12 | Hot Questions
🎥🎥🎥
Tjoe_daily Paduka ini rupanya dari dulu tidak pernah berubah. Munculnya di akun orang dan lagi-lagi hanya suaranya saja. Di akun sendiri malah berdebu 😅
Ps. Itu live dari akun Teh Nirmala semalem.
Komentar
Ferrarizzz Lah? Lagi di Indo? Sejak kapan?
⤷Tjoe_daily kurang tau kak kapan datengnya.
Hettygus21 Dia siapanya Nathan? Kok manggil ‘yang’?
⤷Tjoe_daily Banyak yang bilang sih pacarnya. Tapi gak tau.
⤷Yulitrust Mereka balikan? After 3 years?
⤷Dena.da_ @ yulitrust Nathan-nya udah kepalang bucin. Sampe gak tau busuk kek gimana pacarnya.
⤷lihat 26 balasan lainnya ...
Jejenrah PLIS ini suara AI, kan?? Nggak mungkin kan mereka pacaran 😭😭
⤷Tjoe_daily Itu videonya beneran. Aku kebetulan nonton live-nya dari awal sampe akhir.
⤷titiana_ Nge-live tentang apa itu btw?
⤷Yuyuntri @ titiana Giveaway barang pre-loved kak.
⤷lihat 10 balasan lainnya ...
Hendratrs75 Kemaren gue ketemu Nathan, dia dateng sama cewek itu, katanya itu pacarnya. Cantik sih.
⤷Trash.co Serius Kak??
⤷lihat 23 balasan lainnya ...
Opikatsu Wah, bahaya ini. Nath, kabur Nath! Dia tidak baik untukmu!
⤷Mamanrock Jan sok tau! Mamanya Nathan aja deket sama Nirmala. Berarti emang hubungannya udah serius!
⤷lihat 86 balasan lainnya ...
Fikakifzz Gue gak tau permasalahan utamanya apa sampe cewek ini dihujat abis-abisan. Tapi woy?! Dia emang secantik itu! Isi kontennya juga positif dan edukatif.
⤷Rahmaaar Eh, sepemikiran loh. Gue juga bingung kenapa masih pada nanya kenapa Nathan mau sama dia? Cowok mana yang nolak cewek secakep dan se-positif ini?!! Gue yang cewek aja demen, apalagi cowok??
⤷Gigisamba Posotif dari mananya? Yang jadi permasalahan itu, kalau emang pacaran sama Nathan, minimal jangan kegatelan sama cowok lain gitu. Mentang-mentang cakep jadi sasimo!
⤷lilinmenyala @ gigisamba Ribet banget dah. Yang pacaran siapa, yang ngatur siapa. Nathan aja enjoy, kok lo yang panas?? Iri bilang kawan!
⤷lihat 98 balasan lainnya ...
*
Ini bukan kali pertama Nirmala diundang sebagai pembicara dalam suatu seminar atau workshop. Dia sudah sering berurusan dengan yang namanya acara edukasi ini sejak kuliah. Dari yang dulunya menjadi panitia (mulai seksi dokumentasi, acara, koorlap, humas, sponsorship, dan konsumsi), kemudian menjadi tamu undangan, hingga akhirnya menjadi pembicara.
Pengalaman pertamanya itu tentu saja pada acara penanaman mangrove saat dia awal-awal bekerja di BRGM. Lalu setelah dia pindah kembali ke Jakarta, dia mendapatkan tawaran lainnya sebagai pembicara mengenai tema di luar passion-nya. Dia ingat sekali waktu itu salah satu anak BEM di kampusnya menghubunginya dan menawarkan dirinya untuk mengisi acara pemberdayaan perempuan. Kebetulan dulu dia juga pernah menjadi anggota BEM saat masih kuliah.
Sejak saat itu, tawaran dari kampus-kampus lain membanjiri kontak bisnisnya.
“You look stunning, Babe.”
Nathan tiba-tiba berucap. Nirmala yang duduk di sebelahnya menoleh, mendapati cowok itu yang tengah menatapnya dengan penuh damba. Dia terkekeh dan mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah cowok itu, lalu kembali fokus pada tab-nya. “Thank you, Meneer.”
Keduanya tertawa. Sekarang mereka tengah berada di ruang tunggu, Nathan sedari tadi memegang tas ransel Kanken milik Nirmala. Sebab hari ini, selain menemaninya menjadi pembicara dalam seminar komunikasi, Nathan juga merangkap menjadi asisten dan supirnya.
Cowok itu mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Nirmala. “Are you nervous?” tanyanya.
Lagi-lagi Nirmala kembali menoleh. Kali ini dia menghembuskan napas kasar. “Well, I’m not. This is not my first time, anyway. But, you know ...” Kalimat Nirmala mengambang saat dia kembali memikirkan bagaimana reaksi orang-orang saat melihatnya setelah gosip-gosip buruk yang beredar tentangnya.
“You’ll be fine, Babe.” Nathan meraih tangan Nirmala dan mengelusnya pelan. “Just be yourself. I’ll be there and watching you,” ucapnya lalu mengecup punggung tangannya.
Sesi pemateri pun akhirnya segera dimulai. Nirmala dipanggil oleh beberapa panitia, Nathan juga mengekor di belakang yang nantinya akan duduk di kursi paling depan untuk mengambil dokumentasi sebagai keperluan konten di media sosialnya. Seperti yang Nirmala bilang, cowok itu sekarang adalah asistennya.
Beberapa pasang mata terkejut saat menyadari akan kehadiran Nathan yang duduk di barisan paling depan. Pria itu meskipun menggunakan masker tetapi postur tubuh serta gaya berjalannya sangat dikenali oleh para fans-nya. Cewek-cewek yang menjadi peserta seminar langsung menahan diri mereka untuk tidak berteriak. Namum dari kejauhan baik Nirmala dan Nathan dapat mendengar percakapan mereka yang kurang lebih mengatakan;
“Ada Nathan, anjir! Dia ngapain ke sini?!”
“Seriusan?! Jangan-jangan gara-gara Nirmala?? Berarti mereka beneran pacaran, dong?!”
Yeah, kira-kira begitu. Beruntung suara mereka terendam oleh suara tepuk tangan orang-orang tak lama kemudian. Nirmala tersenyum begitu manis menyambut moderator dan berjabat tangan.
“Gimana kabarnya, Kak Nirmala?” sapa Moderator sebelum akhirnya mereka duduk di sofa yang telah panitia sediakan.
“Baik! Allhamdulliah baik. Kalian gimana kabarnya?” tanya Nirmala menyapa para audiens.
Respon mereka begitu antusias, terutama yang laki-laki.
“Ke sini dari Jakarta atau memang dari Bogor, Kak?” tanya moderator basa-basi.
“Langsung dari Jakarta ... Dan yeah, syukurlah gak kena macet.”
Moderator tertawa kecil. “Sendirian atau ditemenin sama Ayang nih, Kak?”
Jujur Nirmala tidak dikasih kisi-kisi pertanyaan tentang ini. Entah tim panitia yang sengaja untuk mengulur waktu atau moderatornya saja yang iseng. Tapi sebisa mungkin cewek itu untuk tetap bersikap tenang.
“Umm ... kebetulan aku dateng ke sini ditemenin sama someone spesial yang duduk di sana!” ujarnya seraya menoleh ke arah Nathan yang sedang merekam dirinya melalui ponselnya.
Nathan melambaikan tangannya sebentar seraya tersenyum. Serentak seisi hall langsung ramai karena interaksi tersebut. Nirmala hanya terkekeh seraya melambaikan sign bahasa isyarat ‘I love you’ di tangannya pada cowok itu.
“I love you more,” ucap Nathan. Tapi sayang tidak terdengar olehnya.
* * *
Sesi pematerian telah selesai. Sekarang adalah sesi diskusi. Moderator memandu sesi diskusi tersebut dengan membuka 2 termin, masing-masing termin terdapat 3 orang yang dipersilakan untuk bertanya.
Nirmala menatap para audiens dengan senyum yang tidak pernah pudar. Sesekali dia melihat ke arah Nathan yang masih setia duduk di kursinya dan memperhatikan dirinya begitu seksama. Entah dia mengerti atau tidak apa yang dia bicarakan selama pematerian barusan. Dalam 3 detik telah terdapat 6 orang yang mengangkat tangan. Nirmala menegakkan punggungnya, berdoa dalam hati semoga bisa menjawab pertanyaan dengan bijaksana.
Hingga 20 menit berjalan dengan lancar 1 termin selesai dengan baik dan lancar. Nirmala meneguk sejenak air mineral yang telah disediakan di meja. Termin terakhir akan segera dimulai.
“Baik, terima kasih. Sebelumnya perkenalkan nama saya Deswita Firdaus dari Universitas Pakuan. Izin bertanya, bagaimana jika kita telah memiliki ide dan konsep yang akan kita gunakan untuk menjadi seorang konten kreator, namun hasil yang kita dapatkan tetap stagnan? Jika dikomparasikan dengan apa yang Kak Nirmala alami, itu berbanding terbalik dengan kenyataan. Contohnya, Kak Nirmala atau mungkin konten kreator di luar sana sudah memiliki privilage tersendiri sehingga mudah untuk dikenal oleh publik. Lalu bagaimana bagi kita yang bukan siapa-siapa ini dapat mencapai posisi itu? Terima kasih.”
Privilage?
Nirmala terdiam sejenak. Dia paham betul ke arah mana pertanyaan itu menjurus. Cewek itu berdeham, mengambil microphone dan menatap tepat ke arah si penanya tersebut.
“Saya tahu ke mana arah pertanyaan tersebut, Deswita. Saya akan mencoba menjawab sebisa saya, ya.” Nirmala meneguk ludahnya sejenak. Diliriknya sekilas Nathan yang masih setia mengamatinya. Lalu dilempar tatapannya ke seluruh audiens. “Privilage being famous by surrounded with famous peoples too. I know what’s been happening lately, especially to me. Like, oh si Nirmala mah terkenal karena si A. Nirmala mah terkenal juga karena ikut program ini itu, dan masih banyak lagi. Tapi ada satu hal yang aku sadari, there is not a value from being famous if you’re not influence people with a good things—eh kenapa jadi gado-gado gini bahasanya?”
Orang-orang tertawa sejenak, alhasil Nirmala kembali berdeham.
“Intinya begini. Saya pernah dengar kata-kata seorang penulis. Beliau bilang; ‘teruslah berkarya tanpa melihat angka’. Angka di sini bisa merujuk ke berbagai hal seperti jumlah pembaca, jumlah royalti, jumlah karya yang dia buat, dan lain-lain. Artinya apa? Kalau kalian terpacu dengan angka, let say jumlah followers atau subscriber, kalian gak akan maju-maju.”
Suasana hall hening. Moderator tidak menanggapi. Alhasil Nirmala kembali melanjutkan.
“Aku bukannya sok tahu. Aku sadar namaku muncul karena hal yang sangat memalukan, makin naik lagi karena berita skandal ini itu lah—you named it! But one thing you have to know, menurutku akun Instagramku benar-benar berkembang setelah aku memulai konten edukasi mengenai mangrove. Mengenai hal-hal yang aku kuasai di bidang aku. Karena tujuan utama aku is not being famous, tapi ingin berbagi sekaligus mengenalkan orang-orang tentang apa yang aku pahami dan aku lalui selama bekerja di konservasi mangrove.
“Jadi, kalau kalian hanya berfokus pada masalah; ‘yah, aku bukan siapa-siapa nih, gimana kontenku bisa dilirik orang-orang?’ Oh, come on girl, wake up! Jalanin aja dulu dengan sungguh-sungguh, hasil akan mengikuti. Dan ini berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya mengenai algoritma Instagram, itu juga salah faktor yang mendukung. Struktur serta isi konten yang kalian buat dalam suatu video atau postingan pun itu juga menjadi salah satu faktor lain yang mendukung. Jadi, mulai sekarang, jangan pikirin soal angka, lakuin aja dulu. Jalanin aja dulu. Begitu, Deswita. Semoga menjawab pertanyaannya.”
Sepersekian detik Nirmala mengakhiri kalimatnya, tepuk tangan langsung berdatangan.
“Baik. Apakah pertanyaannya sudah terjawab, Deswita?” tanya Moderator. Beruntung Deswita mengangguk dan memberikan 2 ibu jarinya padanya.
“Oke, pertanyaan selanjutnya!”
Kali ini yang bertanya adalah laki-laki. “Terima kasih atas kesempatannya. Perkenalkan nama saya Fauzan Rahmadi, saya dari Universitas Djuanda, izin bertanya. Seperti yang sudah Kak Nirmala katakan tentang kejadian yang akhir-akhir ini sedang ramai terutama yang terjadi pada Kak Nirmala sendiri, yakni komentar-komentar negatif yang tiap harinya bermunculan di sosial media.”
Anjir lah pertanyaannya out of the box!
“Pertanyaannya, Kak. Bagaimana cara Kak Nirmala mengatasi permasalahan tersebut? Dan tetap memiliki motivasi untuk terus membuat konten yang bermanfaat? Terima kasih.”
Pertanyaan yang simpel dan jawabannya juga simpel. Karena Nathan.
Kalau tidak ada Nathan, dia sudah ngedekok di pojokan karena dibuat mental breakdown oleh congor netizen.
“Okay, pertanyaan yang waw sekali.” Nirmala menoleh sejenak ke arah Nathan. Pria itu mengangguk seraya mounthing; ‘It’s okay. You can do it.’
“Sebenarnya hate comments muncul ada dua faktor. Karena kontennya atau karena hal pribadi. Jika yang dipermasalahkan adalah kontennya, maka hal utama yang harus dilakukan tentu saja adalah klarifikasi, meluruskan hal-hal apa saja yang keliru dan tidak sesuai. Misal, kamu bikin konten tentang teori evolusi Darwin yang mengatakan jika paus atau lumba-lumba dulunya adalah hewan darat yang memiliki 4 kaki, namun karena bumi berevolusi yang tadinya daratan menjadi lautan, maka tubuh mereka juga lama-lama ikut berevolusi. Maka untuk memperkuat konten tersebut perlu dicantumkan sumber jurnal dan artikel yang konkret sehingga konten kamu itu bukan semata-mata membual.
“Namun apabila hate comments muncul karena masalah pribadi ... Seperti yang terjadi oleh saya—” Nirmala tertawa sejenak. Dia menyempatkan diri untuk menoleh lagi ke arah Nathan yang tersenyum sumringah. “—Haduh aku bingung jelasinnya. Kalau aku mau blak-blakan, bagaimana aku kuat nahan hate comments? Ya karena dukungan dari orang-orang yang sayang sama aku. Aku inget banget nasehat seseorang yang sampai sekarang akan selalu aku ingat. Dia bilang, just ignore it. They didn’t know what actually happened.
“Medsos itu ibarat pisau bermata dua. Yang terlihat baik-baik saja, jika sudah masuk ke media sosial bisa terlihat buruk, begitupun sebaliknya. Aku gak memvalidasi bahwa aku bersalah, tapi bagiku yang tersebar di luar sana itu belum tentu benar. Jadi untuk apa aku pusing-pusing mikirin omongan orang yang tidak mengenal kehidupan pribadi aku? Lebih baik aku fokus sama apa yang aku lakukan dan terus berkembang, berkembang, dan berkembang.
“Lagipula kalau pusing memikirkan apa kata orang, gimana kita bisa maju? Lakuin aja dulu. Jalanin aja dulu. Seperti itu ya, Mas Fauzan. Semoga bisa menjawab pertanyaannya.”
Nirmala barusan seperti sedang mengeluarkan unek-uneknya. Tak lama setelah selesai menjawab pertanyaan tersebut, lagi-lagi tepuk tangan diberikan oleh para audiens.
“Baik, bagaimana Fauzan, apakah jawaban dari Kak Nirmala sudah cukup?” tanya Moderator.
“Sangat cukup. Terima Kasih Kak Nirmala!”
“Sama-sama Fauzan!”
* * *
Akhirnya, sesi diskusi selesai. Sesi selanjutnya adalah penyerahan sertifikat sebagai pembicara pertama dalam acara seminar tersebut, dilanjut oleh sesi dokumentasi. Semua orang ricuh perkara Nathan maju ke depan untuk memotret Nirmala di atas panggung.
Setelahnya, Nirmala turun didampingi oleh panitia humas, Nathan segera menghampiri Nirmala dan menuntunnya kembali ke ruang tunggu. Para audiens (terutama cewek-cewek) sedari tadi sibuk dengan ponselnya untuk merekam momen-momen antara Nathan dengan Nirmala. Sebab, orang bodoh pun juga pasti akan tahu hubungan mereka berdua itu apa?
Teman? Ya kali!
Teman mana yang tiba-tiba datang merangkul pinggang ceweknya dan mengecup keningnya?!
Percaya deh, Nirmala itu sudah masang muka badak. Dia yakin 100% sehabis ini Instagram, TikTok dan X akan ramai oleh video paparazi yang bukan paparazi lagi tentangnya dan Nathan.
Yeah, semoga saja dia baik-baik saja.
“Terima kasih banyak Kak Nirmala, Kak Nathan udah mau turut berpartisipasi dalam acara Seminar Speaking and Career 2027!” ucap si ketua pelaksana seminar tersebut.
Nirmala dan Nathan tersenyum antusias. “Sama-sama Aldian. Makasih juga udah undang saya. Mohon maaf ya, kalau saya masih banyak kurangnya,” ujar Nirmala.
“Pemateriannya keren banget, Kak! Diskusinya pun juga gak kalah menarik! Apalagi tadi antusiasme peserta heboh banget pas Kak Nathan dateng gabung duduk sama audiens.”
Nirmala menoleh ke arah Nathan, hendak menerjemahkannya secara singkat, namun cowok itu menggeleng. “Aku paham kok, Sayang.”
Benar-benar emang Meneer satu ini! Sengaja banget dari tadi!
Dia gak sadar apa, kalau barusan manggil Nirmala ‘sayang’ di hadapan banyak orang?!
“It’s honor for me,” ucapnya seraya tersenyum membuat para panitia yang perempuan ikutan mesem-mesem karena pesonanya.
Akhirnya ya sudah. Mereka melakukan sesi foto bersama, bahkan Nathan dimintai tanda tangannya. Setelahnya mereka pulang, kembali ke parkiran.
“So, what now?” tanya Nirmala.
Nathan mencurutkan bibirnya, tanda jika dia sedang berpikir. “I don’t know. Maybe ... Let’s go on date?”
Nirmala nyengir lebar. “I know where the place we have to go, Baby. That’s really hidden gem. And no one know about it!”
“Cool. Let’s go, Liefje.”
* * *
Note:
*Liefje: sweetheart.
Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Sincerely, Nanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top