J_A - Kesembilan
🔊 Perhatian ... perhatian ....
Dimohon untuk tetap meninggalkan jejak saat anda akan, sedang, ataupun selesai membaca.
Mohon maaf atas typo-nya
Terima kasih 🙏.
||
Garjas hari ini, kujalani dengan penuh semangat. Bagaimana tidak? Setelah sekian lama, akhirnya siang nanti aku akan berkunjung ke rumah orangtua Mitha. Tentu saja bersama Papa dan Mama, serta tak lupa Zain dan Arisya.
🚗🏘🚗
#13:48
Ba'da sholat Jum'at, kami bersiap menuju kediaman keluarga Atmoko.
Kemeja flannel biru, celana berbahan denim coklat susu, dan tak lupa jam tangan 'Swiss Army' khas prajurit telah melekat di pergelangan tanganku. Pakaian seperti ini, kurasa cukup membuatku terlihat sopan namun santai dan tak terkesan kaku.
Tak bisa kupungkiri, selama perjalanan jantungku terus berdegup kencang. Hampir tak ada bedanya, ketika aku pertama kali ditugaskan menjaga kedaulatan negeri ini.
Bismillahirrahmanirrahim. Yaa Allah ... semoga niat baikku bisa diterima dengan baik juga oleh mereka. Aamiin yaa rabbal'Aalamiin ....
"Yang mau ketemu calon mertua, kok ndak ada suaranya ya, Pa?!" goda mama.
"Orangnya sih, di sini! ... sama kita. Apa mungkin suaranya ketinggalan di batalyon ya, Ma?"
Candaan yang dilontarkan mama dan papa, sedikit membuat rasa gugupku memudar. Yang kuyakini hanya bertahan sementara saja.
"Papa sama Mama ini, ada-ada aja!" Aku tersenyum menanggapi gurauan mereka.
"Habisnya kamu itu mau ke rumah calon, tapi tegangnya kayak waktu pertama kali masuk 'lembah tidar'!" ujar papa mencibirku.
🔈🔉🔊
🎼Sudah berapa lama aku menunggu jawaban darimu
Sampaikah kepadamu kata-kata yang ku rangkaikan
Agar kau tahu perasaanku yang telah lama terpendam
Inilah yang ku rasakan
....
Lagu berjudul 'Bicara' milik The Overtune, mengalun perlahan dalam mobil. Seakan mewakili perasaanku yang telah tersimpan selama ini, terhadap Mitha.
Hingga sampailah kami di depan kediamannya. Rumah tiga lantai, bergaya 'Minimalis Futuristik' ini, terlihat begitu asri dengan adanya taman-taman yang tersebar di segala sisi.
Zain yang menekan bel. Tampak wanita paruh baya yang sekilas wajahnya kukenali, keluar melalui pintu garasi. Mbok Nah! Ya ... beliualah pengasuh Mitha sejak kecil.
Pada saat pintu pagar terbuka ... "Assalamu'alaikum!" sapa Arisya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakatuh. Eh ... Mbak Arisya sama Kakak Zain. Udah lama ndak main ke sini?" tegur beliau, sambil tersenyum kepada kami semua.
"Lama apanya sih, Mbok?! Wong minggu lalu, juga dari sini!" jawab Arisya sambil merangkul Mbok Nah.
Beliau menunjukkan pada kami, arah menuju ruang tamu. Bertepatan saat pintu utama terbuka ....
"Assalamu'alaikum ... Mas Surya!" Papa mengucap salam, ketika melihat sang empunya rumah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakatuh. Masya Allah! Mas Harlan! Sehat, Mas?" Om Surya memeluk Papa.
"Alhamdulillah. Anak-anak sudah besar-besar, ya?"
"Alhamdulillah. Mbak ... apa kabar?" Sapa beliau sambil menjabat tangan Mama. Kemudian dilanjutkan olehku, lalu Zain. Sebab, Arisya sudah lebih dulu masuk ke ruang keluarga.
"Mam! Sudah datang nih, tamu jauh nya!" beritahu Om Surya. Lalu, "mari Mbak, Mas ... dicicipi kuenya!" Beliau mempersilahkan kami.
"Assalamu'alaikum" sapa Tante Lirih, yang langsung memeluk Mama. Lalu bersalaman dengan yang lainnya. "Ya Allah! Sudah puluhan tahun, kita nggak ketemu!" sambung beliau dengan ramah dan santai.
"Iya, Mbak. dari anak lanang umur sepuluh tahun, sampai sekarang baru ketemu lagi!" jawab Mama, sambil menepuk bahuku.
~~~
Papa berdeham, ingin memulai obrolan yang lebih serius. "Begini Mas Surya dan Mbak Lirih ... sebelumnya kami mohon maaf. Jika kami tiba-tiba datang kesini dengan maksud dan tujuan tertentu, yang mungkin sudah disampaikan Nak Zain beserta istrinya." Setelahnya Papa melihat ke arahku. Orang tua Mitha, mengangguk bersamaan.
Kini saatnya aku yang akan menyampaikan semuanya. "Om, Tante! Perkenalkan ... saya, Arganindra Mahameru. Putra pertama dari Bapak Harlan Baskara dan Ibu Indira Gayatri, bermaksud untuk meminang Damithara. Siap salah, jika saya lancang. Saya harap Om dan Tante, berkenan menerima niat baik saya." Rasanya saat ini nafasku tercekat di antara rongga dada.
Om Surya menarik napas dalam ... "Terima kasih, Mas Harlan dan Mbak Indira sudah meluangkan waktu untuk menyambung tali silaturahmi dengan keluarga kami. Untuk nak-"
"Panggil saja Andra, Om!" selaku.
" ... Ya, Nak Andra. Hati orang tua mana yang tidak bahagia, saat ada lelaki yang melamar anaknya. Masyaa Allah! Alhamdulillah. Kami sungguh bersyukur. Tapi sebagai orang tua, kami juga harus mempertimbangkan perasaan Mitha, putri kami. Ada hal penting yang harus Nak Andra tau, sebelum bertemu dengan Mitha. Mitha yang sekarang, adalah sosok yang berbeda!" tukas Om Surya. Kulihat Tante Lirih, tampak menyeka air matanya.
"Mencintai seorang pria, membuat trauma yang mendalam bagi putri kami. Dokter menyatakan Mitha mengidap PTSD**. Dia akan bereaksi berlebihan jika ada yang menanyakan tentang lamaran atau pernikahan terhadap dirinya. Dia bisa benar-benar terdiam membatu bahkan seperti tidak bernapas. Apa Nak Andra siap? Menghadapi Mitha yang seperti ini!" sambung beliau.
*** PTSD adalah kondisi mental di mana Anda mengalami serangan panik yang dipicu oleh trauma pengalaman masa lalu. Bisa menjadi emosional yang tidak terkontrol atau berdiam hingga kaku tak bergerak. Mengalami kejadian traumatis merupakan hal yang berat bagi siapapun. Faktor utama penyebabnya adalah peristiwa yang menyakitkan atau mengejutkan, seperti kecelakaan, rasa kehilangan yang berlebihan, insiden yang mengancam nyawa, atau perang. Ia mungkin memikirkan kejadian traumatis ini sepanjang waktu dan hal ini dapat mempengaruhi kehidupannya. ***
Aku terdiam sesaat. Tak terbesit ragu sedikitpun di hatiku. Kutarik nafas lalu kuembuskan perlahan. Bismillahirrahmanirrahim! Yaa Allah ... mampukan hamba untuk bisa melalui semua ini.
"Saya, siap! Asalkan Om dan Tante, memberikan izin!" jawabku lugas.
"Kami selaku orang tua menerima saja. Yang harus kita lakukan adalah meyakinkan Mitha, tentang niat Nak Andra," pungkas Om Surya.
"Alhamdulillahi rabbil'aalamiin!" ucap kami semua bersamaan. Tak hanya Tante Lirih dan Mama yang menangis. Arisya pun ikut menangis memeluk Tante Lirih.
"Alhamdulillah ... ya, Mam. Insyaa Allah, Mas Andra bisa membahagiakan Mitha!"
"Semoga ya, Sya. Niat tulus Nak Andra bisa meluluhkan hati Mitha!"
.
.
.
To be continued ....
🔽🔽🔽🔽🔽🔽🔽🔽🔽
Hayooo ada yang nungguin Mas Andra nggak?
Rencana apa yang bakal dipake Mas Andra buat naklukin Mitha?!
Jangan lupa vomentnya ya, biar lebih semangat nih!
Makasih, Friends ...🙏.
Pc : ²7juli 2019
Published -> 27.7.19 21:00
Revisi 18.04.20
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top