Bab 2 : Demi dendam

Kurang lebih sudah dua tahun Naruto tinggal di rumah bordil.

Sekarang dia sudah terbiasa dengan kesehariannya sebagai wanita penghibur.

Melayani berbagai tipe orang, mempelajari ekspresi manusia, semua dia lakukan selama dua tahun ini hingga dia menjadi profesional. Untungnya dia cepat belajar, jadi tak sulit dia beradaptasi dengan lingkungan seperti ini.

Bahkan banyak pejabat maupun anak pejabat yang sering memasannya, hidupnya sekarang sudah bisa dikatakan sejahtera dari para wanita penghibur lainnya, tapi bukan itu yang dia cari, dia melakukan ini bukan untuk dirinya, hidupnya hanya satu tujuan, mencari dalang atas fitnah keluarganya dan membersihkan nama keluarganya.

Di rumah bordil dia salah satu yang paling dicari disana, aura yang diumbarnya memang menarik perhatian, Naruto melakukan itu agar bisa mencari info penting dari pejabat negara yang berpengaruh, dia tak peduli orang memandangnya apa, status sosialnya rendah atau apapun dia tak masalah selama info yang didapatnya berguna.

Dia harus mendapatkan apa yang dia inginkan, semuanya...

Dendamnya harus tuntas agar dia bisa tidur,

Karena selama ini dia hanya bisa tidur jika sudah meminum ramuan,

Dia takut tidur, karena saat tidur dia akan memimpikan keluarganya meminta agar dia membalaskan dendam.

"Apa yang kau fikirkan Naru?" tanya Itachi. Putra dari Raja kerajaan Api itu menatapnya, pria itu kini tengah menyewanya malam ini.

"Hanya berfikir kenapa Pangeran sering menyewaku namun tak pernah memasukiku," jawab Naruto dengan nada menggoda, senyumnya begitu menawan, tapi palsu.

Itachi terkekeh, "Kau tahu aku memiliki seseorang yang kucintai Naru,"

"Cinta bertepuk sebelah tangan lebih tepatnya. Bukan begitu?" Naruto menyeringai.

Itachi menatap Naruto sebentar sebelum akhirnya kembali fokus pada kertasnya.

Mereka tengah disebuah ruangan, Naruto yang berpose se-sexy mungkin dan Itachi didepannya melukis, kebiasaan Itachi jika menyewa Naruto.

Itachi terbiasa menyewa Naruto bukan untuk mengeluarkan hasratnya, entah kenapa dia lebih memilih melukis wanita didepannya itu. Narutopun tak keberatan, selama banyak info yang diterima dan bayarannya juga besar tak masalah.

"Cintaku bukan bertepuk sebelah tangan Naru, kami saling mencintai tapi tak bisa bersatu, kami tak akan bersama sampai kapanpun, aku yang putra selir bisa apa? Melawan Ayahanda?" jawab Itachi masih dengan senyum menawannya.

"Pangeran lucu, status itu membuat Anda cukup berkuasa bukan? Lalu kenapa Pangeran selalu menyewaku saat kesini? Hmm padahal masih ada Senior Karin diatasku. Kenapa itu Pangeran?" tanya Naruto.

"Sudah kubilang saat kita berdua panggil dengan Itachi saja. Hmm mungkin kau sangat mengerti suasana hatiku dan membaca ekspresiku. Itu hal sulit karena aku seorang Uchiha yang minim ekspresi. Sekarang aku tanya padamu, bagaimana kau bisa membaca ekspresiku?" kini giliran Itachi yang bertanya.

"Karena kita mungkin memakai topeng yang sama," Naruto tersenyum manis, Itachi membalas dengan senyuman juga.

"Ah aku baru ingat, adik bungsuku besok akan datang." ujar Itachi mengganti topik pembicaraan.

"Adik yang sering Itachi-san bicarakan? Putra dari Permaisuri yang baru? Yang belajar di kerajaan Angin yang tidak mau pulang-pulang itu? Kenapa sekarang tiba-tiba pulang?"

"Ayahanda mengancamnya. Jika tidak mau pulang maka sekelompok prajurit akan datang menjemput. Putra Mahkota tak seharusnya tinggal di kerajaan orang lain dalam waktu lama." jawab Itachi dengan senyum gelinya.

"Sepertinya ayah dan adik Itachi-san tak akur ya," ujar Naruto.

"Begitulah mereka selalu berdebat. Ah lihat lukisanku sudah jadi," Itachi menunjukan kertas berisi lukisannya.

Naruto menatap gambar dirinya yang terlihat begitu nyata,

"Wow menakjubkan seperti biasanya, tapi kenapa harus ada duri mawar melilit tubuhku?" tanya Naruto.

"Karena itu dirimu, indah namun berbahaya. Tak hati-hati bisa terluka, dan kau juga bisa melukai diri sendiri jika tak hati-hati."

Naruto tersenyum.

"Aku harus pergi, beristirahatlah Naru."

Cup.

Itachi mencium lembut kening Naruto dan beranjak dari sana meninggalkan Naruto yang diam mematung.

Itachi memang memperlakukannya lembut saat pertama kali bertemu dengannya, bukannya dia tidak suka, hanya saja perlakuan lembut membuat hatinya lemah, dan dia tak ingin hatinya lemah.

Dia merapihkan diri, hari ini cukup melayani Itachi saja, dia ingin segera istirahat.


"Nona Anda sudah selesai?" Naruto melihat siapa yang bertanya dan mengangguk,

"Neji kau menungguku? Kau menungguku diluar dengan cuaca dingin seperti ini?" bukannya menjawab Naruto balik bertanya.

"Karena aku tahu jika Anda bersama Pangeran Itachi maka tak akan lama." jawab Neji.

Naruto langsung membawa Neji ke kediaman miliknya yang tak jauh darisana, membawa masuk Neji.

"Minumlah. Ini sake hangat. Kau ceroboh, kau bisa sakit," ujar Naruto memberikan cawan.

"Maaf membuat Anda khawatir Nona." Neji menerima cawan berisi sake dan meneguknya perlahan.

"Naru, Tuan Hidan ingin bertemu denganmu," Karin masuk ke kediaman Naruto dengan sedikit tergesa-gesa.

"Aku mau istirahat Senior."

"Kali ini saja tolong adik-adikmu, mereka tak akan kuat menghadapi Tuan Hidan, dia terus bertanya kau dimana."

Naruto menghela nafas, padahal hari ini dia tak mau menerima tamu lagi, tapi jika dia menolak Hidan bisa bahaya nanti, yang terkena imbas adalah junior-juniornya yang belum tahu sifat kasar Hidan.

"Neji beristirahatlah disini, aku akan bertemu pelangganku." ujar Naruto.

Neji mengeratkan gengamannya pada cawan yang dipegangnya. Dia tak suka jika Hidan yang memesan Naruto.

Nonanya pasti akan mengalami tindak kekerasan, dia terlalu baik.

"Maaf membuat Tuanku menunggu lama." senyum manis terpatri dibibir Naruto, melihat pria yang sudah terlihat mabuk tengah memeluk adik-adik wanita penghiburnya

"Lama sekali. Kalian pergilah!!" usir Hidan pada beberapa wanita penghibur yang tengah menemani.

Wanita-wanita itu memberi hormat pada Naruto, seolah berterima kasih.

Naruto hanya mengangguk dan kembali menutup pintu, menatap Hidan yang sudah dibutakan kabut nafsu.

"Layani aku!!" perintah Hidan.

Naruto mengangguk, berjalan mendekati pejabat kerajaan itu dan mengambil cawan yang disodorkan Hidan.

"Saya akan memainkan kecapi untuk Anda." ujar Naruto duduk dihadapan kecapi yang sudah tersedia disana.

Hidan terdiam. Mendengarkan setiap alunan nada, menatap Naruto dari ujung rambut sampai ujung kaki,

Dengan cepat pria itu menarik tangan Naruto agar mendekat, menghentikan alunan nada indah itu.

"Aku sudah lama menunggumu dan kau hanya memainkan kecapi untukku?!"

Naruto tersenyum manis, dia menahan sakit, remasan tangan hidan pada pergelangan tangannya membuat tangannya memerah.

"Anda sepertinya terlalu mabuk Tuanku. Mau kupanggilkan kereta kuda agar Anda bisa pulang dengan selamat?"

Wanita itu menahan baju atasnya saat Hidan mencoba membukanya,

"Kau membuatku menunggu lama."

Naruto sedikit meringis saat kedua tangannya ditarik dan diikat oleh kain yang sudah ada disana.

Inilah yang akan dialami para wanita penghibur jika melayani Hidan,

Kekerasan adalah yang biasa dialami oleh wanita penghibur jika berhadapan dengan Hidan.

"Layani aku dengan tubuhmu."

Pagi harinya, Naruto bagun. Ikatan tangan dan kakinya sudah dilepas, tapi bekasnya masih terlihat. Lihat saja kedua pergelangannya yang memerah.

Namun ini tak masalah, karena saat Hidan mabuk dia biasanya akan menjawab pertanyaan Naruto dengan jujur, bukankah sesuatu selalu ada bayarannya?

Dia rela tubuhnya rusak demi informasi, dia rela mendapat perlakuan seperti itu dari Hidan, dia rela selama tujuannya tercapai.

Tapi kadang sebuah pertanyaan terlitas dibenaknya.

Sampai kapan ini terus berlanjut?

Sampai dendamnya terselesaikan?

Sampai orang-orang yang memfitnah keluarganya mati?

Atau sampai tubuhnya rusak tak berbentuk?

Tapi itu tak akan membuatnya mundur. Dendamnya lebih besar dari rasa sakit ini.

"Aku memang selalu bertindak ceroboh dan bodoh, bukan begitu kakak?" gumamnya.

TBC

A/N: Bab 2 update!!! Maaf jika tak sesuai harapan. Tapi apa boleh buat, cerita ini sudah terlalu lama ada dalam list draf dan aku tak mungkin mengubah alur, jadi intinya Naruto tetap menjadi wanita penghibur. Sampai jumpa di bab selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top