35 | Gone
Nathan tidak pernah merasa semarah ini sebelumnya.
Demi Tuhan! Saat melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Jevais melecehkan gadis kesayangannya, emosinya benar-benar meluap. Ini juga pertama kalinya Nathan marah hingga melayangkan bogem mentahnya berkali-kali. Kalau saja keributan mereka tidak terdengar oleh karyawan kafe, mungkin bisa saja Jevais mati di tempat.
Cowok itu tidak peduli siapa Jevais, siapa keluarganya dan sebesar apa pengaruhnya di negara ini, Nathan benar-benar marah. Dia tidak puas hanya bisa memukulnya saja hingga mimisan dan jatuh lemas. Tapi atensinya seketika beralih saat melihat Nirmala yang jatuh pingsan di sudut ruangan. Dalam hitungan detik cowok itu dibuat lupa dengan amarahnya terhadap Jevais. Persetan dengan pria itu! Setidaknya di antara mereka, Jevais lah yang paling babak belur.
“Thank God, you’re awake!”
Itu adalah kalimat pertama yang Nathan katakan saat melihat ada pergerakan dari Nirmala yang akhirnya terbangun di kursi samping kemudi. Cewek itu jelas sekali terlihat bingung. Dia menatap Nathan dengan tatapan tidak percaya kemudian memperhatikan dirinya sendiri seakan-akan sedang mengecek jika semuanya baik-baik saja.
“Everything is good since I was coming on the right time,” ucap Nathan sarkas. Menjelaskan tanpa perlu ditanya. “That fucking pervert! I should hit his head harder! zodat hij geen idioot zou zijn en een meisje zou durven verkrachten!” (so that he wouldn’t be an idiot and dare to rape a girl!)
Satu hal yang Nirmala tahu, jika Nathan sudah marah serius, dia akan lebih sering menggunakan bahasa ibunya. Dan Nirmala juga tahu, dia tidak bisa banyak membantah. Kejadian barusan sebelum dia jatuh pingsan benar-benar membuatnya sesak. Membayangkan kembali walau hanya sekilas berhasil membuat tubuhnya kembali bergetar ketakutan.
“Waarom ben je daar? Why was he with you?” (Why are you there?) tanya Nathan. Ekspresi wajahnya benar-benar sangat marah. Kalau saja menabrak mobil dan motor di depan bukanlah pelanggaran, sudah dari tadi dia injak gas dan membabat habis kemacetan di depan sana.
“I just met him ...” jawab Nirmala lemas. Kepalanya dia tundukkan. Tidak berani ditatap oleh Nathan walau hanya dari mata fasetnya.
Nathan mendengkus. Banyak sekali hal yang ingin Nathan tanyakan. Mulai dari saat dia pergi meninggalkannya di hotel Ibiza sampai hal sepele kenapa penampilan cewek itu berubah 180 derajat.
“En wat dan? Dia tarik kamu to upstair? And he just raped you by chance?! Nirmala, ben je dom?!” (are you stupid?) ucap Nathan, emosinya kembali tidak stabil.
“...”
“I have been protect you all this time! I always restrain myself to not touching you beyond the bounds of politeness!” ucap Nathan menggebu-gebu. Tangannya sedari tadi memegang erat setir kemudi untuk menyalurkan rasa amarahnya yang meletup-letup. “Terus tadi apa? Kamu biarin itu cowok sentuh kamu kayak gitu?! Are you not ashamed of yourself?! What the hell you think you’ve done, Nirmala?!!” lanjut Nathan.
Nathan benar-benar marah. Perkataannya barusan berhasil mengiris hati Nirmala, sehingga tanpa cewek itu sadar dia menangis deras. Namun entah kenapa, di sisi lain dalam dirinya ada yang ingin memberontak. Alhasil, dengan suara yang tersendat, Nirmala berkata, “Terus ... Hiks—how about you? You even have been doing this more than that ... Hiks—you even have been sex with her!” Tangis Nirmala semakin menjadi.
“Yes, I did! Tapi itu dulu!” jawab Nathan. “I used to be so mess up, Mala! You didn’t even know how bad I was when I was loosing you?! Me and Trisha was done. That was a mistake!”
Nirmala terdiam. Pikiran gilanya tiba-tiba kemana-mana. Hingga akhirnya cewek itu memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan menatap cowok itu lekat-lekat. Dengan mata yang masih berkaca-kaca dan suara yang bergetar, Nirmala bertanya. “Jadi ... Jangan bilang ... You did it to her ... just to vent your stress after break up with me?”
Deg!
“Naith! Yang aku bilang itu nggak bener kan?”
“...”
“Naith, jawab aku?!!” Nirmala refleks memegang lengan Nathan dan menggoyang-goyangkannya. Tidak peduli jika itu mengganggu aktivitas mengemudinya.
Namun Nathan tetap bungkam. Hal tersebut justru membuat Nirmala semakin frustasi. Air matanya entah kenapa keluar semakin deras. Cewek itu bahkan refleks memukul-mukul lengan dan bahu Nathan untuk menyalurkan rasa kesalnya yang sudah tidak bisa dia tahan lagi. “Brengsek! Kamu brengsek!”
“Mala—”
“Brengsek lu, anjing!” cela Nirmala masih terus memukul-mukul tubuh cowok itu.
Alhasil karena tidak mau hal buruk terjadi, Nathan dengan sigap menahan kedua tangan Nirmala, mencekalnya dengan erat. “Stop, Nirmala! You hurt yourself!”
“Gue gak peduli! Lepasin gue! Gue mau turun!!”
“I’ll drive you home, Mala! Please be nice! I don’t want you to fight with you all over agin!” ucap Nathan.
“Kamu yang mulai duluan semua ini, Nathan! Kamu jangan gaslighting!”
“No, I don’t!” balas Nathan.
Tapi Nirmala tetap keukeh. “Turunin gue di sini! Gue bisa naik angkot!”
“For God sake! Please pull yourself together, at least just once!!” ucap Nathan. Hal tersebut berhasil membuat Nirmala terdiam menatap mata hazelnya yang terlihat mulai lelah dengan kondisi seperti ini. Beberapa saat kemudian cowok itu akhirnya menepikan mobilnya di salah satu pom bensin. Dia harus menyelesaikan perdebatan ini sebelum melanjutkan kembali perjalanan.
“Dengar aku baik-baik, Liefje.” Nathan memegang kedua tangan Nirmala dan mengelusnya dengan lembut. Emosinya berhasil dia kontrol kembali. “I’m just afraid to loosing you. Aku tidak ingin pisah lagi denganmu!” ucapnya.
Sayangnya Nirmala tetap pada pendiriannya. Cewek itu menarik salah satu tangannya untuk menyeka air matanya yang mulai surut.
“Aku cinta kamu. How many time do I have to tell you that I have love with you. I love you at the first sight. I will always love with any condition.” Nathan mencoba untuk mengelus kepala Nirmala. Menyelipkan helaian rambut yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga. “Mala, even if the world opposes, I still love you no matter how! Liefje, Can’t you see? It was hard for me to recover when you left me. I almost die! I know it sound so overboard, but you used to be the only purpose in my life at that time!”
Nirmala masih terdiam mendengar. Hingga akhirnya bibirnya berucap pelan, “Kenapa?”
“I have no idea.” Nathan mengelus tangan Nirmala dan mengecupnya. “Aku tidak tahu. Aku tidak punya alasan kenapa.”
Cukup lama Nirmala terdiam. Nathan tidak ada niatan untuk melajukan mobilnya. Hingga semenit kemudian Nirmala akhirnya berani mendongakkan kepalanya dan menatap Nathan lekat-lekat. “You said, I used to be the only purpose in your life ... Was it mean that the reason why you changed your religion just because of me?”
“Wait—what?”
“I said, did you changed your religion just because of me?!” Nirmala kembali mengulangi pertanyaannya, menatap tajam cowok itu.
“No! Nirmala—please stop thinking some weird things!”
“Aku nanya! Kamu pindah agama karena aku atau bukan?! Jangan ngalihin topik!”
Emosi Nathan kembali tersulut. “Kamu yang ngalihin topik! I have my own reason just like I ever told you! And this is not because of you!”
“...”
Nathan mengacak-acak rambutnya. Cukup kesal sendiri menghadapi sikap Nirmala yanh tiba-tiba berubah. “Liefje, aku tahu aku salah. I shouldn’t have done that with Trisha. But I swear, I didn’t get her pregnant. The kid’s not mine—”
“But why she said that you are the father?!”
“I was his godfather. Me and Ahmed was helping her to keep that baby for abortion.”
“...”
“Kamu selama ini salah paham, Nirmala.”
Nirmala meneguk ludahnya dengan susah payah. Dia akhirnya memilih untuk diam. Bahkan selama satu setengah jam ke depan cewek itu memilih untuk tetap bergeming, sampai akhirnya mereka tiba di apartemen cewek itu. Nathan dengan sigap membukakannya pintu, dan mengantarnya menuju unitnya.
“Antar aku sampai aku naik lift aja. Aku masih mau sendiri.”
Nathan menghela napas berat. Lalu mengangguk. “Call your family. Mereka khawatir.”
“Tell them that I’m okay. And I still need some time to rest.”
Cowok itu menjawab. Diamnya adalah jawaban, dan Nirmala paham. Saat keterangan lift sedang menuju lantai lobby, Nirmala berujar dengan pelan. “Dulu kita pernah bilang, that we Will love each other like jellyfish.”
Nathan menoleh. Menatap Nirmala yang menatap lurus pada pintu lift.
“I take that back again.” Nirmala melanjutkannya. “I don’t want to sting you, it’s abuse ... I just wanna stay away from you.”
“Mala—”
Ting!
Lift akhirnya terbuka. Nirmala langsung masuk dan saat pintu tertutup, Nirmala kembali melanjutkan kalimatnya. “It’s a good choice.”
* * *
(Source: pinterest)
Disukai oleh Ameladmtr dan 75.312 lainnya.
Lazulibluee Let’s go let’s💨
Komentar
Sanialazzl Cek WA gue, puki!
Ameladmtr Pake baju begituan mau ke mana?
⤷Lazulibluee @ ameladmtr Minggat, bos.
Fardip_go Kok, kamu kurusan sih sayang?
⤷Taraktak.dung @ fardip_go Azab selingkuh dari Paduka wkwkwk.
⤷Lazulibluee @ taraktak.dung username kamu lucu ya?
⤷lihat 15 balasan lainnya ...
Zarara11 🤮🤮🤮🤮🤮
⤷Lazulibluee @ zarara11 Mual minum tolak angin, Mbak. Barangkali situ masuk angin.
⤷lihat 21 balasan lainnya ...
Juwita.jos Oh begini rupanya orang yang nyia-nyian seorang paduka?
⤷Lazulibluee @ juwita.jos Iya kayak begini, emangnya kenapa?
⤷Hanacaraka2 @ lazulibluee Teh, beneran putus?
⤷lihat 35 balasan lainnya ...
Yudhisrikha Selebgram sampah! Gak usah bikin konten lagi lah!
⤷Lazulibluee @ yudhisrikha Sorry, Bro. Gue sekarang salah satu kepala koordinator tenaga lapangan di BRGM. Tanpa jadi selebgram duit gue udah banyak👍
⤷Yudhisrikha @ lazulibluee Sombong banget lu.
⤷Lazulibluee @ yudhisrikha Lah, emang! Baru tau ya? Kasian banget deh.
⤷lihat 87 balasan lainnya ...
Tjoe_daily Teh Nirmala, are you okay?😢
⤷Lazulibluee @ tjoe_daily Aku baik-baik aja kok, Sayang. Maafin aku ya udah bikin khawatir.
⤷Tjoe_daily @ lazulibluee 😭😭😭
⤷lihat 18 balasan lainnya ...
Nath.in.the.house Kamu mau pergi ke mana? Kabarin aku sama orang rumah!
*
Nathan Chu 🖤
|Where are you?
|Saka and Pak Rusli said you are still on your annual leave.
|Yang jelas gue pergi.
|Healing.
|Kepala gue mumet.
|At least tell me where?
|I won’t bother you or going to your location.
Nirmala menatap chat room tersebut dan menghela napas lelah. Dia tidak menjawab pesan terakhir dari Nathan. Di antara semua pesan yang masuk, hanya dari cowok itu saja yang dia jawab. Persetan lah! Cewek itu masih punya 2 hari lagi sebelum cutinya di tahun ini selesai, dan dia tidak ingin menyia-nyiakan waktu berharga tersebut sebelum akhirnya harus berhadapan kembali dengan realita.
Dermaga Karangantu terlihat cukup sepi, walau warung-warung makan tetap buka dan kapal nelayan banyak yang parkir di pinggir dermaga. Nirmala membetulkan sejenak ranselnya dan menghampiri pos loket penyewaan kapal untuk menyebrang. Karena sosok Nirmala yang sudah familiar di sana, membuat salah satu pemilik kapal menyapanya.
“Eh, Neng Nirmala! Kamana wae? Meuni gues jarang ningali.” sapanya.
Cewek itu malas untuk berbasa-basi, alhasil dia hanya membalasnya dengan senyuman. “Nyebrang ke pulau Panjang berapa, Pak?” tanyanya, bahkan sekedar sok akrab menggunakan bahasa Sunda pun enggan.
“Bade ka Pulau Panjang? Bareng rombongan eta weh, Neng.” Bapak-bapak pemilik kapal tersebut menunjuk ke salah satu kapal yang terdapat sekitar 20-an penumpang. Nirmala akhirnya bergabung dengan kapal tersebut dan mencari tempat duduk yang nyaman.
Drrt drrt drrt!
Baru saja duduk dan menaruh tasnya di pangkuan, ponselnya bergetar.
Nathan Chu 🖤 is calling ...
Melihat nama kontak tersebut di layar ponselnya, membuat Nirmala menghela napas lelah.
“What?”
“Nirmala please, where are you?” Suara Nathan di seberang sana terdengar seperti orang yang sedang frustasi. Nirmala melemaskan punggungnya sejenak, entah kenapa dia jadi sedikit merasa bersalah.
“Panjang Island. I’ll be back in two days later.”
“Sama siapa? Amel?”
“Nggak. Sendirian.”
Mereka terdiam sejenak. Suara mesin kapal mulai menyala, menciptakan suara yang bising. “Okay. Take care of yourself. Tell me if you already arrive or if you need something and I’ll be there.”
“...”
“I love you, Liefje.”
Nirmala menggigit bibir bawahnya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung mematikan sambungan. ‘I love you more.’
Sial. Perjalanan padahal belum dimulai, tapi Nirmala sudah lelah duluan. Cewek itu mengaktifkan earphone dan menyumpal kedua telinganya. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai di Pulau Panjang, mungkin lebih baik bagi Nirmala untuk tidur siang atau sekedar menikmati laut dan udara segar di sekelilingnya.
30 menit pun berlalu tanpa terasa. Telinga Nirmala yang mendengar musik kencang-kencang mulai terasa berdengung. Alhasil cewek itu memilih untuk melepas salah satu earphone-nya.
“Loh, kok mendadak mendung begini?”
“Waduh mau hujan ini!”
“Semoga hujannya belom turun sebelum sampe ke pulau.”
Samar-samar Nirmala mendengar percakapan ibu-ibu di sebelahnya. Matanya refleks menatap ke langit yang entah sejak kapan mulai berubah menjadi kelabu suram. Perlahan dia merasa angin yang berhembus terasa berbeda. Burung-burung camar berterbangan berlawanan arah menabrak bendera kapal yang terpasang di atas atap. Nirmala memicingkan matanya saat aroma garam tiba-tiba terasa begitu pekat.
Hell no. A storm is coming away.
“Pak! Putar balik!” Nirmala tiba-tiba berseru pada nahkoda. Cewek itu mencoba berdiri meski kapal bergoyang ke kanan dan ke kiri, melaju dengan kecepatan penuh menerjang ombak yang semakin liar. “Pak, putar balik! Bakal ada badai besar, Pak!”
“Duh, Nong. Tanggung, Nong. Sebentar lagi nyampe.”
Nirmala berbalik badan. Sejauh mata memandang dirinya belum menemukan pulau apapun di depan sana. Garis teluk pun sudah hilang, menandakan mereka sudah lepas dari jangkauan pulau utama. Sepersekian detik berikutnya, cewek itu menoleh ke arah persediaan pelampung yang hanya ada 5 set. Sedangkan penumpang lebih dari 20 orang.
Sial.
Cewek itu semakin mendekat ke arah nahkoda. “Putar balik sekarang juga! Atau kita bisa kena ombak besar karena badai!”
“Tch! Nong jangan sok tahu! Saya udah jadi nelayan puluhan tahun! Badai doang gak terlalu berbahaya!”
“Nggak berbahaya kalau penumpangnya sedikit! Ada 26 orang di kapal ini! Bahkan pelampung hanya ada lima! Kalau bapak lanjut jalan, kita akan semakin jauh dari pulau utama!”
“Nong, duduk tenang aja. Percaya sama saya—”
CTAARR!!
Petir menyambar dari jarak sekitar 3 kilometer dari arah mereka. Seketika semua penumpang cemas, mulai mendukung usulan Nirmala untuk putar balik sebelum mereka melaju terlalu jauh. Karena kalah suara, nahkoda pun mengalah. Membalikkan arah kemudi kapal kembali menuju dermaga Karangantu.
CTAARR!!
Suara petir kembali terdengar, langit kelabu di atas sana beberapa kali muncul kilat bewarna ungu yang membuat semua orang di kapal nelayan 3 GT tersebut takut dan harap-harap cemas.
Come on! Pasti belum terlalu jauh. Ini sudah di kecepatan maksimal. Seharusnya mereka bisa sampai sekitar 20 menit lagi. Dan semoga saja Tuhan mau memberikan kesempatan 20 menit bagi mereka untuk kembali selamat ke dermaga.
Sayangnya, Nirmala tidak tahu jika hari itu adalah hari sialnya. Mesin kapal tiba-tiba mendadak mati. Kapal perlahan melambat dan berhenti di tengah-tengah laut. Beberapa anak kecil ada yang menangis ketakutan lantaran angin semakin kencang.
Nirmala yang pernah memiliki pengalaman melaut selama 3 hari 3 malam lantas dengan cekatan mengecek mesin kapal yang terletak di buritan. Dia tarik tuas mesin. Berkali-kali dan berharap mesin kembali menyala, namun hasilnya nihil. Nahkoda ikut membantu, mencoba menyalakan mesin berkali-kali namun tetap tidak mau menyala. Saat dicek tabung bensin, hal yang tidak diinginkan pun terjadi.
Bensinnya habis.
“Bapak bawa persediaan bensin?!” tanya Nirmala. Situasi mendadak tegang. Semakin tegang saat si nahkoda menggeleng lemas. Saat itu juga, Nirmala merasa takut.
Tenang Nirmala. Selama kapal tidak terbalik, maka lu aman!
Tenang. Pikir sesuatu! Pikir sesuatu! Pikirkan sesuatu!
“Dayung!” Nirmala melihat dua dayung di bawah dek kapal. “Yang laki-laki tolong bantu dayung kapal secepat mungkin!” ucap Nirmala memberi perintah. Sontak 4 orang laki-laki termasuk nahkoda turun tangan mendayung kapal mengikuti arah angin yang menuju daratan.
Sial. Nirmala tidak terlalu paham membaca gelombang dan angin laut. MK Oseanografi-nya saja mentok-mentok hanya dapat nilai B.
Hujan akhirnya turun. Sangat deras. Kapal seketika basah. Semua orang langsung berteduh di bawah atap. Meringkuk ketakutan, berharap mereka segera keluar dari situasi menegangkan ini.
Nirmala membuka ponselnya, ternyata masih ada sinyal. Cewek itu mencoba untuk mencari bantuan.
Amel Bolang
|Mel, gue kejebak di luar teluk.
|Mesin kapalnya mati. Gak ada persediaan bensin.
|We need a help!
Sial. Sial. Sial!
Kenapa saat genting seperti ini Amel malah ceklis satu?!
Nathan Chu 🖤
|Naith, we have situation here.
|We’re stuck in the middle of the sea!
|We need some help!
Persetan dengan rasa gengsinya. 28 orang (termasuk dirinya dan nahkoda) menjadi taruhannya. Hujan semakin deras, bercampur dengan angin dan ombak yang berkecamuk. Sudah beberapa kali Nirmala memanjatkan doa agar mereka bisa selamat.
PYAR!!
Tiba-tiba entah datang dari mana, ombak besar menerjang bagian buritan. Tangisan anak kecil semakin menjadi-jadi. Semua orang sudah basah kuyup. Namun Nirmala mengusahakan agar salah satu bayi yang menangis di pelukan ibunya bisa terhindar dari hantaman ombak, cewek itu alhasil mencoba untuk menarik terpal di sisi kapal untuk mereka berlindung. Namun karena ombak dan angin yang begitu kencang, membuat Nirmala tergelincir dan tubuhnya dalam sekejap tersapu ombak.
Nirmala jatuh dari kapal. Dia panik. Tubuhnya mencoba untuk bergerak menstabilkan posisinya agar kepalanya tetap berada di atas permukaan. Samar-samar Nirmala mendengar orang-orang memanggilnya. Namun satu hal yang dia rasakan saat tubuhnya terbungkus air laut adalah ... hangat.
Oh shit! Upwelling!
PYAR!!
* * *
Note:
Upwelling: Proses ketika air yang dingin dan dalam naik ke atas permukaan laut. Di mana nutrien (zat) atau biota (ikan dan plankton) yang ada di dasar laut terbawa arus sehingga naik ke atas.
Seperti yang gue bilang, mau di-heating up atau di-cooling down? Gue ambil dua2nya aja deh wkwkwk.
TMI aja, ketakutan gue saat lagi naik kapal adalah badai atau masuk zona arus rata/kotak-kotak. If you know you know.
Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Sincerely, Nanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top