap Nagato penuh dendam,
"Menangislah maka aku akan mengampunimu,"
"Dalam mimpimu." desis Naruto.
Nagato memberi kode pada dua orang dibelakangnya.
"Nyonya, Choujuro-san?!" panggil Naruto melihat Mei dan Choujuro terikat dan diseret dan berlutut dihadapan Nagato,
"Mengingat masa lalu Naru?"
Nagato menarik pedangnya.
"Hentikan kebiadabanmu paman!!"
"Dia mengkhianati kepercayaanku, bukankah hukuman pengkhianat itu penggal?"
Tidak. Jangan lagi.
"Katakan apa maumu sebenarnya!!" jerit Naruto,
Sudah cukup. Jangan ada darah tak bersalah tumpah lagi,
"Tak ada. Hanya saja wajahmu mengingatkanku pada ibumu dan aku tak suka. Kau harusnya tak ada di dunia ini, kau harusnya mati."
"Jika itu yang kau inginkan bunuh aku."
"Tidak. Aku ingin melihatmu menderita terlebih dahulu,"
Tanpa aba-aba Nagato menebas kepala Choujuro, Mei menutup matanya,
Darah segar mengalir membasahi tanah.
Tubuh Naruto bergetar.
Kenapa?
"Jika kau menjadi pelacur tanpa banyak tingkah hal ini tak akan terjadi."
"Tidak. Kumohon jangan." pinta Naruto melihat Nagato kembali mengangkat pedangnya,
Mei menatap Naruto dan tersenyum kecil.
"Tidak Nyonya!!"
Cipratan darah mengenai wajah Naruto.
Tragedi ini kembali.
Kenapa harus seperti ini?
"Buat dia minum ini dan buang ke hutan. Ah karena aku sangat baik buang dia ditempat tubuh penjaganya mati, aku kasihan jika dia mati seorang diri." Nagato menyeringai dan melempar botol kecil pada Yahiko,
"Itu adalah racun, kau akan mati dalam waktu satu minggu, dan belum ada penawarnya sampai sekarang." jelas Nagato sebelum pergi.
Cukup. Dia bersalah. Harusnya dia tak menyimpan dendam yang akhirnya malah membunuh banyak orang.
Harusnya dia mengikuti saran Itachi untuk berhenti.
Bugh.
Tubuhnya dilempar kesebelah tubuh Neji.
"Maaf..." bisik Naruto setelah para penjaga Nagato pergi, mendekati tubuh Neji.
Dia menyentuh wajah Neji,
Hangat.
Tunggu.
Hangat?
Naruto menatap panah yang menancap di dada Neji.
Tak ada darah.
"No-nona?"
"Ne-neji. Kau hidup?"
Pria itu mengangguk dan mengeluarkan batu giok yang dia simpan di dalam bajunya tepat di dada,
"Anda baik-baik saja? Hamba hilang kesadaran beberapa lama, maaf. Nona wajah Anda pucat?" tanya Neji, dia tak peduli luka yang dideritanya juga cukup parah, yang dikhawatirkannya adalah majikannya yang tak memiliki luka serius tapi begitu kesakitan.
Naruto memegang dadanya yang terasa dibakar.
"Ne-neji..."
"Apa yang terjadi?"
Karena rasa sakit di dadanya semakin terasa Naruto hanya bisa menggeleng tanpa kata.
"Nona!!"
Tubuh Naruto langsung di topang oleh Neji,
"Aku akan menyelamatkan Anda Nona." bisik Neji yang perlahan mengangkat tubuh Naruto.
Dengan tertatih-tatih Neji mengangkat tubuh Naruto.
Darah kembali keluar dari luka yang didapatnya dari bertarung,
Kakinya terluka begitu parah, terlebih saat tergesek dengan semak dalam hutan.
Tapi semua itu tak penting.
Yang terpenting adalah keselamatan majikannya.
Matahari perlahan menampakan cahayanya dan Neji tahu dia harus bergegas pergi darisana.
Mereka pergi. Pergi sejauh-jauhnya, dan jika bisa tak pernah kembali, menjalani hidup normal tanpa dendam.
Biarkan semua orang menganggap mereka mati hari ini.
•
•
•
Rumah bordil Higanbana kini sudah menjadi abu. Pemiliknya menghilang, para wanita penghibur hanya bisa menangis,
"Tenanglah kalian. Semua akan baik-baik saja," ujar Karin tegar,
"Tapi Senior."
"Kita masih bisa membangun kembali. Kita diajarkan untuk tegar!!"
Shikamaru turun dari kuda dan mendekati Karin sedangkan Kiba menenangkan para wanita penghibur yang masih terlihat syok.
"Karin bisa bicara sebentar?" tanya Shikamaru,
Karin mengangguk diikuti Suigetsu yang khawatir.
"Dimana Mei-san dan Naru?"
"Kami juga tak tahu. Nyonya dan Choujuro pamit pergi tapi tak mengatakan akan kemana, dia hanya berkata agar kami tak perlu khawatir." jawab Karin sejujurnya.
"Lalu Naru?"
"Aku melihatnya pergi bersama Neji diam-diam saat aku berkeliling menjaga keamanan." jawab Suigetsu.
"Tuan bisa kita bicara?" tanya prajurit kerajaan.
"Terimakasih atas kerjasamanya dan aku berjanji akan membantu membangun kembali rumah bordil ini." ujar Shikamaru yang langsung mengikuti prajurit itu tergesa-gesa.
•
"Kau yakin?" tanya Shikamaru menuntut,
"Hamba tak berani berbohong Tuanku."
"Apa ada hal lain lagi?"
Prajurit itu menggeleng.
"Kiba kita pergi ke istana. Darurat!!" teriak Shikamaru.
Sungguh dia tak tahu harus lapor bagaimana pada Sasuke. Kalimat apa yang harus dia rangkai agar Sasuke bisa menerima semua ini.
Dia orang gagal.
•
•
•
Matahari sudah menampakan diri seluruhnya saat Shikamaru dan Kiba tiba di istana,
Istana begitu ramai karena hari ini adalah hari pernikahan putra mahkota,
Tapi Shikamaru tak peduli, dia harus menemui Sasuke secepatnya.
Meski dia tak tahu harus berbicara apa nanti pada Sasuke.
•
"Putra Mahkota Tuan Shikamaru dan Tuan Kiba datang ingin bertemu."
Sasuke yang tengah bersiap mengusir para kasim yang membantunya berpakian dan memberi kode agar Shikamaru dan Kiba dibiarkan masuk.
"Ada apa?" tanya Sasuke langsung, waktunya tak banyak karena dia harus melakukan ini-itu sebelum upacara pernikahan.
"Rumah bordil Higanbana kebakaran. Ah tidak, menurut mata-mataku Nagato dalang semuanya. Dia membunuh Mei-san dan Choujuro didepan Naru,"
"A-apa... Lalu.. Na-naru... Bagaimana keadaannya?"
Shikamaru terdiam.
"Memang berat Sasuke tetapi..."
"Apa maksudmu berat Kiba?! Semalam kami menghabiskan waktu bersama!!"
Kiba ikut terdiam.
"Sepertinya dia sudah berencana membunuh Nagato malam itu, tapi Nagato menyiapkan jebakan. Naruto dipaksa meminum racun dan penjaganya terbunuh, keduanya dibuang kedalam hutan. Itu info dari orangku,"
Tubuh Sasuke rasanya mati rasa.
Perkataan yang keluar dari mulut Shikamaru maupun Kiba tak dia dengar,
Indra pendengarannya seolah tak berfungsi,
Tidak mungkin.
Tidak.
Narutonya masih hidup.
"Aarrrggghhh...!!!"
Sasuke mengambil belati di meja dan menancapkannya ditangan.
Teriakan Sasuke membuat kasim langsung menerobos masuk.
"Yang Mulia!!" serunya langsung mengambil kain bersih untuk menutup luka Sasuke.
Kenapa rasanya tak sakit? Kenapa hatinya lebih sakit?
"Apa kau menemukan tubuh Naru dan penjaganya?" tanya Sasuke yang sedikit lebih tenang dan mengusir kasim yang membalut lukanya.
"Tidak. Kami tak tahu dimana mereka membuang tubuh Naruto, mata-mataku saat itu tak ikut pergi ke hutan."
"Maksudmu aku harus menyerah sekarang? Apa semalam adalah hari terakhirku bersamanya? Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Berhenti bersikap berlebihan Sasuke. Apa Naruto akan senang melihat sikap menyedihkan seperti ini?"
"Aku akan bersiap untuk pernikahan. Kalian boleh pergi dan selidiki Nagato apapun itu." ujar Sasuke datar.
"Tentu saja." jawab Kiba dan Shikamaru yang pamit pergi.
•
Sungguh. Dia tak mempercayai semua yang dikatakan Shikamaru, dia yakin Naruto masih hidup.
Setidaknya dia akan meyakinkan diri sebelum dia melihat tubuh Naruto.
'Kau baik-baik saja bukan dobe? Iyakan?'
•
•
•
TBC
•
A/N : Panjang beuuuddd... Tadinya mau dilanjut sampai nasib Naru kayak gimana tapi tidak jadi, udah keburu mager 😅 Sampai jumpa minggu depan, errr itupun jika aku tak sibuk menulis laporan akhir tahun 😅 Dan jika ada yang mau ditanyakan boleh dikomentar tapi jangan tanya endingnya happy or sad karena aku juga belom ada bayangan untuk nasib mereka kedepannya hahaha... Jaa matta...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top