Chapter 29
🎶Playlist🎶
Dreamcatcher - Trap
.
.
.
Hi...aku up cuman flash back aja ya 😉
Tentang kedatangan Joy
Semoga kalian memahami 😉
.
.
.
Era Joseon, dimana seorang bangsawan wanita dikabarkan menikahi seorang pria tampan dari kalangan rakyat biasa.
Mereka hidup bersama dalam bahagia meskipun mendapat tatapan miring dan cibiran dari banyak kalangan. Mereka adalah Hwang Minhyun seorang malaikat yang menyamar menjadi manusia dan Lee Jieun putri dari perdana mentri Lee yang seharusnya menjadi ratu di Joseon.
Karena pertentangan itu, mereka pada akhirnya memutuskan untuk tinggal jauh dari kota. Memilih desa kecil sebagai tempat tinggal, hidup dengan suka cita disana. Hingga tahun ke 4 setelah pernikahan, mereka dikarunia seorang putri pertama yang mereka beri nama Hwang Soyoung, bayi kecil itu cantik dan manis. Kebahagian keluarga sederhana ini bertambah, membuat Minhyun yang selama ini menjadi pedagang kain keliling sering kali mengajak Soyoung kecil berkeliling saat Jieun sibuk memeriksa beberapa penduduk sekitar. Jieun adalah seorang tabib terkenal di desa ini.
Tiga tahun kemudian, lahirlah bayi perempuan kedua. Hwang Eunbi dan di tahun itu pula Jieun harus pergi. Duka memenuhi keluarga ini dan Minhyun memutuskan untuk merawat kedua putrinya.
Anak pertama yaitu Hwang Soyoung memiliki kecerdasan yang luar biasa, begitu cantik dan memikat, bisa bergaul dengan berbagai kalangan, disukai banyak orang karena keramahannya, bisa memprediksi kematian seseorang yang merupakan turunan dari Minhyun. Cukup ambisius dalam banyak hal.
Sementara anak kedua yaitu Hwang Eunbi, pendiam dan sering sakit-sakitan karena itulah ia lebih sering dirumah. Menghabiskan waktunya membaca buku, memahami perilaku manusia dari sana. Dengan kepekaan yang ia miliki dan ilmu yang di dapatnya dari Minhyun membuatnya dapat merasakan syihir atau kekuatan iblis. Keterampilan Jieun yang dapat menyembuhkan banyak penyakit juga menurun kepada Eunbi, saat itulah Eunbi memilih memutuskan untuk membantu rakyat biasa yang terserang penyakit.
Kedua gadis ini tumbuh dan terkenal di desanya. Menginjak remaja, anak pertama Soyoung mulai menunjukkan kecantikan yang luar biasa membuat Minhyun yang kini menjadi seorang ayah sekaligus ibu, kewalahan dalam menghadapi beberapa pelamar dari rakyat biasa atau pun kaum bangsawan. Soyoung pun yang memiliki standart tinggi akan langsung menolaknya mentah-mentah.
"Aboji...Aku tidak suka dengannya, aku tidak mau menikah dengannya." Rengek Soyoung saat mereka bertiga duduk bersama dan di meja sudah ada beberapa hidangan makan malam. Jarang sekali mereka bisa duduk bersama seperti ini. Biasanya Minhyun, seperti kebanyakan pedagang besar, ia lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah. Eunbi ditemani seorang budak akan mengurus rumahnya, sekaligus menjadi tabib dan Soyoung, memiliki sebuah toko buku dengan banyak buku yang berasal dari ibu kota, bahkan dari luar Joseon.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal semacam itu, biarkan Aboji yang menanganinya." Kata Minhyun.
"Mereka tidak akan mudah untuk di tangani. Aboji, harus memiliki alasan yang tepat untuk menolaknya." Saran Eunbi yang memang terkenal bijaksana sama seperti Jieun.
"Ya, lagi pula kita hidup disini dengan identitas sebagai rakyat biasa. Kita harus berhati-hati dalam mengambil tindakan. Para bangsawan punya banyak cara untuk memanipulasi keadaan Aboji." Kata Soyoung yang menyadari bahwa meskipun mereka telah menggapai apapun, kenyataannya mereka tetaplah rakyat biasa yang harus taat pada aturan.
"Baiklah, Aboji akan memikirkan caranya. Jadi Soyoung-ah, jangan merasa pusing memikirkan hal ini lagi." Kata Minhyun membuat Soyoung mengangguk.
Sret
"Aboji!" Seru Soyoung saat mendengar sebuah pergerakan dari luar hanok mereka.
Minhyun menajamkan pendengarannya, Soyoung terlihat waspada dan Eunbi terlihat memejamkan matanya.
"Aku merasa mereka hanya manusia biasa, bukan puluhan tapi ratusan." Ramal Eunbi.
"Tetap disini, Aboji akan memeriksanya." Pinta Minhyun yang kini berdiri tapi belum sempat ia melangkah, pintu telah diseret.
Kreett
"Diam ditempat! Beri hormat pada Putra Mahkota." Suara itu adalah suara yang cukup Minhyun kenali.
Minhyun pun memandangi kedua putrinya.
"Bersujud!" Pinta Minhyun membuat keduanya bingung.
Eunbi segera bersujud dan dengan terpaksa Soyoung pun mengikutinya.
"Apa kau akan diam disitu? Bantu aku membawa Putra Mahkota!" Perintah suara pria tua itu, membuat Minhyun segera berdiri dan membantu seseorang untuk membawa Putra Mahkota masuk.
Soyoung dan Eunbi terkejut saat melihat sebuah panah menancap di dada sebelah kiri Putra Mahkota. Ia terlihat tak sadarkan diri.
"Kau harus menyembuhkannya atau aku akan memenggal seluruh keluargamu! Dan rahasiakan semua ini dari siapapun! Kami harus segera pergi agar musuh tidak mengetahui keberadaan Putra Mahkota." Ucap pria tua itu yang jelas membuat baik Soyoung atau Eunbi bingung tapi tidak dengan Minhyun, pria paruh baya ini terlihat mengangguk.
Pria tua itu pun pergi ditemani ratusan orang yang berpakaian serba hitam.
"Aboji ada apa ini?" Soyoung yang semenjak tadi menahan untuk bertanya, akhirnya memilih untuk menanyakannya.
Minhyun menghela nafas. "Nanti akan Aboji katakan. Eunbi-ya, tolong segera tangani Putra Mahkota. Soyoung, kau ikut dengan Aboji untuk menyiapkan kamar." Kata Minhyun dan kedua putrinya mengangguk tanpa bertanya lagi.
Kini didalam kamar yang lumayan bersih, dengan beberapa barang berharga. Berusaha untuk menyesuaikan dengan sosok yang terbaring disana. Eunbi, sudah berhasil mencabut panah pada dadanya dan kini membubuhinya dengan sebuah ramuan dedaunan. Kemudian membalutnya dengan kain putih.
"Apa dia akan baik-baik saja?" Soyoung yang semenjak tadi memperhatikan Eunbi mengobati Putra Mahkota, bertanya.
"Tentu, dia hanya kelelahan. Eonni sendiri tau kan? Jika wilayah disini adalah perbukitan dan untuk mencapai tempat ini membutuhkan kekuatan lebih. Dia hanya membutuhkan istirahat dan darahnya juga tidak terlalu banyak keluar. Eonni...Apa kau bisa menjaganya? Aku harus memeriksa beberapa orang." Pinta Eunbi dan Soyoung pun mengangguk.
"Tentu!" Jawab Soyoung penuh semangat membuat Eunbi geli.
"Wae? Katanya kau ingin memeriksa keadaan seseorang? Kenapa kau masih disini dan tersenyum seperti itu? Kau menertawaiku?" Omel Soyoung yang terlanjur malu, ketahuan Eunbi bahwa ia tertarik pada Putra Mahkota.
"Tentu saja aku akan pergi. Aku tidak ingin mengganggu kesenanganmu." Ejek Eunbi.
"HWANG EUNBI!!" Teriak Soyoung kesal dan malu dalam bersamaan.
Eunbi berbalik dan senyumnya lenyap. Terlihat sekali bahwa ia sedih, ia tak menyangka bahwa eonninya juga menyukai Putra Mahkota sama sepertinya. Tapi Eunbi tau, jika eonninya akan selalu menjadi pemenang dan Eunbi memutuskan untuk menyerah.
"Kenapa kau berisik sekali? Aku tidak bisa tidur." Lirih Putra Mahkota membuat Soyoung terkejut dan reflek membekap mulutnya sendiri.
Sang Putra Mahkota pun berusaha untuk bangun dan Soyoung segera membantunya.
"Hati-hati yang mulia." Kata Soyoung.
"Aku tau, siapa yang mengobati lukaku?" Tanya Putra Mahkota.
"Eunbi, saudariku yang mulia." Kata Soyoung.
"Oh, apa yang harus ku lakukan untuk berterima kasih kepada kalian?" Tiba-tiba saja Putra Mahkota bertanya seperti itu bertepatan dengan datangnya Minhyun dan pria tua yang kemarin membawanya.
"Perdama menteri." Panggil Putra Mahkota.
"Yang mulia, hamba menghadap." Kata pria tua itu.
"Baguslah, bisakah kau memberikan sesuatu kepada mereka? Sebagai ucapan terima kasih." Pinta Putra Mahkota.
"Yang Mulia, mereka adalah keluarga ku dan selayaknya kami melindungi anda. Jadi anda tidak perlu memberikan apapun." Kata pria itu yang jelas membuat Soyoung bertanya-tanya.
"Keluargamu?" Bahkan Putra Mahkota sama terkejutnya seperti Soyoung.
"Ya, mereka adalah keluarga dari Putri hamba Jieun." Terang pria tua itu membuat Putra Mahkota mengangguk sambil tersenyum.
"Ah...Bibi Jieun yang tersohor kecantikannya di Joseon? Yang membuat Ayahanda tak bisa melupakannya? Ah, maafkan aku mengatakan ini." Kata Putra Mahkota sambil melirik Minhyun yang masih tertunduk.
"Karena ini keluargamu, tentu aku harus memberikan penghargaan. Bagaimana kalau aku membawa putrimu untuk sebagai penjagaku, bukannya ia bisa meramal, kurasa Paviliun bintang memerlukan orang sepertinua?" Penawaran tiba-tiba yang diberikan oleh Putra Mahkota membuat kedua pria dihadapannya ini terkejut, Soyoung sudah terlihat begitu senang.
"Yang mulia...Mereka dari kalangan Rakyat biasa." Harus orang-orang terpilih yang akan masuk kedalam istana, sementara kedua cucunya ini tak mendapatkan pelatihan apapun untuk sampai di istana. Putra Mahkota tersenyum, hampir seperti senyum getir.
"Ayahanda tidak akan menolaknya jika itu berhubungan dengan bibi Jieun." Ucap Putra Mahkota.
"Saya bersedia Yang Mulia." Celetuk Soyoung membuat semua orang memandangnya. Perdana Menteri dengan tatapan penuh peringatan dan Minhyun dengan kekesalannya.
"Yang Mulia, maafkan kelancangan putri hamba." Minhyun segera bertindak.
"Hahaha...Tidak masalah. Aku menyukai keberaniannya. Tapi aku hanya membutuhkan saudarimu Hwang Eunbi. Baiklah, Perdana Menteri kau urus semuanya..." Belum selesai Putra Mahkota menyampaikan titahnya, sosok Eunbi muncul dengan beberapa peralatan dan ramuan yang ia bawa.
Eunbi terlihat bingung dan tak mengerti kenapa suasana tiba-tiba hening. Mata indahnya bergerak dengan lucu, memandangi Abojinya dan Soyoung, kemudian beralih pada sosok dihadapannya, sosok yang masih memperhatikannya dengan seksama.
"Apa yang kau lakukan? Bersujud! Beri hormat pada Yang Mulia!" Pinta Minhyun dan dengan tergesah Eunbi pun bersujud.
Putra Mahkota yang masih memperhatikannya tertawa melihat mulut Eunbi mempout karena posisi sujudnya kacau.
"Aku akan membawa putrimu dan menjadikan salahnya sebagai salah satu pelindung paviliun bintang, ia harus ikut bersama kami ke istana. Aku melihatnya bisa meramal, kurasa ia akan berguna untuk Joseon." Katanya membuat Perdana Menteri tak bisa mengatakan apapun lagi.
"Baik Yang Mulia." Kata mereka bersamaan.
Soyoung terlihat tak senang, Eunbi terlihat bingung tapi ia juga merasakan bahwa masih ada kesempatan untuk dirinya dan Minhyun terlihat pasrah, tak bisa melakukan apapun.
Tapi kekesalan Soyoung berakhir saat ia berhasil membujuk sang kakek membawanya serta menuju Joseon. Minhyun pun mengijinkan karena ia lelah melihat Soyoung terus merengek kepadanya.
Berita tentang Putra Mahkota yang masih hidup telah sampai di istana membuat beberapa orang yang berusaha membunuhnya kala itu menjadi gusar. Mereka berusaha memproses penobatan Pangeran Namhyun dengan cepat tapi Putra Mahkota Namjoon sebelum sampai di istana telah mengumpulkan semua faksi yang mendukungnya saat itu.
Berusaha meyakinkan para faksi itu untuk mendukungnya kembali. Sampai syarat dari Perdana Menteri untuk menikahi Soyoung cucunya, harus Putra Mahkota lakukan meskipun sebenarnya ia tak mau. Ia hanya menginginkan Eunbi dan sudah berjanji untuk menikahinya.
Kenyataanya Eunbi harus merelakan Putra Mahkota untuk saudarinya sendiri.
Satu bulan telah berlalu, Soyoung menyadari bahwa Putra Mahkota menyetujui permintaan kakeknya untuk menjadikan dirinya sebagai istri adalah untuk melampiaskan kekesalannya pada Raja karena terus-terusan memikirkan Jieun, hingga membuat Ratu menderita. Padahal Soyoung harus berpura-pura mengiris pergelangan tangannya hanya untuk meyakinkan kakeknya, jika dirinya akan mendukung kakeknya sampai akhir. Menjaga nama baik keluarga Lee.
Tapi semua, malah berakhir seperti ini. Soyoung harus menghadapi kedinginan hati sang Putra Mahkota sampai berita itu tersebar, berita tentang kedekatan antara Putra Mahkota dan Eunbi saudarinya.
Soyoung dengan kesal berjalan menuju Paviliun para Syaman dan menemukan Eunbi berjalan bersama Putra Mahkota.
"Yang Mulia, apa yang anda lakukan disini? Bersama saudari hamba!" Desak Soyoung dengan wajah kesalnya. Eunbi menunduk, merasa tak enak hati saat melihat saudarinya ini marah.
"Ada apa ini istriku? Aku datang kemari untuk melihat adik ipar mewakilimu, bukankah kau tidak pernah mengunjunginya?" Sindir Putra Mahkota membuat Soyoung semakin marah.
"Eunbi-ya...Tolong tinggalkan kami, aku ingin berbicara dengan Yang Mulia." Pinta Soyoung dan Eunbi pun membungkuk.
"Baik Putri Mahkota." Kata Eunbi yang kini pergi.
"Kalian juga tinggalkan kami!" Soyoung pun memerintahkan semua dayang dan kasim meninggalkan mereka berdua.
Putra Mahkota tersenyum, lebih tepatnya senyuman mengejek. "Kenapa kau bertindak sejauh ini istriku?" Tanyanya.
"Aku? Bertindak terlalu jauh? Bagaimana dengan anda Yang Mulia? Tak cukup kah anda melakukan ini kepada Hamba? Sekarang anda ingin melibatkan saudari hamba? Sebenarnya, apa yang anda inginkan Yang Mulia?" Tanya Soyoung dengan tersengal.
Putra Mahkota mendekat, cukup dekat dan hampir seperti ciuman. "Wajahmu sangat mirip dengannya. Aku sengaja ingin menyiksa Ayahanda dan juga dirimu karena mirip dengannya." Bisik Putra Mahkota menjauhkan dirinya kembali, berbalik dan akan melangkah, namun tiba-tiba ia menghentikannya. Berbalik kembali dan tersenyum sinis kepada Soyoung.
"Eunbi...Ia lebih mirip Abojimu. Kurasa, aku lebih menyukainya dari pada dirimu." Ucapnya yang kini meninggalkan Soyoung membuat hati wanita ini hancur.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan melepaskanmu!" Lirih Soyoung dengan amarahnya.
Selang beberapa bulan berita Eunbi di culik oleh Jedral Jeon menyebar dan Soyoung merasa cukup senang. Ia tak harus mengotori tangannya untuk membunuh saudarinya sendiri.
"Bagus, dengan ini aku bisa tidur dengan tenang." Gumannya tapi kenyataannya Putra Mahkota masih bersikap sama kepadanya.
Bahkan setelah pencarian Eunbi gagal dan mereka akan segera di nobatkan menjadi Raja dan Ratu. Putra Mahkota Namjoon masih saja dingin kepadanya.
Terakhir kali, puncaknya saat semua orang ingin menggati Putri Mahkota karena Putra Mahkota terus menolak bermalam dengannya, Putra Mahkota tak peduli dengan hal itu. Ia memilih untuk mengejar Eunbi meskipun dengan resiko diserang oleh musuh-musuhnya.
Soyoung marah dan benci kepada Putra Mahkota karena mengabaikannya, membuat dirinya menderita sampai berita Eunbi telah mati pun membuat Soyoung marah.
Ia marah pada Putra Mahkota yang membuat dirinya membenci saudarinya sampai Eunbi mati dan ia juga membenci dirinya karena terus membenci Eunbi semenjak dulu.
Dan Soyoung kesal pada sendirinya sendiri karena terus mencintai Putra Mahkota, hingga akhirnya ia memilih mengakhiri hidupnya sendiri.
Minhyun yang saat itu menjalankan menghukuman, hanya mampu menatap sedih kepergian dua putrinya. Semenjak itu, Minhyun tak dapat menemukan Soyoung, ia hanya menemukan Eunbi dengan ingatan yang masih baru.
Sepertinya Soyoung mencoba menghindar.
---***---
RM termenung, menatap langit yang menggelap dengan taburan bintang yang berkelip, Sinb tiba-tiba duduk disampingnya.
Mereka saat ini berada di markas mereka biasa mendiskusikan beberapa tugas mereka.
"Aku bersalah kepadanya." Lirih RM.
"Sepertinya aku juga." Bahkan kini Sinb mendongak, menatap langit.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tidak biasanya RM bertanya tentang tindakan selanjutnya? Biasanya dia yang selalu tau.
Sinb menggeleng. "Aku tidak tau, bagaimana kalau kita diskusikan ini dengan Aboji saja." Usul Sinb dan RM menggeleng.
"Tidak! Ia akan semakin membenci kita. Aku ingin menemuinya dan berbicara berdua saja." Usul RM membuat Sinb mengangguk, mengerti.
"Tapi bagaimana caranya? Ia pergi setelah melihatmu." Benar ucapan Sinb, Joy langsung pergi saat melihat RM.
Dan mereka menghela nafas bersamaan.
"Sungguh sangat kompak." Celetuk Jungkook yang sudah berdiri dihadapan mereka.
Sinb menoleh. "Kau sudah lebih baik?" Tanyanya yang berjalan mendekatinya.
"Ya, apa yang kalian risaukan?" Tanya Jungkook sembari memperhatikan keduanya.
"Sesuatu..." Jawab RM tak ingin melanjutkannya.
"Bahkan ini lebih buruk dari yang sebelumnya tapi disaat seperti ini bedebah itu tidak muncul!" Keluh Sinb membuat Jungkook yang memahaminya tersenyum.
"Bedebah? Siapa maksudmu?" Tanya RM yang tak mengerti.
"J-hope." Jawab Sinb membuat RM menggeleng.
"Kami harus pergi. Aku pikir para hyungmu, akan mengkhawatirkanmu." Kata Sinb, berpamitan kepada RM dan lansung berbicara tentang Suga dan Taehyung kepada Jungkook.
"Baiklah...Kami pergi." Pamit Jungkook dan mereka pun menghilang.
Hanya tinggal RM dengan wajah lelah dan sesalnya.
-Tbc-
Vote x Komen
Jangan pernah lupa u.u
Tapi kenapa aku merasa tambah berkurang votenya ya 😢
Mungkin FF ini uda nggak menarik lagi ya?
Terus harus cepat end ya 😳😳😳
Ya uda...aku mungkin cepet Endin 😦
Down juga sih 😢
Yg masih vote atau komen
TERIMA KASIH BANYAK YA 🙏🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top