Bab 11 : Perasaan tak berbohong
"Yang Mulia rombongan Putra Mahkota kerajaan Air sudah datang." ujar Jugou yang kini menjadi seorang kasim datang memberitahu.
"Ah Ya. Biarkan mereka masuk," perintah Sasuke.
Gaara memasuki ruangan Sasuke bersama adiknya Shizuka, kakaknya Sai, dan seorang wanita....
Mata Sasuke terbelalak.
Rambut pirang,
Mata biru,
Mirip Naruto.
Tapi bukan Naruto karena rambut pirang itu lebih pucat dan mata biru itu tak seterang milik Naruto.
"Selamat datang di istanaku, tapi bukankah harusnya ada sekitar enam orang anggota kerajaan?" tanya Sasuke,
Dalam surat dari raja kerajaan Air dia mengirim 6 anggota kerajaannya untuk melakukan kerjasama tapi disini hanya ada 4 orang, kemana sisanya?
"Anda tak perlu risau, mereka hanya ingin berjalan-jalan dipusat kota." ujar Sai,
Sasuke menatap Gaara yang terus terdiam. Karakter putra mahkota itu mirip dengannya, irit bicara.
"Kalian pasti lelah, aku sudah menyiapkan kamar untuk kalian semua."
"Terimakasih Yang Mulia tapi kami bermaksud untuk pergi menemui saudara kami disini, setelah itu kami kembali kesini. Tak masalah bukan?" tanya Gaara,
Sasuke mengangguk mengerti.
"Apa perlu pengawalan lebih?"
Gaara menggeleng, "Kami tak perlu hal seperti itu, pengawal kami lebih dari cukup. Permisi,"
Entah kenapa pikirannya kacau seperti ini, mungkin akibat melihat wanita yang mirip Naruto?
"Dia terlihat seperti Naru tapi bukan, pria bernama Sai itu bukankah Pangeran kedua kerajaan Air? Kenapa dia bertindak sebagai pengawal?"
"Putra Mahkota kerajaan Air sangat dijaga oleh para saudaranya, Anda lihat wanita tadi? Dia istri Pangeran Sai yang dibawa kesini karena merasa khawatir pada adik iparnya, bahkan adik putra mahkota juga ikut, pejabat Senju yang penting juga ikut bersama tabib kerajaan, mereka ada untuk menjaga satu orang." jelas Kiba yang kini bertindak sebagai pengawal pribadi raja dan juga gudang informasi.
Tentu saja putra mahkota kerajaan Air perlu penjagaan ekstra karena di masa lalu pangeran pertama atau mungkin bisa sibilang putra mahkota sebelum Gaara saat itu terbunuh oleh kerajaannya,
Mungkin juga mereka belum mempercayainya sepenuhnya.
"Kita pergi ke ibukota Kiba." ajak Sasuke.
•
Naruto menatap kakaknya jengkel, menatap Neji kesal dan mendengus.
"Apa perlu aku memakai caping yang bahkan ditutupi kain juga?" tanya Naruto,
Neji dan Kurama mengangguk kompak, Naruto mengerang frustasi.
"Aku bahkan tak melihat jalan dengan jelas!!"
"Jangan banyak protes. Ini bukan kerajaan Air kita tak tahu bahaya apa nanti, jadi wajahmu harus ditutup, kau terlalu cantik." ujar Kurama mencari alasan yang sedikit masuk akal.
"Kakak akhirnya mengakui aku cantik. Ayo Neji kita berkeliling," ajak Naruto menarik lengan Neji penuh semangat, lupa dengan kekesalannya.
Sedangkan Neji hanya mengikuti, kewaspadaannya meningkat sejak memasuki gerbang kerajaan Api.
Dia tak ingin kembali kesini sebenarnya, tapi nonanya ingin, dia tak bisa menghentikan itu atau nanti kecurigaan nonanya semakin meningkat.
"Ah Gaara!!" panggil Naruto semangat,
Gaara mengangguk dan tersenyum kecil saat Naruto merangkul tangannya.
"Bagaimana jalan-jalannya?" tanya Gaara,
"Membosankan. Lihat, aku harus memakai caping!!" jawab Naruto kesal,
Gaara membuka caping itu dan merobek kain tipis yang mengelilingi caping, memasangkannya diwajah Naruto.
"Cadar saja bagaimana menurutmu?"
"Gaara kau memang yang terbaik!!" seru Naruto memeluk pria itu senang.
Sai menggeleng. Bagaimana jika Gaara jatuh cinta pada adik iparnya? Tak masalah memang, yang jadi masalah Naruto hanya mengaggap adiknya sebagai sahabat dan tak lebih.
•
Deg.
Deg.
Deg.
Naruto menatap kesana-kemari setelah melepaskan pelukannya,
Kenapa jantungnya?
Kenapa rasanya ada lubang kosong disini?
Naruto meremas dadanya sesak.
"Gaara mau bertemu Putri Temari bukan? Aku ikut." pinta Naruto,
Gaara terdiam sebentar dan mengangguk.
Ada yang aneh dengan tabibnya ini.
•
•
•
"Kau datang bersama rombongan Putra Mahkota kerajaan Air Kurama?"
"Ya."
"Naru ikut?"
"Ya."
Itachi menatap sahabatnya itu intens.
"Berbahaya bukan?"
"Ya."
"Dan kau tenang duduk disini minum teh?"
"Ya."
"Kurama!! Naru tak boleh kesini untuk sementara dan kau tahu itu!!"
"Dia bukan patung Itachi. Dia bergerak bebas, kau ingin aku memasungnya agar tak kesini?"
"Kerajaan ini belum aman. Belum ada titik lemah dari Nagato," ujar Itachi,
Kurama siap mendengarkan keluh kesah pangeran pertama kerajaan Api itu.
"Aku mengorbankan keluargaku. Istri dan putraku masih terus di istana demi keamanan. Aku merindukan mereka, manusiawi bukan?"
"Ya. Aku hanya bisa mengatakan jika kau begitu kuat hingga bisa menahannya bertahun-tahun." uajr Kurama,
"Kau juga kuat Ku. Kau merelakannya eh?"
"Jangan membahas apapun tentang masa laluku." desis Kurama tak suka.
"Kisahmu tak kalah tragis denganku, mungkin lebih tragis bukan?"
Kurama mendengus tak suka tapi tak menampik apa yang dikatakan Itachi.
"Ya." jawab Kurama akhirnya.
"Aku pergi dulu. Yang Mulia Raja sepertinya tengah mencariku." pamit Itachi,
"Ku... Bukankah sudah saatnya membuka hatimu?" tanya Itachi sebelum pergi.
Kurama terdiam.
"Maaf tak usah dijawab. Aku pergi,"
Pria itu masih terdiam.
Membuka hati? Untuk siapa?
"Jika Naru yang dulu tahu aku begini dia pasti akan tertawa dan mengatakan betapa menyedihkannya aku."
•
•
•
Naruto menatap jalan dengan mengerutkan dahinya.
"Kemana Gaara dan yang lainnya? Bahkan Neji juga tak mengikutiku? Apa mereka tersesat?"
Dia kembali merenung karena tak hafal jalan.
"Sepertinya aku tersesat." gumam Naruto menyimpulkan, dia berjongkok dibawah pohon mapel dekat danau,
Tadi dia jalan mengikuti Gaara dan rombongan tapi karena terlalu banyak orang dia asal jalan dan akhirnya, err dia sedikit melamun memang tadi.
Ya benar. Dia buta arah terlebih di kerajaan asing ini,
"Haahh... Bagaimana aku pulang sekarang? Tunggu... Kenapa rasanya aku pernah mengalami ini?"
•
"Kau kenapa? Tersesat?"
Naruto mendongkak, "Tidak. Aku hanya beristirahat. Dan jangan berbicara denganku, pergi sana." usir Naruto dengan nada sombong ala bangsawan,
Pria itu mendengus. "Orangku akan mengantarmu pulang,"
"Tidak usah." Naruto bangun dan menepuk-nepuk bajunya,
"Nona..."
Naruto tersenyum dibalik cadarnya,
"Putra Mahkota mencari sedari tadi."
"Maafkan aku, aku hanya terpesona pada danau ini. Dan terimakasih atas tawaran tadi dan maaf atas penolakan kasarku karena aku diajarkan untuk tak percaya orang asing." pamit Naruto membungkuk sebentar dan berjalan pergi diikuti pengawalnyang berjalan dibelakangnya.
Pria yang ternyata adalah Sasuke hanya mengangguk.
"Kiba. Kenapa aku tiba-tiba menghampirinya? Apa karena dia mirip Naruto? Rambutnya, matanya. Terlebih dia duduk ditempat yang biasa Naruto duduki. Apa aku gila?"
"Hamba dapat menyimpulkan jika dia adalah tabib dari kerajaan Air, prajurit tadi milik mereka."
Sasuke mengangguk paham.
Karena bertemu dengan wanita mirip Naruto di istana dia menjadi melihat wanita lain seperti Naruto.
"Kekosongan hati ini... Lubang ini... Siapa yang dapat mengisinya?"
"Jawaban apa yang Anda ingin dengar? Jawaban dari seorang teman atau pelayanmu?"
"Sasuke... Sudah waktunya kau tak melihat kebelakang terus, kelemahanmu ada pada itu. Aku mengkhawatirkanmu karena kau temanku, kau menanggung nyawa para rakyatmu, setiap nafas, gerakan, kalimat yang meluncur dari mulutmu, semua hal yang ada dalam dirimu mempengaruhi masa depan kerajaan ini."
"Aku hanya ingin... Naruto, apa aku tak boleh? Aku hanya meminta satu? Apa itu terlalu tamak?"
Kiba terdiam.
Ada hal yang disembunyikannya selama ini,
Naruto masih hidup, dia dan Shikamaru tahu fakta itu saat mereka pergi ke kerajaan Air,
Shikamaru kala itu datang melamar Putri Temari dan dia ikut untuk sekedar menemani, tapi siapa sangka dia bertemu Neji dan Naruto,
Dia menegur Neji yang terlihat terkejut tapi tidak dengan Naruto, wanita itu... tak mengenali mereka.
Ya. Naruto melupakan semua hal yang pernah terjadi dihidupnya.
Jika Sasuke tahu, bagaimana reaksinya saat tahu Naruto tak mengingatnya?
Dan kejamnya Naruto datang kesini sebagai tabib pribadi putra mahkota kerajaan Air, terlalu menyedihkan jika harus diceritakan.
•
•
•
Naruto terkekeh saat melihat Neji dan Kurama yang bertampang kesal, langka sekali melihat dua orang ini berwajah masam seperti ini.
"Saat aku kesini Neji mengatakan kau menghilang. Darimana kau?" tanya Kurama,
"Aku tersesat."
"Nona tahu jika Anda itu mudah tersesat, karena itu bisakah Anda berjalan beriringan tanpa melihat kesana kemari?" tanya Neji yang juga dipusingkan dengan sifat Naruto yang sering sekali tersesat,
"Memangnya aku juga mau tersesat. Ahh Putri Temari, lama tak berjumpa." sapa Naruto berlari kearah Temari dan mengangguk.
"Lama tak berjumpa ayo masuklah," ajak Temari,
Sedangkan Neji dan Kurama menarik dua prajurit yang tadi mencari Naruto.
"Tak ada yang aneh dengan adikku bukan? Dimana kalian menemukannya?" tanya Kurama penasaran,
"Kami menemukannya dipinggir danau, tidak ada hal aneh Tuanku."
"Kalian pergilah," usir Kurama merasa tenang.
"Neji, untuk sekarang menyamarlah dan jangan terlalu dekat dengan kami. Kau tinggal disini, jika kau terus bersama Naru mereka akan kembali mengejar."
"Maksud Anda tinggal di kediaman Nara?"
"Ya. Aku tahu Shikamaru merahasiakan Naru dari Sasuke entah karena apa, karenanya Neji, kau tetap disini dan selidiki semua hal yang terjadi selama ini. Kau mengerti?"
"Apapun demi Nona."
•
•
•
Naruto menatap kakaknya dan Neji penuh curiga. Dari awal dia datang kesini tingkah mereka aneh, waspada dan penuh perhitungan, terlebih Neji matanya selalu mengawasi gerak gerik setiap orang yang berpapasan dengannya karena itu dia tersesat, dia melamunkan apa yang sebenarnya kakak dan penjaganya waspadai.
Dia yakin semua ada hubungannya dengan ingatannya yang hilang.
"Jadi bagaimana hubunganmu dengan Putra Mahkota?" tanya Temari dengan senyum penuh rasa ingin tahu,
Naruto mengerjapkan matanya dan terkikik, "Hubunganku dengan Gaara? Memang apa yang Putri Temari harapkan?"
"Kau menjadi adik iparku."
"Hmm... Kalau itu tidak mungkin hehe..."
"Kenapa?"
"Entahlah... Ahh Gaara kau mau kemana? Aku ikut!!" seru Naruto melihat Gaara yang berjalan keluar,
"Aku tak kemana-mana, hanya mau berlatih di halaman."
"Oh begitu. Kalau begitu aku akan istirahat, jika akan kembali ke istana kerajaan Api bangunkan aku. Dan jangan meninggalkanku lagi karena aku tak hafal jalan!!" seru Naruto.
Gaara mengangguk dan tersenyum melihat tabibnya yang kini memasuki kamar tamu,
"Putri Temari, kami tak akan pernah bersama, karena aku merasa sedari awal aku memiliki ikatan dengan seseorang." ujar Naruto sebelum memasuki kamar tamu.
•
•
•
"Kenapa kau merahasiakan ini?!!" teriak Sasuke menempelkan pedang dileher Kiba murka,
"Perjanjian dengan tetua kerajaan Air Senju Hashirama. Demi menjaga keamanan Naruto Anda tak boleh tahu, dia harus menjalani kehidupan tanpa Anda Yang Mulia."
"Jadi maksudmu orang yang tadi aku temui itu Naruto?"
Kiba mengangguk.
Prang.
Sasuke menebas pot keramik yang ada disana hingga terbelah dan jatuh berserakan, menyebabkan suara gaduh, tapi tak ada yang berani memasuki ruang kerja sang raja itu, takut akan murkanya.
Dua tahun.
Selama itu dia menunggu tanpa kepastian, sedangkan Kiba dan Shikamaru selama ini tahu akan keberadaan wanitanya,
"Kumohon jangan gegabah Sasuke."
"Aku tahu."
"Kau tak tahu. Kau ingin bersamanya, hatimu lemah jika seperti ini terus." Shikamaru memasuki ruang kerja Sasuke tanpa takut murka sang raja yang merupakan sahabatnya.
"Aku berjanji akan melindunginya mulai sekarang. Aku sudah memiliki kekuasaan lebih!!"
"Dia seorang Senju sekarang. Rumornya dia sudah dijodohkan dengan Putra Mahkota."
Sasuke terdiam.
"Dan jangan berpikir untuk memasuki kehidupan Naruto yang baru."
"Aku selalu mengikuti nasehat baik kalian, selalu. Tapi kali ini, biarkan aku melangkah dengan keinginanku yang hanya ingin bersama cintaku. Apa benar-benar tak boleh? Apa aku perlu membuang statusku hanya agar bersamanya?"
"Kau boleh jika ingin, tapi ada kalanya menyerah adalah yang utama, bukan menyerah, kita hanya mundur teratur untuk menyerang Nagato. Ingat musuh utama kita adalah dia, hampir 60% dia mengontrol pemasukan negara, dia memiliki banyak masukan dari pajak rakyat, dan kita tak bisa gegabah dengan itu semua. Dia bisa membeli orang-orang dengan harta korupnya."
"Bagaimana jika kita sudah menang tapi Naruto menjadi Putri Mahkota kerajaan Air? Bukankah itu sia-sia?"
Shikamaru dan Kiba bertatapan.
Benar, mereka tak bisa melupakan fakta itu. Mau rumor atau benar jika Naruto sudah menikah dengan putra mahkota Sasuke tak bisa melakukan apapun.
"Aku akan melamarnya, menjadikannya selirku." putus Sasuke mutlak.
•
•
•
"Maaf Shikamaru, aku malah memberi tahu tentang Naru." ujar Kiba,
"Tak apa. Lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti, hanya saja aku bahkan tak bisa menebak akan dibawa kemana takdir ini." ujar Shikamaru melirik Sasuke yang berjalan mendekati mereka yang tengah menikmati teh sore di gazebo istana milik Sasuke.
"Pangeran Itachi lama tak berjumpa." sapa Shikamaru,
Ternyata Sasuke tak sendiri, dia bersama kakaknya yang artinya, masalah semakin serius.
"Lama tak berjumpa juga Shikamaru, Kiba. Sepertinya kalian membuat adikku murka, dan jika tebakanku benar ini tentang Naru." tebak Itachi tepat sasaran,
Sasuke mengeratkan genggamannya pada cawan teh, "Apa hanya aku disini yang tak tahu kebenarannya? Kalian menganggapku apa?"
"Cinta membuat orang lemah Sasuke."
"Dan apa karena itu kau membuang istri dan anakmu karena mereka kelemahanmu?" tanya Sasuke sarkastik.
"Yang kau tanggung disini adalah beban besar, nyawa rakyat, kehidupan rakyat, semua ada dibahumu. Kau harus mengorbankan dirimu untuk mencapai kedamaian. Kau paham?"
"Kenapa tidak kau saja yang menjadi raja? Shisui akan aku angkat sebagai Putra Mahkota karena sampai sekarang permaisuri maupun selirku tak ada yang memiliki keturunan."
Itachi mendengus.
"Kau bahkan tak menyentuh istri sahmu tentu kau tak memiliki keturunan." sindir Itachi.
Kiba dan Shikamaru mengangguk setuju atas perkataan Itachi.
Sasuke memang belum pernah menyentuh wanita lain selain Naruto padahal dia memiliki permaisuri cantik dan beberapa selir yang juga tak kalah cantiknya, tapi sayang wanita-wanita itu tak pernah dia sentuh, dia beralasan jika dia memang memiliki penyakit tak bisa memiliki keturunan karenanya dia akan menjadikan putra dari kakaknya sebagai penggantinya kelak, dan tentu saja keputusan itu belum terkabul karena banyak pejabat yang menentang.
"Jika kau ingin bersama Naru, setidaknya selesaikan masalah kerajaan terlebih dahulu, musnahkan para musuh dalam selimut dengan benar. Jangan terlalu fokus pada satu orang."
"Aku tahu." jawab Sasuke datar,
"Baiklah. Aku tak bisa berlama-lama, dan jangan bertindak ceroboh."
"Aku bukan anak kecil!!"
"Tapi kau adikku. Shikamaru, Kiba , merepotkan memang tapi jaga adikku." ujar Itachi sebelum akhirnya pergi.
•
•
Rombongan Gaara sudah sampai di istana kerajaan Api. Mereka disambut ramah oleh dayang dan juga pengawal yang ditugaskan melayani mereka,
"Aku masih mengantuk." bisik Naruto yang tidur digendongan Kurama,
Sedangkan sang kakak hanya tersenyum kecil, adiknya kelelahan dan istirahat di kediaman Nara memang belum cukup jadi wajar adiknya ingin istirahat kembali.
"Mangkanya aku gendong karena kau kelelahan putri kecil." ujar Kurama gemas,
Naruto mengulum senyum dan membenamkan wajahnya dileher sang kakak. Dia memang memiliki fisik yang lemah dan sering sakit, padahal dia seorang tabib.
Gaara hanya tersenyum maklum, Ino dan Sai menggeleng kompak karena kelakuan kakak beradik ini, dan Shizuka hanya menatap iri, dia juga ingin digendong seperti itu oleh pria yang di cintai.
•
Sasuke tersenyum kecil, melihat rombongan itu dari jauh. Disana ada Narutonya, dia ingin mendekat tapi dia takut kehilangan kendali.
"Yang Mulia bukankah Anda harusnya menyambut mereka?" tanya Jugou hati-hati,
"Jika aku kesana dan memeluk Naruto, menurutmu dia akan ingat aku? Jika kau bisa menjamin itu maka aku akan melakukannya kasim kepala." bisik Sasuke lirih,
Jugou terdiam. Sebagai mantan pengawal pribadi dan sekarang menjadi kasim kepala yang selalu menemani raja dia tahu betul betapa terpuruknya Sasuke saat tahu jika wanita yang dicintainya meninggal dunia dan sekarang wanita itu ada disana jarak yang tak jauh tapi tetap tak bisa bersama.
Lucu bukan takdir itu?
"Aku akan menemuinya nanti." gumam Sasuke berbalik pergi,
Setidaknya bertahan sebentar lagi dia masih bisa.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top