15 | Feedback

Nirmala memandang pantulan cermin di hadapannya. Mendapati sosok dirinya yang terlihat pucat sehabis menempuh penerbangan selama 21 jam dari Jakarta ke Riyadh. Butuh beberapa detik baginya untuk tersadar dan lanjut menyisir rambutnya dan menjepitnya dengan jedai sebelum akhirnya memulai kegiatan skincare dan make-up rutinnya.

15 menit telah berlangsung. Pintu kamar terbuka menampilkan seorang wanita berambut pirang yang tengah sibuk bertelepon dengan bahasa yang tidak Nirmala mengerti. Namun bisa cewek itu tebak adalah bahasa Belanda. Nirmala tidak menghiraukannya dan lanjut memoles lip cream merah marun untuk menutupi warna asli bibirnya.

Are you done yet?” tanya Mama Melinda setelah panggilannya selesai.

Cewek itu mengangguk seraya tersenyum. Dia memasukkan bedak dan lip cream barusan ke dalam tasnya dan meraih ponselnya yang sedang di-charge. “Where’s Paparo?” tanya Nirmala mengekor wanita tersebut keluar dari kamar.

He’s change his clothes.” Mama Melinda mengambil sesuatu di dalam lemari kabinet dan memberikan sebuah minuman ion pada Nirmala. “Here, you need get some energy, Honey,” katanya seraya mengelus kepalanya.

Thank you, Ma.” Nirmala tersenyum sejenak seraya menerima botol tersebut. Dia akui tubuhnya sedikit lelah. Dia belum sempat istirahat, bahkan dia belum bisa check in hotel hingga nanti jam 9 malam, alhasil untuk sementara waktu dia melipir ke kamar hotel Mama-Papanya Nathan untuk menaruh koper sekaligus mandi dan bersih-bersih.

Iya, di tanggal 28 (dua hari setelah acara reunian) dia terbang ke Riyadh untuk menyusul Nathan. Cowok itu tidak tahu jika Nirmala sudah mengurus visa beberapa hari sejak cowok itu pergi ke Arab untuk memulai training camp. Beruntung banget pekerjaannya (khusus minggu ini) bisa dia handle melalui WFA, sebelum akhirnya di tanggal 2 Oktober dia akan kembali ke Indonesia, lebih tepatnya ke Lampung untuk mengurus segala urusan konservasi mangrove yang berada di bawah tanggung jawabnya dan juga Pak Rusli.

Anggap saja ini surprise karena Nathan waktu itu juga sudah rela datang ke Jakarta secara mendadak hanya karena alasan kangen.

Just take some sleep, Honey. I’ll wake you up when we arrive,” ucap Mama Melinda saat mereka sudah berada di dalam taxi. Wanita itu menyuruh Nirmala untuk tertidur sejenak, sebab dia paham cewek itu pasti kurang tidur mengingat kedatangannya yang secara mendadak. Alhasil, Mama Melinda menarik Nirmala untuk bersandar di bahunya. Salah satu tangannya melingkar untuk memeluk tubuh Nirmala agar semakin dekat dengannya.

Nirmala tidak banyak cincong. Jujur dia memang capek. Tapi jadwal pertandingan bertepatan dengan hari ini, membuatnya harus menahan rasa lelahnya demi melihat Nathan bermain. Ini pertama kalinya dia melihat cowok itu bermain di lapangan secara langsung. Nirmala tidak mau melewatkan kesempatan itu begitu saja.

30 menit berlalu. Akhirnya mereka sampai di Stadion King Fahd. Nirmala tidur selama 20 menit. Itu cukup membuatnya kembali segar, terlebih setelah minum beberapa teguk minuman ion pemberian Mama Melinda barusan. Mereka bertiga (Kak Joy dan suaminya berhalangan hadir) berjalan beriringan dengan orang-orang yang sepertinya juga sama-sama suporter Indonesia.

Drrt drrt drrt!

Notification Center:

Amel Bolang
|Gue minta maaf, Nir.

Saka BRGM
Lampung Timur revisi 12.docx

Nathan Chu 🖤
|Watch me on TV ya. At 20.00 WIB.

Pak Rusli BRGM
|Bapak nitip korma ya, Nir muehehehe😁😁😁

Ada notif pesan dari Amel di urutan paling atas. Sudah dua hari ini mereka belum ada komunikasi tentang masalah di acara reuni waktu itu. Buru-buru Nirmala membuka pesan tersebut.

Amel Bolang
|Nir, gue kangen sama lu 😢
|Maafin gue ya, waktu itu main cabut.
|Padahal itu jelas bukan salah lu.
|Gue cuma kaget.
|Gue minta maaf, Nir.

|Amel 😭😭
|Gue over thinking sama lu tauuk!
|Iya Mel, gapapa. Gue paham kok.
|Gue juga kangen banget sama lu😭

|Gue ke tempat lu yaa?
|Gue bawain sate bandeng buatan nyokap.

|Gue lagi gak di Jakarta, Mel.
|Gue nyusul Nathan ke Arab.

|Buset coook.
|Bukan maeen!

|Semua kulakukan demi Ayang🤗

|Iyain dah.
|Beda 4 jam ya, di sana?

|Iye. Di sini gue lebih muda 4 jam wkwkwk.

|Yaudah malem gue telpon lu ya.

|Liat entar yaa.

Bruk!

Seseorang menabrak bahunya. Hal tersebut refleks membuat ponsel yang tengah dipegang Nirmala jatuh begitu saja ke tanah. Baik Nirmala maupun orang tua Nathan menoleh.

“Eh, sorry sorry! I didn’t mean to do it!” ucap si penabrak tersebut.

Dia seorang perempuan. Pendek. Mungil. Hanya sekitar sebahu Nirmala. Dari pakaiannya yang mengenakan rompi hijau dan kalung tanda pengenal, membuat Nirmala langsung menatap wajahnya lekat-lekat. Cewek di hadapannya pun juga melakukan hal yang sama. Mereka terkejut. Tidak, lebih tepatnya cewek itu yang terlihat lebih terkejut dibandingkan Nirmala.

“Oh kamu?” ucap Nirmala.

Mama Melinda dan Papa Romejo mendekat. Pria itu meraih ponsel Nirmala yang beruntung tidak ada baret sedikitpun (sebab Nirmala memasangkan ponselnya dengan double protection). Sedangkan wanita itu menyentuh pundak Nirmala dan bertanya, “You know her, Honey?”

“Yeah. She’s the one of the staff from PSSI.” Nirmala melempar senyum manisnya. “Hai Dian! Lama gak ketemu. Aku waktu itu hubungin kamu berkali-kali, loh! Tapi sama kamu malah di-ghosting.”

* * *

Nirmala akui, kalau dia tidak punya malu dia sudah berdiri di pinggir tribun lalu berteriak memanggil Nathan seperti ini;

“SAYANGNYA AKUUU! SEMANGAT YA SAYANGNYA AKUUU!”

Tapi kan, untungnya Nirmala masih punya malu. Jadi dia hanya duduk di tribun di samping Mama-Papanya Nathan seraya memakan kebab yang Papa Romejo beli sebelum sampai ke stadion.

Jujur ya, sejak balikan dan akhirnya tunangan sama Nathan. Dia merasa jadi punya 4 orang tua. Mama-Papanya dan juga Mamamel dan Paparo yang merupakan panggilan darinya untuk orang tua Nathan. Entah Nathan tahu atau tidak, tapi mereka rutin mengirimkannya pesan walau hanya menanyai kabarnya saja. Makanya, saat Nirmala bilang dia sedang berada di Riyadh dan terhalang check in sebab datang terlalu cepat, Paparo langsung sigap menjemputnya di lobby dan mengajaknya untuk istirahat sejenak di kamar mereka.

Nirmala menatap ke sekeliling tribun. Matanya tidak sengaja melihat ke kursi salah satu keluarga pemain yang kebetulan dia kenal sebagai sesama selebgram. Tidak terlalu dekat memang, tapi Nirmala kenal dan saling follow dengannya di Instagram dan TikTok.

It’s Arhan’s wife. You know her?” tanya Paparo.

Cewek itu mengangguk seraya kembali menggigit kebabnya. Sebenarnya yang menarik atensinya bukanlah Jizah. Tapi temannya yang juga teman Jeanne. Cewek bernama Safeera yang menjadi dalang viralnya video mabok dia di media sosial. Ah sial! Dia jadi mengingat wajah tololnya di video tersebut.

Beberapa menit berlalu, kursi di sisi tribun khusus untuk suporter Indonesia telah terisi penuh. Para pemain pun mulai memasuki lapangan untuk melakukan sesi pemanasan. Sebisa mungkin Nirmala bersikap tenang seraya lanjut menghabiskan kebabnya—yang sialnya tidak habis-habis!—Padahal mah, di dalam hati dia udah menjerit-jerit manggil-manggil Nathan. Apalagi saat kamera menyorot cowok itu sehingga wajah tampannya terpampang di layar videotron.

“Pah, I’m full!” Nirmala menyerah. Kebabnya kegedean buat perutnya yang mini. Kan gak lucu, kalo nantinya dia sakit perut atau parahnya mules saat di tengah-tengah pertandingan.

Paparo terkekeh. Lantas mengambil alih kebab tersebut dan tanpa berpikir panjang langsung memakannya tanpa merasa jijik. Di antara Paparo atau Mamamel, Nirmala memang lebih nyantuy sama Paparo. Selain dia kembaran beda negaranya Papa (alias mukanya plek-ketiplek mirip Papanya), rupanya sifat Paparo juga sama kayak Papanya. Bedanya, kalau Papa jamet pinggiran, Paparo jamet premium.

Maafkan anak dan calon mantumu ini, ya Pah.

Honey, look at the videotron! It’s you!” ucap Mamamel.

Nirmala menoleh ke arah videotron. Matanya seketika langsung terbelalak terkejut. Beberapa orang di tribun sekitar juga menyadari hal tersebut. Mereka refleks menoleh ke arahnya yang sedang memasang wajah plonga-plongo.

“Eh, ada Nirmala! Nirmalaaa!” panggil seseorang. Itu Safeera.

Duh, Nirmala males banget nyamperin buat sekedar cepaka-cepiki sama dia. Sekedar info saja, cewek itu masih dongkol dengannya.

“Nirmala!” Karena aksi Safeera barusan, membuat Jizah yang duduk di sampingnya ikut berdiri dan memanggilnya.

Tch. Mau tidak mau Nirmala akhirnya berdiri dan menghampiri mereka yang kebetulan duduk di tribun depan yang sedikit menjorok ke bawah. Cewek itu berpelukan dengan mereka sejenak dan menanyai hal basa-basi seperti; nyampe ke Riyadh kapan, nginep di hotel mana, berapa lama di Riyadh. Setelah itu, dia pun kembali ke kursinya.

LIEFJE!!”

Seseorang memanggilnya dengan suara yang keras. Nirmala seketika langsung mengenalinya, terlebih panggilan tersebut memang khusus diberikan padanya oleh tunangannya yang sekarang sedang berdiri di pinggir lapangan seraya melambai-lambaikan tangannya dengan senyum yang begitu sumringah. Nirmala ikut tersenyum dan melambaikan tangannya sekilas.

Merasa belum puas, Nathan memberikan sign ‘I love you’ dalam bahasa isyarat. Nirmala terkekeh. Merasa de Javu, sebab dia pernah memberikan sign tersebut padanya saat menjadi pembicara di acara seminar kemarin. Sebagai balasan, Nirmala juga membuat sign yang serupa dengan tangannya, sebelum akhirnya lanjut menaiki undakan tangga untuk kembali duduk di kursinya.

He looks more happy to see you than his parents!” sindir Paparo untuk anak laki-lakinya tersebut. Pria itu baru saja selesai menghabiskan kebabnya (yang akhirnya bisa habis juga!).

Mamamel tertawa. Wanita itu mempersilahkan Nirmala buat kembali duduk yang memang posisinya ada di tengah-tengah mereka. Dia juga menawarkan air mineral untuk Nirmala yang langsung dia terima dengan senang hati. Sekarang cewek itu tahu, dari mana sifat act of service Nathan, yang ternyata diturunkan dari Mamamel. Sedangkan sifat merajuk dan tengilnya itu dari Paparo.

Excusme, Sir.”

Paparo yang sedang asik bercerita tentang insiden kopernya yang ketinggalan di bandara beberapa hari yang lalu pada Nirmala tiba-tiba terpotong saat seseorang yang duduk di sampingnya menginterupsi. Paparo, Nirmala dan Mamamel seketika langsung menoleh.

“Oh, Yes?”

Can I take a picture with you, if you don’t mind?” Pria di samping Paparo meminta izin untuk mengajaknya berfoto.

“Oh, sure!” Paparo langsung mengiyakan. Mereka pun mengambil beberapa foto selfie.

Thank you, Sir! Thank you!” katanya, lalu tak sengaja atensinya menangkap keberadaan Nirmala. “So, this is Nathan’s girlfriend?” ucapnya, tiba-tiba melempar pertanyaan.

Paparo menoleh sejenak ke arah Nirmala. Lalu tiba-tiba mengelus kepalanya. “What do you mean? She’s our daughter!”

“...”

My sweet daughter in law!”

Mendengarnya, Nirmala memejamkan matanya. Rasanya kepalanya mendadak kliyengan. Ternyata kelakuan Papanya sama Paparo gak beda jauh. Sama-sama bikin sakit kepala!

* * *

Liefje 🐚📷
|Let’s meet up at the cafe.
|I’m wearing brown hoodie.

Itu adalah pesan terbaru yang dikirim oleh Nirmala setelah sejam mereka berpisah sehabis makan malam bersama pemain Timnas dan para keluarga. Cewek itu bilang dia perlu check-in kamar dan mengambil kopernya dari kamar orang tuanya. Setelah itu dia juga bilang ingin bersih-bersih.

Nathan mempersilahkan. Mereka sudah janjian akan bertemu lagi di kafe samping hotel yang terletak cukup terpencil sekitar pukul setengah 10 malam. Tidak apalah. Lagi pula besok tidak ada jadwal apapun, para pemain dibebaskan untuk menikmati waktunya selama sehari penuh.

Baru beberapa detik dia membuka pintu kafe, ada sekelompok orang yang duduk bergerumul di salah satu meja. Nathan langsung mengenali mereka. Itu teman-temannya bersama pasangannya. Sebisa mungkin Nathan melempar senyum andalannya dan menghampiri mereka untuk menyapa.

Rafael menarik kursi di sampingnya, menawarkan cowok itu duduk. Nathan sedikit ragu. Dia ke kafe ini bukan untuk bergabung bersama mereka, namun untuk menghabiskan waktu malam ini bersama Nirmala.

Kemana cewek itu?

Tidak ada tanda kehadiran Nirmala di sana. Tidak ada orang yang menggunakan hoodie cokelat di sana. Apa Nirmala sedang keluar sebentar?

What are you searching, Bro?” tanya Arhan.

Nathan menggeleng dan akhirnya memilih untuk duduk di samping Rafael.

“Janjian sama Teh Nirmala, ya?” tanya Marsel.

Tapi sayangnya tidak digubris oleh Nathan. Cowok itu hanya tersenyum kecil dan memilih untuk mengecek ponselnya. Rupanya ada pesan baru dari Nirmala 3 menit yang lalu.

Liefje 🐚📷
|Sayang, I have an impromptu meeting😢
|It’s really important.
|Tunggu sebentar ya, I’m sorryy.

|Okey. Don’t be mind.
|Take your time.

“Kau kemari untuk bertemu Nirmala?” tanya Rafael, menggunakan bahasa Belanda. Tadi dia tidak terlalu paham apa yang dikatakan oleh Marsel barusan.

Ja. Tapi dia ada urusan sebentar,” jawab Nathan ala kadarnya. Pria itu kembali mengecek ponselnya kala melihat ada notifikasi pesan masuk dari Nirmala lagi.

Liefje 🐚📷
|Pak Syarif nyebelin 😤
|All of sudden he wants to quick meeting with all division!
|But it almost half an hour!

|Be patient, Liefje.
|You want me to order your drink?

|No need to, Yang.
|Nanti aja.

|Okay. I’m waiting.
|Let me know, if the meeting is still long.

|Okey, Ganteng😘

Nathan tersenyum kecil. Tak lama atensinya teralihkan oleh kedatangan seorang cewek berambut panjang mengenakan atasan crop top dan celana pendek. Kening Nathan mengernyit, padahal Arab jika di malam hari bisa sangat dingin.

“Duduk sini, Safeera! Itu ada bangku kosong samping Nathan!” Jizah, istri Arhan memanggilnya dan memintanya untuk duduk bergabung bersama mereka.

Padahal Nathan berpikir kursi itu akan diduduki oleh Nirmala nanti.

“Hai!” Semua menatap cewek bernama Safeera itu. Nathan hanya tersenyum kecil untuk sekedar menghormatinya.

It’s Safeera. One of my friends,” ucap Jizah memperkenalkan temannya itu.

Drrt drrt drrt!

Liefje 🐚📷
|FINIISHH!
|OTW GANTENG. AKU PEE DULU!
|Ya Allah caps lock. Sorry, yang!
|Can you order my drink? Up to you, except coffee.

|Alright. Be careful.

Nathan tersenyum puas. Cowok itu bangkit dari duduknya, membuat teman-temannya itu menoleh padanya. “Aku mau pesan minum,” ucap Nathan. Matanya menoleh menatap Safeera yang juga mendongak menatapnya. “Um ... Do you want to order too?” tawar Nathan basa-basi.

“Oh, sure if you don’t mind. Just same as you.”

Okay.”

Nathan pun segera memesan minuman dan kembali sekitar 5 menit kemudian dengan membawa 3 cup (satu untuk Safeera, sisanya untuk dia dan Nirmala).

Thank you, Nathan.” Safeera kebetulan sedang bermain dengan kamera ponselnya. Kalau Nathan tidak sengaja lihat, dia sedang live Instagram.

Setelahnya Nathan menyesap sejenak kopinya seraya terus melihat pintu kafe. Nirmala belum kunjung datang. Kemana dia?

Cowok itu mengambil ponselnya dan hendak mengirim pesan padanya. Namun terhenti saat mendengar suara pintu kafe yang digedor pelan. Seorang cewek memakai celana tidur kotak-kotak dengan hoodie cokelat berdiri di depan pintu seraya berusaha membuka pintu dengan cara mendorongnya.

“Lah, ini pintunya rusak apa gimana, dah?!” katanya merutuki fitur pintu di hadapannya ini. “Oalah, digeser ternyata. Ya Allah bego banget!” Nirmala terkekeh, mengejek kebodohannya sendiri.

Saat masuk ke dalam kafe, matanya langsung menyusuri seisi ruangan hingga akhirnya jatuh pada Nathan yang melambaikan tangannya seraya memanggilnya. “Mala, over here.

Yang melihat ke arahnya ternyata bukan hanya Nathan saja, tapi teman-temannya juga. Mereka tersenyum sumringah saat melihat mantan staf favorit Timnas bergabung bersama mereka.

“Halo Teh Nirmala!”

Nirmala terbelalak kaget. Saat sadar jika yang sedang bersama Nathan ini para pemain Timnas. “Loh?? Pada ngumpul nih?” katanya. Lalu sedetik kemudian dia tersadar jika dirinya tersorot pada kamera ponsel Safeera yang sedang melakukan live.

“Nir, can you say hi?” Safeera tanpa mukadimah menarik tangannya untuk membungkuk dan mendekat ke arah kamera.

Refleks respon Nirmala langsung menghindar. Bukan apa-apa. Pertama, dia kaget tiba-tiba ditodong kamera. Kedua, dia sedang tidak cakep. Ketiga, dia tidak mau namanya kembali dibicarakan oleh publik. Dia sudah cukup trauma, okey?

“Ha—Hai!”

Namun mau tidak mau, dia sudah kepalang basah. Alhasil menyapa followers Safeera yang sumpah Nirmala tidak peduli sama sekali.

Sit down here.” Nathan memberikan kursinya. Sedangkan cowok itu mengambil kursi lain dan duduk di sebelahnya. Kini Nirmala diapit oleh Nathan dan Safeera.

Cowok itu memberikan minuman yang dia pesankan untuknya. Nirmala meneguknya sejenak yang kemudian disusul oleh rasa pahit yang menyapa lidahnya. Wajahnya tiba-tiba mengernyit karena tidak pernah mengkonsumsi kopi pahit seperti americano. Ekspresinya itu seketika langsung disadari oleh Nathan.

“Kenapa? It’s matcha latte. Your favorite,” katanya pelan, namun sayangnya terdengar oleh Safeera.

Cewek itu lantas menoleh. “Oh? Yang punya Nirmala Matcha latte ya? Kayaknya ketuker deh sama gue.”

Nirmala terdiam. Dia menatap Safeera beberapa detik lalu tersenyum. “Santai Ra. Nggak apa-apa!” katanya dengan ramah. Lalu memalingkan wajahnya ke arah Nathan.

Cewek itu meski tidak ada yang salah dengan ekspresinya, tapi insting Nathan langsung menangkap radar bad mood di dalam dirinya. Alhasil cowok itu segera berdiri dan kembali memesan minuman yang baru untuknya.

Nirmala mendengkus pelan. Mood-nya yang happy berbunga-bunga sebab berpikir akan pacaran berdua sama Nathan harus pupus saat ternyata cowok itu malah nongkrong sama temen-temennya. Padahal Nathan tahu, dia tidak suka kalau pacaran di tempat yang ramai, apalagi di kelilingi oleh orang-orang yang mengenal mereka. Setidaknya, kasih tahu kalau bakal ada temen-temennya, sehingga Nirmala menyiapkan mentalnya untuk bersosialisasi sama para rekan kerja lamanya.

Belum lagi kehadiran Jiza, Noah, bernice dan Safeera. Terutama Safeera sih. Dia masih kesel sama cewek itu. Mana baru dateng dia sudah disuruh menyapa di live-nya. Sok asik amat! Yang lain perasaan tidak alay begini. Mana cewek itu salah kostum lagi. Lu mau ngafe apa nge-LC? Ya walaupun pakaian Nirmala juga lebih cocok dateng ke pesta bantal dibandingkan ke kafe.

Tapi, jirlah! Sensi nih!

Mulut Nirmala kalau udah salty, asinnya melebihi air laut.

Here. The new one.”

Nathan tak lama datang membawakannya minuman baru.

Nirmala hanya tersenyum lalu mengatakan, “Ye.”

* * *

Note:

Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top