Bab 12 : Kau mengenalku?

Malamnya Naruto terbagun,

Dia butuh udara segar,

Senyum manis terukir dibibir yang tertutup cadar, pemandangan malam hari di kerajaan Api tak terlalu buruk.

Pantulan bulan sabit di kolam terlihat cantik.

Perlahan dia berjalan keluar kamar, menuju gazebo yang ada disana.

Bolehkah dia memetik kecapi yang ada disana dimalam seperti ini?

"Tentu tak masalah karena kamarku paling jauh dari istana utama bukan? Tak akan menganggu." ujar Naruto pada diri sendiri.

Dia mengambil posisi nyaman,

Petikan pertama terdengar mengalun,

Naruto mengangguk siap.

Tiap petikan terdengar begitu indah dan sarat akan makna,

Sasuke berjalan mendekat, memerintahkan rombongannya untuk menjauhinya.

Prok. Prok. Prok.

Suara tepuk tangan saat permainan kecapi Naruto selesai.

Wanita itu menatap Sasuke dari atas hingga bawah dan memberi hormat,

"Salam hormat hamba pada Yang Mulia Raja. Maaf atas kelancangan hamba bermain kecapi ditengah malam seperti ini hingga menganggu istirahat Anda." ujar Naruto mengenali siapa orang yang ada didepannya.

"Aku kebetulan lewat karena tak bisa tidur dan mendengar alunan indah kecapimu Nona. Kau tabib pribadi Putra Mahkota Gaara benar?"

Naruto mengangguk, "Senju Naruto, Yang Mulia."

Jika kita lihat lebih teliti, mata Sasuke terlihat berkaca-kaca menahan air mata yang ada dipelupuk mata

"Naruto ya? Nama yang indah."

Naruto tersenyum dari balik cadar, "Ini pertama kalinya nama hamba dipuji indah. Terimakasih,"

"Boleh aku duduk?" tanya Sasuke,

"Tentu saja. Tempat ini milik Anda,"

Sasuke menatap pantulan bulan di kolam, suasana diisi keheningan,

Sungguh Naruto ingin memecah keheningan diantara mereka. Sebagai anak yang kelebihan energi (menurut kakaknya) dia paling tak suka suasana seperti ini.

"Kau wanita yang kutemui tersesat dan duduk di danau bukan?" tanya Sasuke membuka suara,

Naruto terdiam mengingat-ngingat kejadian siang.

Ahh...

"Maaf kelancangan hamba saat itu."

Sasuke senyum kecil.

"Permainan kecapimu begitu indah. Mengingatkanku pada seorang wanita yang selama ini aku rindukan," puji Sasuke,

"Anda mengingat wanita itu, pasti wanita itu sangat berharga."

Sasuke menatap mata Naruto lekat, "Ya. Saking berharganya aku rela melepas statusku sekarang agar bisa bersamanya."

"Maksud Anda?"

Sasuke kembali menatap kolam, "Tidak. Bukan apa-apa, ini sudah terlalu larut dan udara begitu dingin, istitahatlah." Sasuke membuka jubah hangatnya, memasangkannya pada tubuh kecil Naruto,

"Ya-yang Mulia."

"Senang bertemu denganmu Naru."

Sasuke berjalan menjauh, dia dan rombongan pergi dari tempatnya, meninggalkan dia dalam keheningan malam.

Kenapa hatinya hangat? Kenapa pria itu bersikap baik?

Naruto menyentuh jubah yang diselimutkan padanya.

Bau tubuh yang terasa familiar.

Sasuke berjalan santai, angin malam dingin tak dia rasakan meski tak memakai jubah hangat lagi.

Kebetulan atau jalan takdir. Malam ini dia memang tak bisa tidur dan memilih berjalan-jalan dan siapa yang menyangka jika dia bisa mendengar alunan kecapi yang sangat dia kenal? Hingga akhirnya dia menghampiri sang pemain kecapi yang tidak lain dan tidak bukan adalah Naruto sendiri.

"Yang Mulia sebaiknya Anda juga berisitirahat. Besok ada perjamuan," Jugou mengingatkan.

Sasuke mengangguk setuju.

Suasana hatinya tengah senang sekarang.

Naruto menyentuh pergelangan tangan Gaara, memeriksa denyut nadi pria itu dengan teliti.

"Banyak minum air putih Gaara, dan jangan tidur terlalu malam." nasehat Naruto,

"Lihat siapa yang bicara. Tengah malam main kecapi," cibir Kurama yang kamarnya memang paling dekat dengan Naruto.

"Setidaknya aku bisa menjaga kesehatanku." ujar Naruto membela diri sendiri.

"Lalu siapa yang pingsan saat terlalu lelah." giliran Ino mencibir,

"Aku hanya kelelahan saat itu. Eh Putri Shizuka kau baik-baik saja?" tanya Naruto menatap adik Gaara yang menjadi pendiam,

"Aku mau tinggal bersama kakak Temari saja mulai sekarang. Aku ingin kesuatu tempat setelah ini,"

Sai menatap adik satu ibu dan satu ayahnya.

"Aku ijinkan dengan syarat bawa dua pengawal dan Neji menemanimu." ujar Sai.

"Terimakasih kakak. Aku pamit,"

Sai mengangguk, membiarkan adiknya berlalu.

"Dan sekarang kita mau kemana? Diam di istana seperti ini terus?" tanya Naruto bosan,

"Akan ada acara perjamuan nanti." jelas Kurama tak tertarik,

"Ugghh... Aku tak suka. Jika aku tak khawatir pada Gaara aku lebih baik ikut Putri Shizuka," ujar Naruto.

"Jangan ribut. Naru bersiaplah, kau bahkan belum ganti baju!!" seru Ino,

"Baiklah. Gaara jangan lupa makan obatmu dulu."

"Kau juga selalu lupa minum ramuan Naru, jangan hanya bisa menasehati orang." tegur Sai,

Naruto mendengus tapi tak bisa menyangkal. Dia juga seorang pasien disini, lebih tepatnya pasien gurunya Iruka, dia secara rutin harus meminum obat itu, dia juga tahu kondisi tubuhnya, didalam tubuhnya ada racun yang penawarnya masih belum ditemukan, obat yang selalu dia minum hanya meredakan rasa sakit dari efek racun, dia kesini juga untuk mencari penawar itu sebenarnya.

Dan dia juga tahu jika di masalalu ada sebuah kejadian yang dirahasiakan keluarganya hingga berakhir dengan dia kehilangan ingatan dan racun ditubuhnya, lalu cincin yang sekarang dia jadikan kalung, lambang kerajaan Api.

Dia tak bodoh, selama dua tahun ini dia menyelidiki semua tentang keluarganya sampai akhirnya nama Uzumaki muncul, insiden pemberontakan Uzumaki, banyak hal yang tak dia pahami, dia takut mengingat masalalunya, tapi ada rasa ingin tahu di dalam benaknya.

Dan keluarganya menutupi itu semua.

Bruk.

Naruto menjatuhkan kalung yang dipegangnya saat berjalan dengan menunduk, menatap siapa yang berdiri dihadapannya.

Orang paling dihormati di kerajaan Api ada didepannya,

Wajah tampan angkuhnya terlihat jelas di siang hari.

Dia sangat yakin jika banyak putri dari pejabat rela menjadi selir jika bersanding dengan pria itu.

"Maaf... Kau tak apa?" tanya Sasuke, suara datar itu membuyarkan lamunannya,

"Ah hamba tak apa-apa Yang Mulia." jawab Naruto,

Dia menatap tangannya.

Sial. Tadi jatuh kemana?

"Mencari ini?" tanya Sasuke mengambil kalung yang jatuh di dekat kakinya.

"I-iya..."

Sasuke tersenyum merasa lucu, menatap kalung itu sebentar dan memberikan kalung dengan badul cincin itu pada Naruto.

"Bukankah ini cincin yang berharga? Jagalah jangan sampai hilang."

Naruto membatu.

Bagaimana pria itu tahu jika cincin ini berharga untuknya? Memang dia melupakan sejarah cincin ini tapi dia memang meyakini jika cincin ini sangat berharga.

"Tu-tunggu..." Naruto menahan jubah Sasuke,

Jugou yang ada disana langsung memerintahkan pada rombongan untuk menjauh.

"A-apa kita pernah bertemu di masala lalu? Apa Anda mengenal hamba? Kau mengenalku?" tanya Naruto dengan berani menatap kedua mata onyx sang raja,

Sasuke tesenyum miris.

"Bukankah itu kewajibanmu mengingatku Naru?"

"Sa-....." Naruto menghentikan kata-kata yang akan keluar dari mulutnya saat merasakan kepalanya yang sakit.

Dan berjalan mundur.

"Maaf atas kelancangan hamba." ujar Naruto yang langsung berlari menjauh, dikepalanya seolah ada alarm agar dia tak mengingat hal itu, ada suara yang mengatakan jika dia mengingat semuanya maka banyak orang yang akan terluka.

'Seseorang tolong aku...'

Kiba hanya bisa melihat adegan itu dalam diam. Dia memang pengawal pribadi Sasuke tapi ada kalanya dia menyembunyikan keberadaannya,

Dia hanya bisa melihat, tak ada yang bisa dia lakukan. Kisah mereka terlalu rumit seperti benang kusut, jika tak hati-hati menguraikannya maka benang itu akan lebih kusut hingga tak bisa diperbaiki.

"Kiba... Apa dia takut padaku?" suara Sasuke terdengar lantang tapi menyedihkan,

"Jangan memaksanya mengingat, lukanya sangat banyak, bukan hanya fisik, tapi luka hatinya lebih parah."

"Apa menurutmu hanya dia yang terluka? Apa aku tidak? Aku menunggunya tanpa kepastian, kalian mengatakan jika dia mati, tapi nyatanya dia hidup tanpa ingatan."

"Seorang pemimpin tak pantas mengeluh, saat kau mengambil kekuasaan mendiang raja maka artinya kau sudah siap menanggung beban. Jangan menjadi pribadu cengeng, jangan mengecewakan kami yang selalu mendukungmu."

Kurama mau tak mau harus menyusul adiknya yang terlalu lama hanya untuk berganti pakaian.

"Ku-kurama... Apa itu kau?" suara seorang wanita menegur pria itu,

Dengan wajah dingin Kurama membungkuk hormat, "Salam hormat hamba pada Selir Sakura."

Sakura, selir tercantik yang dimiliki Sasuke, pribadi yang dikatakan orang-orang sebagai wanita licik dan sinis membuatnya sangat dibenci oleh selir-selir lain tapi tak ada yang berani menganggunya karena status Nagato.

"Ku... Aku merindukanmu, ayah mengatakan jika kau sudah mati. Dia mengatakan jika kakek melakukan pemberontakan saat itu, lalu Naru..."

"Itu hanya masalalu Yang Mulia. Dan jika diijinkan hamba pamit pergi,"

Sakura menatap punggung Kurama yang berbalik menjauh.

Jangan pergi.

Dia tak ingin ditinggalkan.

"Jangan pergi kumohon." bisik Sakura memeluk Kurama dari belakang.

"Lepaskan. Tak pantas selir raja berlaku seperti ini,"

"Aku bukan selir siapapun. Kau tahu aku mencintaimu dan aku tahu kau juga sama, takdir begitu kejam hingga aku harus menikah dengan pria yang bahkan lebih muda dariku. Aku benci takdir ini, aku benci ayahku, harusnya aku tak menerimanya saat dia mengatakan mengangkatku sebagai putrinya jika tahu akan berakhir seperti ini."

Kurama berbalik dan mendorong tubuh Sakura.

"Jangan membahas apapun. Kita sudah berbeda, kau wanita milik raja. Kita tak akan pernah bersama!!"

Wanita itu terdiam dan mengigit bibirnya menahan tangis,

Bertahun-tahun dia menganggap kekasihnya meninggal dunia dan sekarang dia tahu pria itu hidup.

Ayahnya benar-benar kejam. Dia di istana berperan sebagai selir kejam karena status ayahnya, misinya sekarang ini adalah menjadi permaisuri dan melahirkan seorang putra,

Tapi sampai detik ini dia belum melaksanakan kewajibannya sebagai istri karena Sasuke menghindari semua selirnya dengan berbagai alasan, mungkin permaisuri pengecualian, karena dia sering melihat raja menghabiskan waktu dengan wanita dari keluarga Hyuuga itu.

"Apa yang sebenarnya kau harapkan Sakura. Kurama tentu membencimu, ayahmu yang menjadikan adiknya pelacur dan terbunuh oleh ayahmu sendiri." gumamnya pada diri sendiri dan kembali menuju kediamannya bersama rombongan miliknya,

Bohong jika dia tak tahu siapa ayahnya dan apa saja yang ayahnya lakukan. Tapi dia bukanlah siapa-siapa, dia tak bisa mencegah maupun menentang ayahnya.

"Apapun yang kalian lihat dan dengar tak boleh sampai bocor keluar atau ucapkan selamat tinggal pada leher kalian." ancam Sakura nyata.

Naruto memilih baju yang menurutnya cocok untuk dirinya dan kembali termenung saat pertemuannya dengan raja kerajaan Api.

Tunggu.

Dia bahkan tak tahu nama raja itu,

Emm... Saat di kerajaan Airpun mereka hanya menyebut Raja Uchiha, tapi siapa nama asli raja itu?

"Naru kau sedang apa sebenarnya. Mau sampai kapan kami menunggumu!!" seru Kurama dari balik kamar,

"Aku sedang memilih baju, wajar wanita lama memilah baju!!" seru Naruto,

"Aku tunggu. Cepat!!"

"Iya sebentar lagi."

Mungkin kakaknya tahu nama raja itu, nanti akan dia tanyakan.

"Kakak kau baik-baik saja?" tanya Naruto, wajah kakaknya sangat masam.

"Tidak."

"Kau marah padaku karena lama? Maaf."

"Tidak!! Cepat Putra Mahkota menunggu."

"Kakak. Nama Raja Uchiha itu siapa?"

"Kenapa kau ingin tahu?" tanya Kurama penasaran,

"Ahh tidak. Hanya saja aku tak tahu nama orang yang menjadi tuan rumah."

Kurama terdiam ragu.

"Sasuke, Uchiha Sasuke."

Pria itu menatap wajah Naruto, menunggu reaksi apa yang akan ditunjukan jika nama pria yang dicintai adiknya dimasalalu disebut.

"Ahh Sasuke ya. Nama yang bagus,"

Adiknya benar-benar tak ingat pria itu. Apa ini hal yang patut disyukuri atau diwaspadai?

"Dia tampan, terlebih seorang raja hmm..."

"Lebih tampan aku."

"Dia juga baik, dia selalu tersenyum."

Apa katanya? Pria dingin itu tersenyum? Mustahil... Sasuke belum tahu jika adiknya ini memang wanita yang dicari bukan?

Tunggu. Bagaimana jika Kiba san Shikamaru sudah membuka suara?

"Naru kapan kau bertemu dengan Yang Mulia Raja?"

"Hmm... Saat tersesat, tapi saat itu dia tak memakai baju kebesarannya jadi aku tak tahu, lalu beberapa kali di istana, saat malam aku bermain kecapi dia mendengarnya dan kami berbincang sebentar."

Dia lengah!!

"Jangan berbincang dengan pria tak dikenal."

"Dia raja semua orang mengenalnya."

"Pembicaraan selesai. Jangan membahas banyak hal, kita akan ke perjamuan sekarang."

Kurama dan Naruto bergabung dengan kelompok Gaara, untungnya perjamuan belum dimulai.

Terlihat para selir duduk anggun, beberapa pejabat dan bangsawan juga ada disana,

Sasuke dan Hinata memasuki ruangan, semua yang ada disana langsung memberi hormat dan perjamuan dimulai.

Para pemain drama musik memasuki aula,

Kisah dimulai saat seorang keluarga  gadis bangsawan difitnah.

Gadis itu dendam dan memilih menjadi wanita penghibur untuk mencari dalang yang memfitnah keluarganya.

Lalu seorang pria bangsawan jatuh hati pada gadis itu,

Mereka bisa saja bahagia, tapi takdir berkata lain,

Gadis itu memilih dendamnya dan berakhir tragis.

Kurama menatap Sasuke tak suka, menatap adiknya yang terlihat begitu menikmati alur, dan matanya bertemu dengan mata Sakura, dia memalingkan wajah menatap pamannya yang terlihat menahan marah.

Ahh pamannya melihat dirinya.

Kurama memberikan seringai terbaiknya.

Ini tanda serangan balik. Sebelum adiknya mengingat masalalu dia harus menghancurkan Nagato.

Naruto melirik permaisuri, dia akui wanita itu anggun, pantas pria itu memilihnya.

Dia mengalihkan pandangannya pada Sasuke. Ehh pria itu menatap dirinya?

Dia harus bereaksi seperti apa?

Baiklah beri anggukan saja.

Dan dibalas senyum kecil.

'Uwaahhh... Tampan!!!'

Hanya batinnya berteriak.

'Apa yang kau pikirkan? Apa yang kau harapkan? Dia sudah memiliki permaisuri cantik dan anggun, dan lihat jajaran selir yang tak kalah cantiknya. Jangan memikirkan hal konyol!!' serunya dalam hati.

Dia jadi ingat perkataan pria itu. Jika kewajibannya mengingatnya, apa benar dulu mereka pernah bertemu dan saling mengenal?

Tunggu. Kepalanya pusing, dadanya juga sakit.

Sial.

Dia lupa meminum ramuannya.

"Kakak..." panggil Naruto tertahan menahan sakit,

"Kau baik-baik saja Naru?" tanya Kurama khawatir,

Naruto menggeleng.

Kesadarannya mulai menghilang.

Tapi dia dapat mendengar teriakan kakaknya, dia juga melihat wajah khawatir dari raja kerajaan Api.

'Sebenarnya siapa kau Sasuke? Kau mengenalku? Apa aku mengenalmu?'

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top