Bab 10 : Kehidupan baru kita
Sasuke menatap langit cerah diatasnya.
Upacara pernikahan putra mahkota berbeda dengan para pangeran. Upacara pernikahannya lebih meriah dan disaksikan oleh para pejabat dan keluarga kerajaan lain.
Tapi dia tak peduli akan hal itu.
Pikirannya jauh melayang pada sosok wanita yang dikabarkan meninggal dunia tapi dia tak mempercayai itu.
"Anda baik-baik saja Yang Mulia?" tanya Hinata berbisik, dia tahu pria yang sudah resmi menjadi suaminya ini sedari tadi tak menikmati pesta yang digelar, dari awal upacara sampai sekarang dia merasa Sasuke tak ada disana, hanya raganya saja yang bersamanya.
"Ya. Maaf membuatmu khawatir Putri Mahkota," jawab Sasuke tersenyum kecil.
Hinata hanya mengangguk dan kembali menikmati pesta.
Dia tahu ada yang salah. Lihat saja tangan kiri Sasuke dibalut kain, terlihat jika itu luka baru.
'Dobe... Aku... Aku selalu yakin kau hidup...'
•
•
•
"Kakek..."
"Oh lihat cucuku." seru Arashi membuka tangannya menyambut pelukan sang cucu,
Naruto bergelayut manja dilengan Arashi dan tersenyum senang.
"Lihat siapa yang sok manis dan anggun didepan kakek." cibir Kurama keluar dari kediaman Uzumaki menyambut kakeknya.
Naruto mendelik penuh ancaman dan Kurama hanya membalas dengan juluran lidah tak takut.
"Dia seperti biasa bermain pedang dan akhirnya terluka, memanjat pohon lalu jatuh, bermain dengan budak dan menyamar menjadi budak lalu mencuri tapi tenang saja barang curiannya sudah aku bayar. Kakek cucu perempuanmu begitu manis saat tak adamu." ujar Kurama mengadu, ekspresi wajahnya dibuat seolah dia begitu pusing dengan kelakuan adiknya,
"Naru..."
"Ehehe... Maaf Kekek tapi tidak semuanya benar kok."
"Apa kau terluka?"
"Hanya tergores."
"Syukurlah. Baiklah kita masuk kakek bawa oleh-oleh untumu."
"Kekek memang yang terbaik."
Kurama membuang nafas. Kakeknya terlalu memanjakan adiknya.
•
"Kakek..."
Naruto menatap kakeknya yang tak menjawab dan langsung berjalan menjauh.
Naruto mengejar, dan saat kakeknya berhenti dia juga ikut berhenti.
"Kek?"
"Na-naru..."
"Kyaaaa....!!" jeritnya saat melihat kepala kakeknya menggelinding kearah kakinya,
Dia berlari keluar rumah,
"Na-naru..."
Tubuh kakaknya penuh luka dan berjalan kearahnya.
Dia melihat tubuh para budak keluarga mereka berlumuran darah.
Tidak.
Seringai itu.
Paman!!
•
Tubuhnya terasa diseret kedalam kegelapan.
Ada Nyonya Mei dan Choujuro, mereka hidup.
"Nyonya, Choujuro-san."
Keduanya membalikan badan,
Wajah mereka berlumuran darah.
"Semua salahmu."
"Ti-tidaaaakkk....!!!"
'Lupakan semua. Lupakan semua hal yang kau alami dikerajaan Api. Itu hanya mimpi buruk, lupakan semuanya Naru.'
"Benar. Aku harus melupakannya?"
Bayangan seorang pria tersenyum lembut kearahnya,
Membelainya penuh perhatian.
Apa dia juga harus dilupakan?
'Semuanya tanpa kecuali.'
"Aku berjanji tak akan menangis lagi."
'Mulai sekarang lepaskan emosimu.'
"Siapa kau sebenarnya?"
'Aku adalah kau yang selalu dikubur dalam-dalam. Aku akan membuatmu melupakan rasa sakit itu. Hiduplah normal diriku.'
"Jadi yang perlu aku lakukan adalah melupakan semuanya?"
'Ya.'
Tes.
Air matanya terjatuh.
"Sasu...ke..."
•
•
•
Naruto membuka matanya,
Menatap kesana-kemari.
Dia merasa mimpi yang sangat panjang, tapi dia tak ingat.
Ada rasa takut saat dia mencoba mengingatnya.
"Nona Anda sudah sadar?"
Naruto menatap pria yang membawa nampan berisi makanan dan mengerenyit heran.
"Kau... Siapa kau?"
•
Kurama berjalan tergesa-gesa dan langsung membuka pintu kamar adiknya.
"Naru?"
Naruto menatap Kurama penuh tanya,
"Siapa?"
"Tabib!! Kenapa kau lama sekali?!!" teriak Kurama kesal.
Dengan langkah terburu-buru Iruka tabib pribadi keluarga Senju memasuki kamar Naruto untuk memeriksa keadaannya.
•
"Nona Naru kehilangan ingatan. Itu yang hamba perkirakan sekarang," ujar Iruka menjelaskan setelah pemeriksaan selesai.
"Neji!!"
"Hamba juga tak tahu."
Kurama mendecih kesal.
"Bukankah itu hal baik Ku?"
"Kakek..." sapa Kurama pada kakeknya Senju Hashirana,
"Naru bisa hidup disini dengan kehidupan barunya yang normal. Kau juga setuju pemikiranku bukan Neji?"
Neji. Orang yang dia perintahkan untuk menjaga Naruto dan membawa cucunya itu jika ada masalah serius kini hanya terdiam tanpa kata dan mengangguk.
"Mulai detik ini Uzumaki Naruto sudah mati, hanya ada Senju Naruto cucuku, dan siapa saja yang berani membahas masa lalunya maka hukum penggal menanti kalian!!" seru Hashirama sebelum akhirnya pergi.
Kurama menatap Iruka dan Neji.
"Menurut kalian juga seperti itu ya? Iruka, berapa banyak kemungkinan ingatan adikku akan pulih?" tanya Kurama,
"Ingatan akan muncul jika kita memicu akarnya, tapi semua tergantung keinginan orang itu sendiri. Jika dia tak ingin mengingat maka akan sangat kecil kemungkinan ingatan itu akan pulih." jawab Iruka.
"Menurutmu jika ingatan itu pulih apa yang akan adikku lakukan Neji?"
"Kembali balas dendam dan menyalahkan kita semua."
Pria itu terdiam.
Sudah satu minggu Naruto disini dan baru sekarang dia sadar, dan tak memiliki ingatan apapun.
Dia sangat terkejut saat sebuah kereta kuda berhenti dikediaman Senju dan lebih terkejutnya lagi adalah kondisi adiknya bersama penjaganya yang terlihat begitu mengkhawatirkan.
"Lalu bagaimana racun dalam tubuh adikku? Bagaimana penawarnya?"
"Maaf Tuan muda, hamba hanya bisa membuat penahan rasa sakit, hamba masih belum bisa membuat penawar yang benar-benar bisa menghilangkan racun itu."
"Adikku harus benar-benar sembuh." ujar Kurama sebelum akhirnya masuk kamar adiknya.
•
•
•
"Naru..."
Naruto menatap Kurama ragu,
"Namaku Kurama dan aku adalah kakak kandungmu, dan namamu adalah Senju Naruto. Orangtua kita sudah meninggal dunia, dan kita tinggal bersama kakek Hashirama." jelas Kurama sekedar memberitahu,
"Maaf aku tak ingat."
"Tak perlu diingat. Kita bisa memulainya dari awal,"
Naruto terdiam. Kurama jadi merasa tak enak,
"Ka-kakak... Lalu kenapa aku terbaring seperti ini dan bahkan kehilangan ingatanku? Aku sakit apa?"
"Hanya kecelakaan dan aku sangat berterimakasih jika kau tak mencoba mengingatnya. Kita jalani seperti dulu ya?"
Naruto mengangguk. Dia menatap lengan kanannya tersemat cincin giok.
Apa dia sudah menikah? Atau bertunangan? Tapi mana suami atau tunangannya? Dia ingin bertanya tapi orang yang mengaku sebagai kakaknya seperti tak ingin membahas tentang masa lalunya.
Baiklah. Masa lalu biarlah berlalu karena kelak dia akan ingat meski tidakpun tak apa selama dia bisa hidup seperti biasanya.
•
"Apa masih merasa tak enak badan Naru?" tanya Hashirama melihat cucunya yang makan hanya beberapa suap.
"Tidak kek, hanya saja. Situasi ini aku merasa canggung," jawab Naruto,
Kurama menarik bibirnya sedikit. Tentu canggung karena Naruto memang pertama kali bertemu dengan Hashirama, canggung adalah hal wajar.
"Bebaskan dirimu Naru. Disini kau bisa melakukan hal yang ingin kau lakukan,"
Ada binar diwajah Naruto mendengar penuturan kakeknya itu dan mengangguk antusias.
"Biarkan aku jadi tabib!!"
"Eh?"
•
•
•
Kalian tahu apa yang paling menakutkan dalam kehidupan.
Maka Sasuke akan menjawab dengan satu kata 'waktu'.
Waktu seolah mengejarnya tanpa ampun,
Ingin mengatakan lelah tapi tak bisa.
Dia dituntut sempurna terlebih saat dia diangkat menjadi pengganti ayahnya setelah wafat satu tahun setelah dia menikah.
Ya. Sudah dua tahun berlalu sejak pernikahan itu, sejak Naruto menghilang.
Naruto menghilang bukan mati. Karena dia belum melihat tubuh Naruto yang terbujur kaku.
"Yang Mulia Anda baik-baik saja?" tanya Hinata menatap pria yang sudah dua tahun ini menjadi suaminya,
"Ya. Apa kau juga baik-baik saja Permaisuri? Selir Sakura apa kau yakin bisa menanganinya?"
Hinata menatap kolam yang ada dibawah gazebo dan mengangguk.
Keduanya kini tengah menikmati teh sore, ini biasa Sasuke lakukan agar Hinata tak kesepian, dan sekedar berbincang masalah istana dalam, agar permaisurinya bisa lebih kuat melindungi posisi yang diinginkan oleh selirnya.
"Katakan jika ada masalah. Jika Naru tahu aku tak membahagiakanmu dia akan marah,"
Hinata tersenyum kecil, "Naru juga pasti akan marah jika hamba tak bisa menjaga Anda. Dia mengatakan jika sifat dingin Yang Mulia adalah untuk melindungi diri."
"Tapi aku bersungguh-sungguh Permaisuri, Selir Sakura licik seperti ayahnya. Jangan lengah, aku yakin dia memiliki mata disekitar kita."
"Anda mengkhawatirkan hamba Yang Mulia? Terimakasih."
Bohong jika Hinata tak jatuh pada pesona Sasuke. Perhatian pria itu memang semata-mata amanat Naruto tapi hatinya terasa hangat saat Sasuke memperlakukannya lembut, tapi dia harus menutupi perasaan itu karena dihati Sasuke hanya ada Naruto seorang.
Dia pernah tak sengaja melihat lukisan Naruto terpajang diruang kerja dan kamar Sasuke, dan saat itu dia sadar jika tak ada ruang dihati Sasuke untuk dia masuki.
"Yang Mulia. Sudah waktunya," ujar Jugou mendekati mereka dan mengingatkan jadwal Sasuke selanjutnya,
"Maaf Permaisuri kita sudahi pembicaraannya, aku harus berdiskusi dengan beberapa pejabat." pamit Sasuke,
"Ah iya... Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk hamba Yang Mulia,"
Sasuke mengangguk dan pergi.
•
Hinata membuang nafas. Baiklah, sekarang waktunya mengurus istana dalam yang cukup merepotkan karena Selir Sakura yang terlampau angkuh menendang para dayang yang tak dia sukai.
Jika saja dia tak ingat akan nasehat Sasuke untuk tidak terlibat dengan Sakura dia sudah pasti membuat wanita itu menderita dibawah kekuasaannya sebagai wanita nomor satu dikerajaan Api.
"Jika Naru ada dia pasti akan membantuku bukan? Aku yakin dia sudah bahagia. Meski Sasuke terus meyakini Naru masih hidup tapi jika ingat siapa yang dia lawan saat itu kecil kemungkinan untuk selamat." gumam Hinata.
•
•
•
"Naru..."
"Ya?"
Sai tersenyum dan mencium pipi Naruto gemas,
"Bagaimana kabarmu?"
Naruto mengusap pipinya dan menatap Sai cemberut,
"Aku ini seorang wanita yang belum menikah dan kau malah menciumku. Ino... Suamimu jahat," rengek Naruto memeluk wanita yang ada disamping Sai yang terkikik lucu.
"Itu salam khasnya untukmu." ujar Ino mengelus kepala Naruto sayang.
"Ah benar. Tiga hari lagi aku bersama Gaara akan pergi ke kerajaan Api. Aku harus ke istana dulu,"
"Tu-tunggu.. Naru... Hey... Apa maksudmu pergi ke kerajaan Api?!!" seru Ino yang melihat adiknya sepupunya berlari menjauh.
"Sai kita temui kakek." ajak Ino.
Kenapa dia baru tahu jika Naruto mau ke kerajaan Api? Hey ada larangan tak tertulis jika Naruto tak boleh ke kerajaan itu, ingatan Naruto akan terpicu dan bukankah itu hal buruk?!!
•
Naruto memasuki istana bersama Neji sebagai pengawal setianya.
Awalnya dia tak terlalu dekat dengan Neji tapi Kurama menjelaskan jika Neji sudah lama mengabdikan diri padanya dan tak ingin majikan lain, jadi sampai sekarang pria itu bersamanya, atau mungkin dia ingin Neji terus bersamanya, entah kenapa dia merasa ada ikatan yang kuat sebelum dia kehilangan ingatan.
"Putri Shizuka? Apa yang Anda lakukan?" tanya Naruto menatap putri bungsu kerajaan Air yang seolah mencari seseorang,
"Naru kebetulan yang pas. Aku mencari kakakmu, tadi dia berjalan kearah sini tapi sekarang menghilang."
Ahh kakaknya kabur lagi ternyata. Bukan rahasia lagi jika putri raja ini memiliki perasaan pada Kurama, hanya saja entah kenapa kakaknya seperti tak peduli dan sering kabur jika melihat putri itu dari jarak 5 meter.
Naruto meggeleng. "Aku tak melihat kakak. Maaf Yang Mulia, aku pergi menemui Gaara dulu."
Shizuka mengangguk sekilas dan kembali mencari pria incarannya.
•
"Kakak kau dicari Putri Shizuka." ujar Naruto melihat kakaknya yang ternyata tengah menikamati teh dikediaman putra mahkota.
"Gaara, bagaimana kesehatanmu? Sudah baikan?" tanya Naruto antusias dan mendekati pria yang duduk tak jauh dari Kurama.
"Khem. Putra Mahkota Naru," ujar Kurama mengkritik,
Naruto acuh dan memeriksa nadi ditangan Gaara dengan serius.
"Nadi normal. Apa kau sulit tidur atau kurang nafsu makan? Apa keluhanmu?" tanya Naruto,
Gaara mengangkat sedikit bibirnya dan menggeleng.
Naruto mengembungkan pipinya kesal.
"Bohong. Kasimmu bilang kau makan sedikit,"
"Aku hanya kurang suka dengan menu sarapan kali ini,"
"Baiklah aku akan membawamu ke kedai favoritku. Mau ikut bukan?"
"Tentu."
"Baiklah. Kalau begitu kita juga harus membicarakan apa saja yang akan dibawa saat ke kerajaan Api."
Deg.
Kurama langsung menatap adiknya.
Kerajaan Api katanya? Apa maksudnya?
"Putra Mahkota bisa kita bicara sebentar. Neji bawa Naru pergi, kalian bisa menunggu di gerbang istana." pinta Kurama.
Gaara terdiam sebentar dan mengangguk.
"Pergilah dulu, aku akan menyusul."
•
"Anda bermaksud membawa adik hamba ke kerajaan Api?"
"Ya. Ayahanda yang memerintahkan itu karena kesehatanku selalu ditangani Naru. Ada masalah?"
"Adik hamba tak boleh keluar kerajaan Air karena dia juga tengah sakit."
"Aku tahu, aku juga tak mau membawanya tapi dia memaksa."
Kenapa adiknya begitu ingin ke kerajaan Api?!!
"Begitu. Kalau begitu jaga dia untukku, permisi."
Gaara mengagguk dan dia juga pergi dari sana, menuju tempat Naruto.
•
•
•
"Kakek tahu dan tak melarang?!" seru Ino,
Kurama bergabung dengan Ino, dia baru saja datang dan mendengar suara Ino, dan menyimpulkan jika kakak sepupunya itu tengah protes hal yang juga ingin dia protes.
"Kakek kau tak sungguh-sungguh bukan?" tanya Kurama duduk disamping Sai.
Hashirama yang kini tengah membuat kaligrafi tetap fokus,
"Jika tak diizinkan dia akan semakin memaksa dan curiga. Kalian mau jika dia bertanya alasan tak mendapat izin? Kalian masih mau berbohong setelah kebohongan yang kita buat begitu banyak?"
"Lalu jika ingatannya pulih?"
"Aku akan membantu dendamnya." jawab Hashirama tenang.
"Kakek!!"
"Kau pikir selama dua tahun ini aku terdiam?"
"Apa yang kakek coba lakukan?"
"Cucuku begitu menderita saat itu, aku tak bisa melakukan apapun untuk melindunginya meski aku memiliki kekuatan lebih. Sekarang saatnya serangan balasan bukan?"
Kurama dan Ino terdiam.
"Kakek benar Ino, aku tak tahu seberapa besar kebencian Nagato pada keluarganya sendiri tapi jika dia terus mengejar Naru dan Kurama senyaman apapun hidup Naruto sekarang kita tak akan pernah bisa tenang meninggalkannya, karena kelak Naruto harus bisa mandiri bukan?" ujar Sai memberi pendapat,
"Jika seperti itu aku akan ikut ke kerajaan Api." ujar Ino dan Kurama bersamaan.
Sai dan Hashirama saling bertatapan dan tersenyum seolah sudah menduga keputusan mereka.
"Putri Shizuka juga ikut dalam perjalanan kali ini, bukan begitu Sai?"
Sai yang memang berstatus pangeran kerajaan Air mengulum senyumnya dan mengangguk.
Kurama terdiam dan mendesis tak suka.
"Aku juga ikut sebagai penjaga Gaara, aku memang berstatus pangeran tapi Ibunda menginginkan keselamatan Putra Mahkota dan juga ingin mendengar kabar kakak tertua kami yang menikah dengan pejabat kerajaan Api, jadi aku ikut sebagai pengawalnya, terlebih istriku ikut aku harus menjaga dua orang tersayangku. Lalu bagaimana dengan Kurama? Kau masih mau ikut? Adikku ikut." Sai menatap Kurama yang terlihat enggan,
"Aku ikut, tetap ikut." ujar Kurama.
Hashirama mengangguk, "Kalau begitu berhati-hatilah kalian."
•
•
•
Shizuka melihat keluar jendela kereta kudanya dan tersenyum puas saat melihat Kurama dengan gagahnya menaiki kuda kuda didepan keretanya.
"Sudah kuduga jika Naru ikut Kurama juga ikut." seru Shizuka menatap Naruto yang tengah menikmati cemilannya dan hanya mengangguk.
"Apa bagusnya Kurama? Dia pria yang dingin Putri." komentar Ino yang juga satu kereta kuda dengannya.
"Kakak Ino jangan salah, Kurama hanya malu. Ahh jika dia tersenyum betapa tampannya dia,"
Ino membuang nafas, adik iparnya benar-benar gila Kurama, yahh dia akui jika Kurama pria yang banyak diincar oleh para bangsawan untuk dijadikan menantu, tapi tetap saja sikap dingin Kurama memangnya tak membuat putri kerajaan Air ini menyerah?
Bicara soal diincar, Naruto juga termasuk kedalam kategori menantu idaman para bangsawan, hanya saja mereka terlalu takut untuk mengirim lamaran karena rumornya adalah Naruto digadang-gadang akan menjadi permaisuri masa depan.
Tapi sepertinya adiknya tak peduli.
"Permaisuri? Tidak mau. Gaara temanku aku tak mau status itu berubah, tapi tak masalah jika gosip itu beredar karena dengan itu para bangsawan tak akan ada yang berani mengirim lamaran pada kakek agar bisa meminangku hehe..."
Itu jawaban Naruto saat ditanya tentang gosip yang beredar.
•
Naruto menatap jendela kereta kuda dan menggengam cincin giok miliknya yang sekarang dijadikan kalung, dia tak tahu cincin ini darimana atau dari siapa karena tak ada yang memberitahunya saat bertanya, tapi dia sangat yakin jika ini berharga, ukiran lambang kerajaan Api membuatnya semakin yakin jika dia ke kerajaan itu dia akan mendapatkan titik terang tentang ingatannya yang hilang karena...
Keluarganya menutupi sesuatu darinya.
'Aku tak tahu apa yang menungguku didepan sana tapi semoga banyak hal baik disana.'
•
•
•
TBC
•
A/N : Yoshhaaa aku bisa up lagi padahal laporan akhir tahun belom selesai *plak* alamat lembur ini mh 😅 sampai jumpa minggu depan, semoga aku bisa up minggu itu... Errr... Meskipun kayaknya aku ngga yakin bisa up karena dari hari ini sampai Januari aku ngga dapet jatah libur 😣 Sampai jumpa di part selanjutnya minna... Jaaa...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top