Bagian 47 - Perjuangan Anna

Peter mengusap wajahnya kasar. Kenapa harus se menyakitkan ini rasanya. Di depan matanya, dia harus menyaksikan 3 orang yang paling dia kasihi, harus bertaruh nyawa. Meski salah satu di antaranya sudah benar-benar menyerah untuk berjuang.

“Tuan, jantungnya kembali berdetak!”

Celetukan seorang dokter yang sedang menangani Anna, membuat Peter tentu saja tersentak dan lekas mendekat.

“Apa?! Jangan main-main, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!” ancam Peter dengan mata yang memerah. Anna sudah menyerah, dan 2 bagian tubuhnya sudah di ambil karena permintaan Anna sendiri. Lantas, permainan takdir macam apa lagi ini?

“Lihat monitornya, Tuan. Jantungnya kembali berdetak, bahkan pernapasannya mendekati batas normal. Ini sebuah keajaiban.”

Peter terdiam. Dia tau dokter itu berkata benar. Dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kehidupan seseorang lewat monitor itu. Anna masih hidup. Tuhan memberinya  sebuah keajaiban besar.

“Maukah kau membantuku?” tanya Peter pada dokter itu. Sebuah pikiran gila terlintas di otaknya. Dia akan melakukan ide gilanya demi membuat Luke jera, dan membalas kebaikan Anna yang sudah begitu berjasa karena memberi Jasmine nya penglihatan, dan saudaranya memiliki hidup yang lebih panjang.

“Suntikan obat yang membuat jantungnya berhenti—seolah-olah dia benar-benar mati.”

Dokter itu saling berpandangan satu sama lain. Jumlah mereka yang ada 10 orang tentu saja masih belum mengerti dengan permintaan pria itu.

“Lakukan saja perintahku. Sementara keluargaku menemui Anna, kalianlah bersiaplah. Hari ini, kalian akan terbang ke London dan bertanggung jawab untuk kesembuhan saudariku. Jangan khawatir, aku akan mengurus semuanya dari sini. Kalian hanya perlu mengeluarkan kemampuan kalian sebaik mungkin, jika kalian masih ingin ... selamat!”

Glek!

Para dokter itu menelan ludahnya kasar. Mereka tau kekuasaan macam apa yang bisa di lakukan pria itu. Akhirnya, salah satu dokter senior pun melakukan tugasnya. Dia menyuntikan obat yang membuat kinerja jantung Anna kembali berhenti berdetak.

“Waktunya, hanya satu menit, Tuan. Kami tidak mau mengambil risiko besar karena nona Anna baru melewati masa kritisnya,” ucap dokter itu dan Peter mengangguk setuju.

“Oiya, jangan biarkan mereka berdua bangun, sebelum aku perintahkan. “

suara dingin Peter, membuat para perawat dan dokter itu kembali mengangguki perintah. Salutnya mereka, karena hanya pria itu yang tegar menyaksikan tragedi yang menimpa keluarganya sendirian.

Setelah itu, Peter keluar dari ruangan dengan aura yang sulit untuk orang lain tebak. Dia harus lebih kuat, demi dua bayi mungil yang untuk saat ini menjadi tanggung jawabnya.

“Kita akan melakukan pemakaman untuk Anna sekarang juga. Lihatlah dia, sebelum benar-benar berpisah.” ucapnya begitu sampai di luar ruangan operasi. Berhadapan dengan keluarganya, yang masih menangisi duka atas kehilangan Anna.

Sejujurnya, dia tidak sanggup saat melihat duka keluarganya juga melihat bagaimana histerisnya ibunya Rose saat melihat tubuh Anna yang terbujur kaku. Tapi, dia tidak punya pilihan. Sekali lagi, dia harus mengulang sandiwara kematian yang dilakukan oleh ayahnya, Maxime. 40 tahun yang lalu.

“Sudah cukup. Mari makamkan Anna sekarang.”

Dengan berat hati Peter mengatakan hal itu, dan semua anggota keluarganya dengan terpaksa  keluar dari ruangan itu. Sekarang, rencananya akan segera dimulai.

Peter mengambil ponselnya. “Siapkan sebuah ruangan operasi khusus untukku.  Beberapa jam lagi, saudaraku akan sampai. Carikan juga donor mata yang cocok. Aku akan mengirimkan datanya sebentar lagi. Tapi, ingat! Siapa pun tidak ada yang boleh mengetahui semua ini. Mengerti?”

Peter mematikan sambungan teleponnya setelah dokter kepercayaannya di London memahami perintahnya. Ya, dia akan membawa Anna ke London untuk memberikan Anna kehidupan baru. Jauh dari Luke yang sebentar lagi akan menyesali kebodohannya.

“Tuan, kami sudah siap.”

Para dokter itu, sudah siap dengan pakaian biasa mereka. Intinya, tidak akan ada yang menyadari perihal kepergian mereka yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi ini.

“Bagus. Jet pribadiku sudah menunggu kalian di atas. Terima kasih sudah mau membantuku. Sebagai balasannya, aku akan memberikan kalian hadiah. Tapi, maaf. Kalian harus tetap menetap di London. Bekerja di rumah sakit milikku di sana.”

Para dokter itu tentu saja mengangguk setuju. Pria itu tak semenakutkan pikiran mereka. Pria itu baik, hanya saja ditutupi oleh sikapnya yang dingin dan terkadang kejam berlebih.

“Pengaruh obatnya sudah hilang.”

Instruksi seorang dokter, membuat para dokter itu kembali sigap memasangkan alat yang membantu menunjang kehidupan Anna. Sejenak, Peter menghampiri Anna dan mengusap wajahnya pelan.

Tangannya bergetar. Keajaiban Tuhan memang luar biasa. Siapa yang dapat mengira, jika Tuhan akan kembali memberikan Anna kehidupan? Bahkan setelah terjadi pembedahan yang mengambil organ tubuhnya.

“Teruslah berjuang, Anna. Kau harus tetap hidup, agar aku tak merasa gagal. Setelahnya, aku berjanji. Aku akan memberimu kehidupan baru, serta identitas baru. Kau akan bahagia. Kau tidak akan merasakan rasa sakit, penderitaan, dan pengkhianatan lagi. Kau akan bebas. Bebas menjadi Clara yang baru.”

Setelah mengatakan itu, brankar Anna mulai dokter bawa menjauh. Lewat sebuah lift rahasia rumah sakit, tidak akan ada siapa pun yang mengetahui kepergian mereka.
Peter melirik mayat yang akan menggantikan Anna. Mayat seorang wanita yang meninggal karena sebuah kecelakaan.

“Aku akan menjamin pendidikan putramu. Aku juga akan memakamkanmu dengan layak. Hanya saja, maaf jika aku mengganti nama batu nisanmu,” ucap Peter kemudian memerintahkan beberapa dokter dan perawat untuk membawa Anna yang palsu ke pemakaman. Di mana ada orang tua Anna juga  yang sudah menanti di sana.

Anna yang rapuh sudah tiada. Kini, Clara yang akan hidup dan menggantikan Anna yang sudah tiada. Sepertimu Anna. Kau pun pernah mengganti nama Jasmine ku menjadi Clara. Dan sekarang, kau pun harus merasakan bagaimana hidup dengan nama yang baru.

Peter melangkah keluar. Setelah ini, dia masih harus melihat duka keluarganya atas kehilangan Anna lagi. Terlebih Davio yang pasti akan sangat terluka.

***

“Bagaimana operasinya?”

Peter menyendiri di halaman belakang rumah. Memastikan semua anggota keluarganya sudah tidur, saat ingin memastikan bagaimana kondisi Anna di sana. Insiden di pemakaman tadi, sangat membuatnya terluka.

Davio menangis histeris, sampai-sampai tak membiarkan pemakaman dilanjutkan.

“Operasinya berjalan lancar, Tuan. Nona Anna sudah mendapatkan penglihatannya lagi,” jawab dokter yang diserahinya tanggung jawab untuk menyelamatkan nyawa Anna.

“Lalu, bagaimana dengan ginjalnya?” tanya Peter lagi. Anna sudah merelakan sebelah ginjalnya untuk Luke. Tentu saja, wanita itu kini hidup dengan satu ginjal saja.

“Kita tunggu sampai kondisinya stabil, Tuan. Setelah itu , kita bisa memikirkan langkah selanjutnya.”
Peter mengangguk. Dia mengerti posisi itu. Anna bukanlah bahan percobaan yang bisa mereka bedah semaunya.

“Baiklah. Kabari aku terus bagaimana perkembangan kondisinya.” Tegas Peter, “lalu, kapan dia akan sadar?”

“Entahlah, Tuan. Semoga saja, Tuhan kembali memberi keajaiban.”

“Baiklah. Beri tahu aku jika dia sudah sadar.”

Peter menutup panggilannya. Beban yang sejak tadi menimpa punggungnya, kini menghilang sudah. Hidup Anna terselamatkan. Rasa bersalah yang tadinya hinggap, sedikitnya berkurang. Dia tidak membuat mendiang paman Axel kecewa. Dia berhasil menjaga Anna meski sedikit terlambat.

Besok, ada seseorang yang harus
dia saksikan bagaimana kehancurannya. Semua ini adalah akibat yang harus Luke terima. Jika saja, Luke tidak melakukan kesalahan, dia tidak akan sejahat ini melakukan sandiwara.

***

Hari demi hari berlalu. Luke benar-benar hancur, dan Anna sedang di tahap pemulihan.

Keluarganya mulai merelakan kepergian Anna, dan tawa kebahagiaan perlahan kembali merekah di dalam keluarganya.

Kehadiran dua malaikat mungil bernama Jim dan Angel juga membuat duka mereka digantikan oleh tawa kebahagiaan.

Melihat mereka tumbuh setiap harinya, membuat rasa bersalah Peter terhadap Jim semakin tak terbendung. Jelas atau tidaknya, dia sudah mengambil kasih sayang seorang ibu yang harusnya Jim dapatkan. Ya, meski Jim sudah mendapatkan semua itu dari Jasmine. Tapi, tentu saja, rasanya tidak akan sama.

Hari ini, dia menginjakkan kakinya di London demi menemui Anna yang sudah siuman. Sebenarnya, sudah beberapa hari Anna siuman setelah setengah bulan lamanya wanita itu tertidur lelap. Dan entah, bagaimana reaksi Anna saat melihatnya—nanti.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top