11 | Unexpected

Menjadi influencer dan dikenal banyak orang itu gak selamanya enak.

Sekarang followers Nirmala sudah mencapai 150 ribu. Dia yakin sebentar lagi bisa nembus 200 ribu. Haruskah dia mengunci akun instagramnya? Dan berhenti membuat konten meskipun bisa dibilang sebenarnya dia ini juga jarang sih buat konten.

Beberapa menit selesai live diskusi kemarin malam, lagi-lagi namanya kembali disebut oleh banyak orang. Meskipun hanya dari kalangan penggemar Timnas (terutama Nathan) dan juga penggemar Jevais saja. Tapi bayangin deh, anak sekecil Nirmala harus bertarung dengan para fans dua orang paling diidolakan di Nusantara. Ibarat mereka adalah kerupuk dorokdok, Nirmala hanya remahan rengginang.

Yang bisa Nirmala lakukan adalah tentunya menerima semua komentar kebencian tentangnya. Lagi-lagi cewek itu dibilang panjat sosial lah, cewek pick me lah, cewek gatel, bahkan ada yang bilang Nirmala pake susuk makanya Jevais kepincut dan Nathan yang dari dulu gak bisa move on lalu maksain balikan meski beda agama.

Yeuuu Jamilah! Lu aja kagak tau kan, kalau sekarang cowok idaman lu udah seagama sama gue!—ingin banget Nirmala jawab begini. Tapi tidak jadi sebab tidak mau memperkeruh keadaan.

Akhirnya apa?

Apa lagi kalau bukan scroll komentar di akun penggemar tersebut (lantaran orang-orang tidak bisa berkomentar di akunnya karena sudah dia batasi), melihat para netizen yang baik hati bebas berpendapat tentang dirinya yang tidak-tidak.

Ting!

Pukul 16.00 WIB. Nirmala bersama yang lain turun menggunakan lift menuju lobby. Beberapa ada yang turun di basemen karena memang memarkirkan kendaraannya di sana. Nirmala sendiri sedang tidak membawa mobil karena tiba-tiba merasa males menghadapi macet saat pikiran dan raganya sedang merasa kalut dan ingin terhindar dari aura negatif. Jadi, jangan sampai hanya karena macet membuat semuanya menjadi runyam.

“Naik ojek atau taxi, Nir?” tanya Rafah.

“Ojek.” Nirmala kini sudah pakai jaket, rambutnya dia gulung dan sepatu heels 7 cm-nya sudah dia ganti dengan sendal jepit. Dia siap menerjang macet bersama abang ojol selama 45 menit ke depan.

“Tumben? Biasanya bawa mobil.”

“Lagi males.”

Akhirnya mereka pun sampai di lobby. Nirmala dan beberapa orang lainnya keluar dari lift. Setengah dari mereka lanjut ke parkiran, setengahnya lagi ada yang pergi jalan kaki ke halte terdekat dan menunggu jemputan.

Nirmala berdiri di samping Rafah yang juga sama-sama memesan ojek online. Di aplikasinya, si Abang ojek akan datang kira-kira 5 menit lagi. Sambil menunggu, dia memasang earphone di telinganya, dan memutar lagu.

Drrt drrt drrt!

Tiba-tiba ada pesan masuk dari Nathan.

Nathan Chu 🖤
|Be ready. I’ll be there.

Kening Nirmala mengernyit. Dia menatap pesan tersebut dengan penuh tanda tanya. Sepertinya Nathan salah kirim.

|Did you send it wrong?
|Where are you going? Harold’s apartement?

|Ofc pick you up.
|Hang on.

Mata Nirmala terbelalak. Refleks dia mendongak melihat pintu masuk gedung yang tak lama muncul mobil Rubicon hitam milik cowok itu. Nirmala dibuat membeo kala mobil itu perlahan mendekat dan berhenti tepat di depan lobby. Beberapa orang terlihat kebingungan mendapati mobil mewah nyangsang di hadapan mereka.

Nirmala belum siap merespon apa-apa, saat Nathan sudah lebih dulu turun dan datang menghampirinya yang masih berdiri terdiam kayak orang tolol. Nathan mengenakan celana jeans hitam dengan kaus yang senada. Rambutnya dia sisir rapih. Senyumnya melebar kala dia datang mendekat dan merentangkan tangannya untuk memeluknya. Bodohnya, Nirmala belum bisa bereaksi apa-apa.

Dia speechless. Dia gak expect ini bakalan terjadi. Ini beneran?!

Tetapi saat Nathan benar-benar memeluknya, perasaan denialnya seketika luntur. Ini beneran Nathan! Cowok yang dari kemarin-kemarin bilang tidak bisa datang ke Jakarta dan hanya akan pergi memperkuat Timnas ke Arab.

Sadar dengan keadaan, yang kini semua mata memandang ke mereka. Buru-buru Nirmala membalas pelukan Nathan dan berbisik. “Nathan, jangan di sini. Banyak orang!” katanya.

Beruntung Nathan segera paham dan menuntun cewek itu masuk ke dalam mobil. Nirmala menyempatkan diri menyapa beberapa orang dan pamitan jika mereka duluan pergi.

Di mobil Nirmala masih terdiam, menatap Nathan yang sibuk dengan setir kemudi. Cewek itu masih berpikir; ‘Apakah ini nyata??’

“Sayang, it’s me! I’m real!” Nathan mengusap kepalanya.

Nirmala masih belum merespons. Cewek itu alih-alih memegang tangan Nathan yang ada di atas kepalanya dan meraba-raba.

“Mala.”

Why so suddenly?!” tanyanya, lalu tanpa pernah Nathan duga cewek itu memeluknya erat dari samping bahkan mencium pipinya. Kebetulan Nirmala belum memasang sabuk pengamannya. “Kayak liat setan aku tadi, tau gak?!”

Nathan mengernyit. Tidak paham.

Buru-buru Nirmala men-translate kalimatnya barusan. “I thought that you’re a ghost, Naith!”

Cowok itu terkekeh, dan membalas pelukan Nirmala dengan mengelus kepalanya lagi. “It’s me, Nirmala. Your fiance.”

Akhirnya Nirmala melepas pelukannya dan kembali duduk dengan benar. “You didn’t answer my question? Why you suddenly come? What happened with your club? This is too early for the match. And ... And you said you’ll go ahead to Saudi Arabia.”

Nathan menggaruk dagunya. “Well, suprise?”

“Aku serius, Naith! There’s not a problem with your club, right?”

“Iyaa. Everything is fine. There is no schedule until October.”

“Beneran?”

“Beneran, Mala.”

Nirmala menghela napas  sejenak. Menatap jalanan yang perlahan mulai padat. “How long you’ll stay in Jakarta?” tanyanya.

Until Sunday. I will flight to Saudi Arabia in Monday.

“Oke” Cewek itu mengangguk kecil. “Ayo kita pacaran!”

Nathan terkekeh. “Put your seat belt first.”

* * *

Sebenarnya, Nirmala tidak paham apa tujuan Nathan sebenarnya mengajaknya makan cantik di restoran yang terletak di atas rooftop yang menyuguhkan pemandangan pencakar langit kota Jakarta. Restorannya terbilang cukup ramai, karena dibuka untuk umum. Soalnya ada beberapa orang yang menyadari keberadaan Nathan dan satu-dua orang tidak sungkan untuk mendekat lalu meminta berfoto dengan idolanya.

Kalian mau tahu bagaimana reaksi mereka saat tahu Nathan datang tidak sendirian, melainkan bersama Nirmala? Ekspresi mereka benar-benar menunjukkan; Judging this people so hard’ padanya.

Nirmala jadi kikuk. Kalau menerima komentar pedas di media sosial sih dia masih bisa tahan banting. Tapi kalau secara langsung seperti ini, mana tahan?

Paham dengan situasi yang mendadak tidak enak, Nathan langsung merangkul pundak Nirmala dan mengelusnya perlahan. “Don’t be rude with her. She’s my beloved girl.”

Alamak!

Nirmala melotot. Dua orang di hadapan mereka juga melotot. Nathan hanya tersenyum santai seperti orang yang tidak punya beban. Alhasil karena tidak tahan, tangan Nirmala terangkat dan mencubit kecil punggung cowok itu, yang membuat Nathan refleks mengaduh kesakitan. Sebisa mungkin Nirmala tersenyum ramah pada dua orang di hadapannya, lalu melotot galak ke arah Nathan.

Beruntung dua orang itu pun segera pamit undur diri.

Kini mereka duduk di meja panjang yang berada di pinggiran balkon, mengarah langsung pada pemandangan perkotaan pada saat jingga menyapa. Nathan sedari tadi hanya menatap Nirmala saat cewek itu sibuk memesan makanan pada pelayan yang menghampiri mereka, sesekali mengangguk saat Nirmala bertanya kembali untuk memastikan pesanannya.

Setelahnya mereka saling diam. Nirmala sibuk melihat bangunan pencakar langit, sedangkan Nathan sibuk melihat gadis kesayangannya ini. Dia sangat merindukannya, melihatnya secara langsung seketika rasa sesak di hatinya hilang entah kemana. Cowok itu sangat senang, saking senangnya dia sampai tidak sadar tersenyum seperti orang gila.

“Biasa aja lihatinnya! Nanti ada orang iseng videoin kita!” ujar Nirmala ketus.

Nathan mengernyit, tapi kurang lebih dia paham apa yang barusan cewek itu bilang. Alhasil cowok itu menoleh ke belakang dan mendapati beberapa orang tengah memandangi mereka. Hal tersebut berhasil membuat Nathan tersenyum miring seraya kembali menatap Nirmala. “No one recording us.”

Nirmala menghela napas lelah. Jujur, cewek itu tidak berani liat ke belakang. Punggungnya terasa perih karena feeling-nya mengatakan jika ada (mungkin 5-10 orang) yang melihat mereka dan mencibir untuknya. “Yes it is, Sayangku, cintaku, permata hatikuu!” ujar cewek itu sarkas seraya menoleh menatap tunangannya.

Ditatap dengan alis yang menukik, entah kenapa justru bagi Nathan Nirmala terlihat menggemaskan. Alhasil cowok itu iseng mengacak-acak rambutnya hingga membuat cewek itu menepis tangannya dengan kesal.

Okay, I’m sorry. Should we just move to another place?” tawarnya. Paham jika cewek itu tidak nyaman dengan restoran pilihannya ini.

We already order the food. What do you mean?”

We can take away.”

Nirmala mendengkus, kemudian menggeleng. “Gak usah. Di sini aja.”

Mereka kembali terdiam. Nathan sedikit menyesali keputusannya yang memilih tempat ini. Tapi di sisi lain dia memang sengaja mengajaknya kemari agar memperlihatkan serta membungkam kepada orang-orang jika Nirmala tidak memiliki hubungan dengan siapapun selain dirinya. Kalau bisa sekalian agar orang yang bernama Jevais itu tahu diri untuk berhenti mendekati tunangannya.

“Naith, next time, if we’re hang out in Indonesia. Just let me choose the place, okay?” ucap Nirmala.

Why?”

“Pake nanya lagi!” ketusnya. “You’re the most haunted man in here. All eyes on you!” lanjutnya.

Nathan terlihat sedang berpikir.

If netizen find out that you’re hang out with me, they would—”

Give us some hate comments?” potong Nathan. Nirmala terdiam, sebab memang itu yang ingin dia katakan. “Mala, did you still remember what I said? They didn’t know what actually happened. Just let it flow, show them without telling. Like we’re doing right now.”

Nirmala berdecak. “You said like it’s easy things to do.

Nathan menghela napas. “I’m not saying that easy, Mala. Maybe it’s hard for us. But hard to do it doesn’t mean impossible, right?”

“...”

So I want to be there for you. If you’re fall, I fall. If you’re rise, I will definitely do the same thing.”

Nirmala mencurutkan bibirnya. Dia menatap cowok itu yang sedari tadi terus menatapnya. Mata hazelnya terlihat semakin indah saat terkena cahaya senja di ufuk barat. Nathan jika sudah berbicara topik pembicaraan yang berat, bisa berubah jadi cukup bawel. Dia sendiri juga bawel sih anaknya.

“Okeh.”

Okay apa?” tanya Nathan. Cowok itu membetulkan anak rambut Nirmala yang berantakan.

Yolo. Chill. Ignore what people said. Show what we are without telling!” ucap Nirmala, niat gak niat.

But, Babe. I think it’s okay if you want to tell everyone.”

No! Big no!”

“Kenapa?”

“Nggak mau! Kasih tau orang-orang atau nggak, mereka juga udah pada tahu!”

Nathan mengangguk-angguk. Benar juga.

* * *

Sisi lain dari seorang selebgram dan konten kreator adalah menumpuknya barang-barang tidak terpakai namun masih layak digunakan di apartemennya.

Nirmala ini tipikal cewek yang picky soal outfit. Gak jauh-jauh dari style downtown/y2k, minimalis dan vintage. Sedangkan mostly brand-brand pakaian yang meng-hire jasanya itu kebanyakan pakaian-pakaian cewek kue. Entah mulai dari cardigan dengan warna pastel, celana kulot varian koleksi warna pink, hingga blus ala bunga-bunga yang tidak semuanya masuk kriteria Nirmala. Alhasil, dia hanya memakainya 1 varian saja dari banyaknya varian yang dikirim padanya, sisanya dia taruh di samping lemari.

Membiarkannya menumpuk hingga banyak, lalu setiap beberapa bulan sekali akan dia bagikan barang-barang pre-loved tersebut pada followers-nya.

Biasanya dia akan mengadakan live (sengaja melalui live, sebab Nirmala tipikal orang yang paling irit bikin story) untuk me-review barang-barang yang akan dia berikan, dan siapa yang paling cepat mengirim pesan ke kontak yang telah tersedia, maka orang itu yang akan dapat barangnya. Satu orang hanya bisa dapat maksimal 2 item.

Baik sekali bukan, Nirmala sama followers-nya?

“Haloo, selamat malam semuanyaa! Ini udah hampir 2 bulan yang lalu terakhir kali gue live buat bagi-bagi barang-barang pre-loved. Terakhir skincare sama make-up. Sekarang baju, celana sama ada sedikit sandal.”

Nirmala membuka live tersebut dengan riang. Syukur orang-orang menyambutnya dengan baik dan excited.

“Oke, seperti biasa ya temen-temen. Kalian bisa kirim nama, username IG, nomor telepon dan alamat ke kontak yang ada di bio gue di setiap sesi. Gratis ya temen-temen, kalian gak perlu bayar, hanya perlu rebut-tebutan siapa yang paling cepat dia dapat.” Nirmala membetulkan sejenak posisi kamera ponselnya yang terpasang di tripod, seraya membaca beberapa komentar yang berdatangan.

“Kak, berapa item ... Umm ada 65 item—eh, by the way kalau start dari jam 8 keburu gak ya sampe beres? Kemaleman gak buat kalian?” tanya Nirmala.

Komentar terus berdatangan. Ada yang bilang gas aja sampai selesai, ada juga yang bilang bagi dua sesi saja takutnya kemaleman.

“Pasti lama sih. Gue besok pagi ada acara ...  acara seminar di IPB D3,” ucap Nirmala pada para followers-nya. Cewek itu tersenyum manis saat melihat ada beberapa komentar yang mengatakan jika dia adalah salah satu peserta seminar yang Nirmala maksud. “Iya. Seminar dari jurusan komunikasi, Speaking and Career.”

“Seminar? It’s seminarie?”

Atensi Nirmala yang tadinya fokus pada layar ponsel langsung teralihkan pada seorang cowok yang tengah duduk di hadapannya—tepat di belakang ponsel cewek itu—menemaninya melakukan live.

“Wow. Another similar word,” ucap Nirmala, lalu terkekeh. Sebab ini sudah kesekian kalinya mengetahui banyak kosa kata bahasa Indonesia yang mirip dengan bahasa Belanda.

Where?” tanya Nathan.

Nirmala melupakan sejenak live Instagramnya yang mulai ramai akan komentar.

“Di itu loh Yang, the building next to the library. The place when you try Sempol for the first time.”

Near station?” tebak Nathan memastikan.

“Iya. Do you want to accompany me?” tanya Nirmala tersenyum jahil.

Nathan balas tersenyum kecil. “Sure. When is it?”

“10 am. So probably we have to go from Jakarta at 8.”

Alright. I’ll pick you up soon.”

Percakapan mereka selesai. Nirmala kembali fokus pada live Instagram-nya yang kini penontonnya nyaris 7 ribu orang. Mulut Nirmala membeo, saat membaca komentar yang tak berhenti-henti bergerak. Bukannya bertanya mengenai barang yang akan cewek itu kasih, mereka malah menanyakan Nathan.

Siskaar
Itu siapa?!?! Nathan?!

Geodanii
SPILL MUKA NATHAN PLIS?!?! DIA UDAH SEMINGGU GAK UPDATE STORY!!!

Dinfrau22
Nathan lu on frame gak??!

Jejezze_
Nathaaaan😭😭😭

Araaghani
Kaakk ajak Nathan nge-live juga dong??

Nirmala goblok!

Bisa-bisanya lupa kalau lagi nge-live. Ah, bodo amat lah, anying!

“Oke, takutnya makin kemaleman, kita mulai sesi pertama yaaa. Ada blus bahan linen warna peach, baby blue dan kuning muda. Ukuran ... Ukuran M, lingkar dada 85 panjang 60 cm. Cocok buat dipake kerja, nge-date, atau nongkrong cantik juga bisa!” kata Nirmala. Menghiraukan komentar berisik yang menanyakan tentang; mana Nathan, mana Nathan.

“Bisa langsung chat aku di menit 20.10, jangan lupa kasih tau varian warnanya apa, yaa.”

Hingga akhirnya 1,5 jam kemudian berlalu. Sesi terakhir pun selesai, Nirmala sedang mengecek catatan siapa aja yang mendapatkan item yang mereka inginkan. Namun terhenti saat Nathan tiba-tiba berdiri dari sofa dan mengenakan topinya. Cewek itu menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah 10. Nathan harus segera pulang ke apartemennya.

Cowok itu memberikan tatapan yang mengisyaratkan jika dia akan pulang. Buru-buru Nirmala menaruh catatan dan tab-nya di lantai. “Tunggu sebentar, temen-temen!”

Nirmala berdiri menjauhi kamera dan memeluk Nathan. Mengalungkan kedua lengannya pada leher cowok itu yang kemudian dibalas dengan Nathan yang juga mengalungkan tangannya pada pinggang Nirmala. Nathan mengelus punggung cewek itu seraya mengecup keningnya.

“Hati-hati, jangan meleng naik mobilnya!” ucap Nirmala.

Nathan mengangguk. Lalu setelahnya dia pergi dari unit apartemen Nirmala.

I love you!” ucap Nirmala.

Cowok itu menoleh dan tersenyum. “I love you more.

* * *

Note:

Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top