Bab 13 : Terpendam

Tubuh Naruto berkeringat. Suhu tubuhnya panas,

Kurama menggengam lengan adiknya.

Kenapa adiknya bisa ceroboh dengan lupa meminum obat? Lupakah dia jika mereka jauh dari kerajaan Air?

"Biarkan tabib kerajaan kami yang memeriksanya." suara Sasuke terdengar dari luar kamar.

Kurama mendecih tak suka dan keluar kamar adiknya.

"Maaf Yang Mulia. Tapi adik hamba sudah ditangani, kami tak menerima pengobatan dari sembarang orang." ujar Kurama mencoba sopan.

"Dia terlihat kesakitan pejabat Kurama."

"Itu efek obat Yang Mulia."

"Tak ada obat yang bisa membuat orang kesakitan seperti itu. Biar tabibku yang periksa, aku menjamin dia bukan orang dengan banyak mulut, dia orang kepercayaanku."

"Hamba menghargai kebaikan Anda tapi semua itu tak perlu."

Sasuke mendesis tak suka.

Memberi isyarat pada Jugou untuk meninggalkannya bersama Kurama dan orang-orang dari kerajaan Air.

"Kenapa kau menolak kebaikanku? Apa salah jika aku menghawatirkan wanita yang kucintai!!"

Gaara menatap Sasuke terkejut.

Ino dan Sai terdiam. Sudah mereka duga jika Sasuke tahu Naruto,

"Salah karena kau mencoba mengingatkan adikku akan masalalunya!! Apa maksudmu dengan menampilkan drama musik seperti itu hah?!!"

"Ya. Aku ingin dia mengingatku!!"

"Dan kau juga mengingatkannya akan dendamnya. Jika dia ingat kau juga tak akan bisa menghentikan dendamnya, dia tetap memilih dendam dibanding denganmu!!"

"Kau..."

"Hentikan. Kalian membuat keributan, Naru bisa dengar!!" seru Ino hilang kesabaran.

"Biar aku menemani Naru." ujar Gaara akhirnya,

Dia hanya orang luar yang tak mengerti masalahnya, jadi lebih baik dia menghindar.

Baru saja Gaara membuka pintu Naruto sudah ada didepan pintu dengan nafas terengah-engah memegang dadanya yang terasa terbakar.

"Su-sudah kuduga... Kalian menyembunyikan masa laluku, kalian tahu dan aku tidak." ujar Naruto susah payah,

Dengan gerakan cepat Gaara langsung memegang bahu Naruto agar tak hilang keseimbangan.

"Aku menunggu saat ini. Aku menunggu dimana kakak membuka suara, bahkan Raja kerajaan Api tahu masa laluku. Apa ada hubungannya dengan keluarga ibu? Apa ada hubungannya dengan pemberontakan Uzumaki?!!" seru Naruto.

"Naru kau harus banyak istirahat dulu." nasehat Gaara yang semakin khawatir,

Sedangkan Sasuke, Kurama, Ino bahkan Sai hanya terdiam.

Tak bisa menjelaskan apapun pada wanita yang kini tengah menahan rasa sakitnya.

"Bantu aku kembali Gaara. Dan aku tak mau orang lain mengangguku, aku tak menerima siapapun selain Gaara."

Pintu ditutup.

"Jangan saling menyalahkan. Dari awal memang harusnya Naru tahu," ujar Sai mencoba menengahi.

"Aku secepatnya akan membawa Naru keluar dari kerajaan ini dan tak akan pernah kembali." desis Kurama meninggalkan tempat itu dengan perasaan dongkol.

.

.

.

Gaara menggengam jemari Naruto yang pucat.

Baru kali ini dia melihat keadaan tabibnya tak berdaya seperti ini, begitu rapuh, begitu terluka.

"Mereka berbohong padaku." bisik Naruto dengan suara serak menahan tangis.

"Mereka berbohong untuk kebaikanmu Naru,"

Naruto menggeleng.

"Aku tak butuh perlindungan mereka. Aku sudah dewasa Gaara, mereka terlalu membatasiku, maka dari itu aku ikut denganmu agar bisa ke kerajaan ini, kerajaan dimana kelaurga ibuku berasal. Kakek juga pasti tahu dan menduga alasan aku ikut denganmu adalah untuk menyelidiki masa laluku, ada hal yang belum aku selesaikan, tapi aku tak tahu apa itu."

"Mau aku bantu menyelidiki?"

"Bolehkah?"

"Tentu saja. Aku punya kuasa lebih, aku akan menyelidiki tentang keluargamu, maka dari itu kau perlu istirahat ya?"

Naruto mengangguk antusias.

Gaara tersenyum kecil, "Istirahatlah. Aku akan cari info itu untukmu." ujar Gaara yang kemudian keluar dari kamar Naruto.

.

.

.

Sasuke berjalan tergesa saat melihat Gaara yang keluar dari kamar Naruto,

"Putra Mahkota Gaara tunggu!!" panggil Sasuke,

Gaara langsung berhenti dan memberi hormat pada Sasuke,

"Bisa kita berbincang sebentar?" tanya Sasuke,

"Tentu Yang Mulia."

Sasuke langsung mengarahkan Gaara agar berjalan bersamanya menuju ruang kerjanya.

.

.

.

"Dia adalah Naruto." jelas Sasuke saat melihat Gaara terpaku pada lukisan yang ada disana, lukisan yang dia buat sendiri, lukisan kekasih hatinya.

"Jadi benar Anda memliki hubungan dengan Naruto dimasa lalu?" tanya Gaara menatap Sasuke yang juga tengah melihat lukisan buatannya sendiri.

"Ya. Kurama mungkin benar jika ingatan Naru tak seharunya kembali. Tapi apalah dayaku, aku tak bisa menahan rasa ini, aku tak masalah jika dia kembali menjadi Naru yang dulu selama aku bisa bersamanya."

"anda mau menceritakan semuanya padaku Yang Mulia?" tanya Gaara penuh harap.

"Ya, tentu."

.

.

.

Nagato menatap putri angkatnya yang kini tengah menghadap padanya.

"Ayah tahu jika Kurama masih hidup dan tak memberitahuku." ujar Sakura lirih,

"Jika kau tahu memang apa yang berubah? kau adalah bidakku yang berharga, karena itu cepat lahirkan seorang putra."

"Dan sudah aku katakan jika aku selama ini tak disentuh Sasuke sama sekali, termasuk para selir dibawahku. dia hanya memanggil permaisuri satu minggu sekali ke kamarnya." jawab Sakura berani,

"Dan permaisuripun belum mengandung sama sekali!! Berusahalah menggodanya Sakura!!"

"Kenapa ayah tak membunuhku saja?"

"Tidak. Aku tak akan membunuhmu, tapi aku akan membunuh Kurama jika kau terus melawan."

"Aku bukan boneka."

"Jadi kau siap kehilangan orang yang kau cintai?"

Sakura menremas jubahnya, dia tahu ancaman ayahnya tak main-main.

"Aku pamit pergi ayah."

.

.

.

Setelah semuanya diceritakan Gaara dan Sasuke hanya terdiam,

Terlalu banyak informasi yang diserapnya hingga tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Dua tahun Anda menunggu tanpa kepastian dan saat bertemu Naru bahkan tak mengingat Anda, meski begitu cinta Anda tetap ada? Luar biasa." komentar Gaara tulus,

"Setidaknya aku tahu dia hidup saja sudah lebih dari cukup."

"Bagaimana jika aku sekarang memberi tahu kebenarannya pada Naru, apa Anda akan menghentikanku?"

"Tidak. Itu malah membuatku senang karena dia akan segera mengingatku."

"Dan juga dendamnya tentu saja. Dia mungkin akan kembali mengejar Nagato tanpa peduli kembali dalam bahaya."

"Setidaknya aku memiliki kekuasaan lebih, aku melindunginya."

"Lalu kenapa Anda tak segera menghancurkan Nagato jika kekuasaan Anda besar? bukankah Anda ingin bekerjasama dengan kerajaanku agar memliki kekuasaan lebih untuk melawan Nagato?"

"Ya."

"Dan itu artinya Anda masih lemah Yang Mulia. Kekuasaan pejabat Nagato cukup berpengaruh, tapi Anda tak perlu khawatir, aku akan membantu, aku akan setuju kerjasama antar kerajaan demi Naru."

"Kau menyukai Naru Putra Mahkota Gaara?"

"Tentu saja, dia adalah orang yang berharga bagiku, tapi sayangnya rasa sukaku bukanlah cinta karena aku sudah memiliki orang yang kucintai, meski dia bukan seorang bangsawan aku tetap mencintainya, dan ini rahasia kita berdua, jadi Anda harus menjaga rahasia ini. Anda tak perlu khawatir, Naru hanyalah orang yang berharga bagiku dan aku ingin dia bahagia."

'"Begitu. Terima kasih telah menjaga Naru selama ini, sekarang tinggal giliranku untuk menjaganya."

.

.

.

Jika tak membuat masalah bukan Naruto namanya.

Benar. Meski tubuhnya masih lemah tapi Naruto tetap berusaha pergi dari kamarnya secara diam-diam,

Meski Gaara mengatakan jika pria itu akan membantunya tapi dia tak sepenuhnya menginginkan bantuan itu, dia ingin mencari ingatan yang hilang seorang diri.

Ya. Kekeras kepalaannya sudah mendarah daging dan keluarganya harusnya tahu betapa keras kepalanya dia.

.

"Nona Naruto itu bukan jalan keluar yang baik, disana ada banyak penjaga, mau aku tunjukan jalan yang mudah."

Naruto yang siap memanjat dinding istana setelah berhasil keluar kamar menatap pemuda bangsawan yang tersenyum ramah padanya.

Dia tak pernah melihat pemuda ini di pesta tadi. Siapakah dia?

"Mau ikut tidak? Kebetulan aku juga mau keluar istana."

Naruto mengerutkan dahi, keluar istana? Maksudnya pemuda ini memang tinggal di dalam istana.

"Perkenalkan Uchiha Shisui putra Putri Shion dan Pangeran Itachi, satu-satunya Pangeran yang tinggal di istana ini." ujar pemuda itu dengan senyum menawan,

"Ah... Salam hormat hamba pada Pangeran Shisui."

"Jadi mau ikut tidak Nona Naru?" tanya Shisui mengulurkan tangan,

"Tentu." jawab Naruto tersenyum dari balik cadar, menyambut uluran tangan pemuda itu.

.

"Bagaimana Anda tahu nama hamba Yang Mulia?" tanya Naruto penasaran,

"Hm? Aku memang tak pernah hadir dalam acara formal kerajaan, tapi aku tetap tahu kabar apapun di istana. Aku memang tak memiliki banyak kekuasaan lebih, tapi itu juga menguntungkanku karena tak banyak orang mengenalku dan aku bisa hidup bebas. Paman Sasuke melindungiku begitu baik hingga aku bisa tumbuh sesuai harapan, dia adalah sosok yang aku kagumi."

"Ahh..." Naruto mengangguk seolah mengerti.

"Maaf membuatmu mendengar celotehan tak pentingku."

"Tidak juga. Itu hal baik menurut hamba, apa masih jauh?" tanya Naruto tak sabar,

"Sebentar lagi, ini jalan rahasia yang biasa digunakan ayahku untuk kabur dari istana."

Naruto hanya mengangguk mengerti. Dia sebenarnya tak ingin terlibat dengan orang-orang penting kerajaan ini, dia hanya ingin ingatannya, tapi jika pangeran didepannya mau membantu, dia tak akan menolak.

"Sampai, silahkan duluan."

Shisui terkikik melihat wajah bingung Naruto,

"Jika kau ingin menyembunyikan sesuatu, sembunyikanlah ditempat terlihat maka oranglain tak akan sadar." jelas Shisui dengan bijaknya,

"Tapi ini kediaman utama bukan? Disini kediaman Yang Mulia Raja bukan?" bisik Naruto,

"Dan orang tak akan menyangka jika kediaman raja memiliki jalan rahasia menuju luar istana."

Naruto mengangguk, pangeran satu ini memang ada benarnya.

Tunggu.

"Pangeran, jika kita ketahuan keluar bersama, bukankah aku seperti menculik Anda?"

"Hm? Kau hanya mengantarku menemui ayah. Apa seorang anak tak berhak menemui ayahnya? Dan itu yang akan aku jawab jika ketahuan."

Baiklah. Naruto menyerah, pangeran yang satu ini memang tak bisa dibantah, tipe pemimpin yang cukup handal dima depan.

Eh? calon pemimpin masa depan? ada apa dengan pikirannya, bukankah yang akan menjadi pemimpin di masa depan itu putra dari raja yang sekaramg bukan?

Shisui menekan sebuah batu yang ada di dekat sebuah pohon.

Sreeg.

Dinding yang ditumbuhi banyak daun bergeser, Shisui mengambil obor yang sudah tersedia disana.

"Jalan ini akan tembus ke sebuah kuil. Hanya empat orang yang tahu jalan ini. Ayahku, pamanku, aku dan kau, jadi ini rahasia."

Naruto mengangguk saja dan mengikuti langkah lebar shisui tanpa banyak protes.

langkah Naruto terhenti saat Shisui menekan batu yang ada diujung lorong gelap.

Batu yang ada didepannya bergeser, cahaya matahari langsung memasuki lorong itu.

"Nah kita berpisah disini, jika ingin pulang ke istana lakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan. aku pergi,"

Naruto menahan lengan Shisui dan menatap pemuda itu, "Terimakasih."

"Sama-sama, sampai jumpa."

.

.

.

Pertama-tama dia akan menyelidiki kasus keluarga Uzumaki dan tempat yang biasanya memiliki jaringan informasi yang luas adalah rumah bordir.

Tapi bukankah rumah bordir itu untuk pria-pria yang mencari hiburan? jika dia masuk kesana apa bisa?

Ahh mudah, jangan memikirkannya sekarang, karena dia selalu menemukan jalan keluar.

.

.

"Kemana Naru?" tanya Kurama menatap Ino dengan pandangan kesal,

"Aku tadi pergi sebentar karena Naru ingin buah persik dan saat aku kembali dia sudah tidak ada."

"Ck. Adik bodoh itu, dia pasti akan melakukan hal sembrono dan aku tak bisa bertindak gegabah karena Nagato pasti memerintahkan orangnya untuk memata-mataiku. Sial." desis Kurama merasa bodoh.

"Dengan orangku dia akan ditemukan secepatnya."

Kurama membuang nafas, kenapa selalu ada Sasuke disekitar sini? Dan pertanyaan itu terlalu bodoh.

Tentu saja ada disana, karena ini memang istana milik raja itu.

Tapi baiklah, dia akan menerima tawaran itu karena ini tentang adiknya, meski sebenarnya dia enggan.

"Pencarian Naru akan kuserahkan padamu." ujar Kurama akhirnya.

Sasuke menangguk dan memberi isyarat pada Kiba yang sudah ada disana,

Tapi sebelum Kiba pergi menjalankan perintah dia membisikan sesuatu,

"Dua perintah sekaligus, cari anak nakal itu. Aku sengaja tak memberi penjagaan agar pejabat tak peduli padanya dan sekarang malah dia pergi menemui ayahnya. Tak tahukah bahaya yang selalu mengintainya." gumam Sasuke kesal.

"Ada masalah Yang Mulia?" tanya Kurama,

"Tidak. hanya anak nakal pembuat masalah, bisa kita berbincang sebentar pejabat Kurama?"

Kurama dan Sasuke berjalan menjauh sedangkan Ino kini ditarik oleh Gaara untuk mendiskusikan sesuatu.

.

.

.

Dengan langkah mantap Naruto siap melangkah menuju rumah bordir tapi langkahnya ditahan oleh seseorang dan dia tahu siapa itu.

"Bagaimana Anda bisa disini Nona?" tanya Neji menyelidik.

"Ahaha... Neji sedang apa disini?" tanya Naruto dengan tawa bersalahnya,

"Aku bertanya lebih dulu Nona."

"Mencari jati diri yang tersembunyi di kerajaan ini dan insiden Uzumaki. puas?"

Neji terdiam.

"Sudah kuduga kau juga mengetahui sesuatu. kau ingin membantuku atau menghalangiku?"

"Dari awal sampai akhir hayatku aku selalu mengikutimu Nona, meski ke dalam neraka terpanas sekalipun."

Naruto mengangkat sedikit bibirnya dan mengangguk,

"Kalau begitu. Kita bergerak Neji. Kau adalah orang yang paling kupercaya sekarang ini selain Gaara, karena itu jangan membuatku kecewa."

"Tentu."

Dan keduanya melangkah memasuki rumah bordir, dan Neji tahu rumah bordir milik siapa ini,

Ini rumah bordir milik Nagato yang dijalankan oleh Karin, dan dia harus waspada, salah sedikit nonanya akan kembali terluka dan dia tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

Dia akan melindunginya, dia akan selalu siaga.

"Neji. Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku, jangan membuat nyawamu terancam hanya karena orang sepertiku." bisik Naruto dengan senyum tulusnya.

"Tidak. Aku siap selalu meski nyawa ini menjadi korban."

"Terimakasih."

"Sebuah kehormatan jika aku bisa melindungi Anda Nona."

.

Karin dan Suigetsu menatap keduanya dari jauh,

"Apa aku perlu mengatakan semuanya apda Tuan Nagato?" tanya Karin dengan wajah sedih,

"Ya. Keluargamu taruhannya,"

"Tapi aku manusia yang punya hati, aku tak ingin mereka menderita kembali."

"Dan membiarkan keluargamu sengsara?"

Karin menggigit bibirnya gelisah.

"Karin."

"Aku akan menemui mereka terlebih dahulu, memastikan jika memang itu Naruto yang kita kenal atau bukan." putus Karin, meski sebenarnya dia yakin mereka adalah orang yang dikenalnya di masalalu.

.

.

.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top