Bagian 12 - Ulah Dave 2
Hallo semua, masih ada yg nungguin nggak?
Oiya, ebooknya sudah diperbarui ya. Kalian bisa membeli versi asli di google playstore.
Gak perlu worry lagi. Karena judul sama isi sudah sesuai. Gak nyasar2 lagii 😂😂😂
So, happy reading... 😍😍
***/
“Aaaaaa ... Ular! Ular!”
Teriakan Selena di ruang tengah, membuat Anna yang sedang menyiapkan makan siang untuk Dave, tersentak.
Anna pun bergegas menuju ruang tengah. Selena sedang mengandung. Jika benar ada ular di sana, tentu saja keselamatan Selena dan bayinya sedang terancam. Tapi, heran juga. Bagaimana bisa di rumah ini ada ular? Semua ruangan tertutup dengan rapat, dan dia jarang membuka pintu yang terhubung dengan taman belakang.
Anna mengambil sebuah gagang sapu, dan membawanya ke ruang tengah dengan tergesa. Sebagai jaga-jaga, untuk mengusir ular itu kalau dia bisa.
Tapi, begitu sampai di ruang tengah. Mendadak dia mengerutkan keningnya begitu melihat Selena yang ketakutan di atas sofa, sedangkan Dave malah tertawa terbahak-bahak seolah sedang menonton acara lawak.
“Dave! Kenapa tertawa? Mana Ularnya?” tanya Anna sambil melihat setiap sudut ruangan.
Wajah Selena pucat pasi. Wanita itu terlihat berkeringat, dan berdiri dengan kaki gemetar di atas sofa. Sudah pasti, Selena shock berlebihan karena ulah si ular.
“Selena! Ada apa? Mana Ularnya?!”
Anna melemparkan pertanyaannya kepada Selena, karena tak kunjung mendapat jawaban dari Dave.
Selena mengusap perutnya beberapa kali. Napasnya naik turun tak beraturan. Bagaimana dia tidak berteriak ketakutan, saat di bawah sofa mendadak ada Ular. Dan sialnya, Ular itu hanya ular mainan yang di bawa si anak setan.
“Suruh anak setan itu mengambil ular mainannya. Dia hampir membuatku mati karena shock!” teriak Selena dengan wajah memerah.
Anna menghampiri Dave. Tangannya menyentuh bahu kecil Dave yang masih terkikik geli melihat ketakutan Selena. “Apa yang Dave lakukan? Tidak baik menjahili orang tua. Apalagi bibi itu sedang mengandung. Nanti, kalau terjadi sesuatu sama dedek bayinya, gimana?”
Dave menatap ke arah Anna dengan sorot matanya yang polos. “Bibi, nggak tau aja, kalau dia selalu jahat in Bibi,” jawab Dave polos.
Dave melangkah dengan angkuhnya ke dekat sofa, kemudian mengambil ular mainnya yang kebetulan dia bawa dari rumah. Ternyata, ada gunanya juga membawa mainan kesayangannya itu ke sana.
“Kalau nanti, Nenek lampir jahat in Bibi lagi. Aku kasi Nenek lampir ular sungguhan. Biar di gigit sekalian,” ejek Davio sambil menakuti Selena dengan ular mainannya yang memang nyaris sama persis dengan ular sungguhan. Berwarna putih kekuningan, warna mata hitam legam, dan tekstur bagian tubuhnya berbentuk tapi lembek.
“Dan aku akan membunuhmu sebelum kamu melakukan itu bocah setan!” balas Selena tak kalah sengitnya.
Davio tertawa lepas. Dia berbalik menghampiri Anna, yang ikut tersenyum geli melihat kejahilan keponakannya. Ada-ada saja, ulah si usil itu.
Selena turun dari sofa. Bocah kecil itu benar-benar membuatnya muak. Lihat saja nanti, pembalasan apa yang akan dia berikan pada bocah tengil itu.
Tangannya terulur menyentuh gelasnya yang berisi jus jeruk. Beberapa tegukan membuat tenggorokannya yang kering karena berteriak, akhirnya dingin kembali.
“Bibi, ayo kita makan,” ajak Davio sambil menggandeng tangan Anna. Tapi, belum beberapa langkah mereka pergi, Selena sudah berteriak lagi.
Praanggg!!!
“Aaaaaa ... Cicak! Cicak!” teriak Selena begitu melihat di dalam gelas jus jeruknya tadi, ada seekor cicak berwarna putih, sehingga mendaratlah gelas itu di lantai dan pecah menampakkan pemandangan seekor Cicak berwarna putih, yang sepertinya ... sudah mati.
“Dave? Apalagi itu?” tanya Anna dengan sedikit menekankan kata-katanya.
Davio mengangkat tangannya. Dengan sejujur-jujurnya dia pun menjawab, “Kalau untuk itu, maaf ya Bibi Selena. Karena aku tidak punya Cicak mainan, jadi aku menangkap Cicak sungguhan yang pingsan setelah aku ketepel pakai karet gelang. Kasihan sih, Cecaknya masih saja pingsan saat aku taruh dalam gelas.”
“Huaaaaa ... Aku akan membunuhmu anak setaaannn ... Huwee, Huwee ....”
Dan akhirnya, Selena memuntahkan kembali jus jeruk yang diminumnya tadi.
****
Dave dan Anna sedang menikmati makan siang mereka. Insiden tadi, masih membuat Anna seperti digelitiki. Ingin rasanya dia terus terbahak-bahak demi menikmati tontonan gratis yang langka itu. Tapi, mendadak, dia merasa mual. Perasaan dia tidak makan apa-apa.
“Emm—“ Anna menutup mulutnya dengan telapak tangan. Sepertinya, irisan tomat itu yang membuatnya mual.
“Bibi, mengandung ya?” pertanyaan polos Dave, membuat Anna belingsatan. Tolong, jangan buat siapa pun mengetahui kehamilannya terutama Luke. Tidak! Dia tidak mau Luke tau. Luke pasti akan melenyapkan bayi yang di kandungnya jika tau.
“Tidak, Dave. Bibi hanya masuk angin kok!” bohong Anna dengan raut wajah ketakutan sehingga membuat tangannya berkeringat.
Dave memegang tangan Anna yang berkeringat. “Aku mungkin masih kecil. Tapi, Aku tau jika bibi sedang mengandung seperti Mommy. “
Perkataan Dave tentu saja semakin membuat Anna belingsatan. “Dave, berjanjilah. Kau tidak akan memberitahu siapa pun. Siapa pun itu. Ya?” Tekannya dengan napas memburu. Kehamilannya harus tetap menjadi rahasia di antara mereka berdua.
“Tapi kenapa?” Davio putra pertama Peter dan Jasmine itu, memang selalu teliti dalam segala hal.
“Dia akan berada dalam bahaya Dave. Jadi, berjanjilah. Kau akan melindunginya dengan tidak memberitahukan pada siapa pun tentang kehamilan Bibi. Ya?”
Davio mungkin menyanggupi permintaan Anna. Tapi seseorang yang berada di balik tembok, menyeringai penuh kelicikan begitu mendengarnya.
Orang itu, akan membunuh bayi itu dengan tangan terbuka.
Selena yang bergegas menuju dapur, tak sengaja mendengar percakapan antara Dave dan Anna. Rupanya, alasan itu yang membuat Anna bertahan dalam rumah ini, meskipun ada dirinya. Sialan! Bagaimana bisa Anna hamil juga? Posisinya dan bayinya, jadi terancam ‘kan?
“Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu dan bayimu itu bahagia Anna. Aku akan membuat kalian berdua tewas!”
****
Luke membuka pintu rumah dengan pelan. Suasana rumah tampaknya sepi. Entah berada di mana anggota keluarganya yang lain.
“Dave, kamu di mana?” panggilnya sambil terus melangkah—memasuki rumah, “Paman pulang!” lanjutnya, tapi tetap saja tidak ada sahutan.
Langkah kakinya menuju tangga. Dia butuh istirahat untuk menghilangkan rasa lelahnya. Tapi, baru saja kakinya berpijak di undakan tangga nomor tiga, tiba-tiba dia mendengar teriakan Anna dari atas.
Luke berlari dengan cepat menaiki tangga. Teriakan itu berasal dari kamar Selena. Ya—tidak salah lagi.
Braakkk!
Luke mendorong pintu kamar Selena dengan kuatnya. Dan pemandangan yang dia lihat, sontak membuat jantungnya terpompa dengan cepatnya.
Bagaimana dia tidak shock? Dia melihat Selena terbaring mengenaskan di lantai, dengan luka di kepala. Dan tebak siapa yang berada di sana selain Selena.
“Anna?” desis Luke, begitu melihat Anna yang bersimpuh di dekat Selena.
Luke mendekat, dan Anna yang menyadari kehadirannya, berdiri dengan tangannya gemetar dan sorot mata berkaca-kaca.
“Lu—Luke. I—ini tidak seperti yang kau—”
Plak!
Wajah Anna terlempar ke samping dengan pipi memerah bekas tamparan tangan Luke yang kasar.
Ya—Luke menamparnya, hanya karena melihat sesuatu yang belum jelas kebenarannya.
“Jangan hanya karena kamu membencinya, kamu juga berniat melenyapkannya, Anna!” teriak Luke, membuat Anna semakin terlempar ke dasar jurang kekecewaan.
Luke tidak mempercayainya, bahkan sebelum mendengar penjelasannya.
***
Di buat bahagia, eh disakitin lagi. Maafkan daku ya teman-teman😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top