1. Prolog

Ketika pintu yang berabad-abad lamanya tidak pernah dibuka tanpa seorangpun yang tahu keberadaannya, kini terbuka dengan sejuta misteri, keindahan serta petualangan didalamnya.

Purwokerto 2019

Suara gesekan sapu lidi yang diayukan oleh Narisa saat membersihkan daun-daun kering yang berguguran akibat angin pagi yang berhembus kencang, ditambah dengan luasnya halamam milik alm neneknya yang berukuran 3×10 M yang di hias dengan dua pohon mangga di dua sudut halaman dan sepetak tanaman cabai yang disanggah bambu agar tanaman tersebut tetap berdiri. Membuat gadis itu merasa lelah.

Dihari kedua liburan semester 2 dan menjelang ulang tahunnya yang ke-20, Narisa habiskan waktu paginya dengan membersihkan rumah alm neneknya yang sudah lama meninggal setahun yang lalu akibat sakit yang dideritanya.

"Akhirnya selesai juga!" Ujar Narisa saat meletakkan sapu lidi yang selesai ia gunakan ke dalam gudang yang dekat dengan pohon mangga disudut kiri halaman.

Ditatapnya matahari yang bersinar namun tidak menyilaukan mata membuat Narisa bisa melihatnya dengan jelas. Selang beberapa detik perutnya tiba-tiba berbunyi bertanda minta di isi. Lantas, dengan cepat ia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya.

Namun, sesampainya di dapur ia hanya menemukan satu butir telur ayam dan sayur sawi serta susu kotak rasa cokelat yang kelihatannya sudah mendekati masa kadarluasa di dalam lemari pendingin. Melihat kondisi persediaan makanannya yang hanya bertahan untuk pagi ini, Narisa lantas  mengambil telur tersebut berserta sayur sawi untuk membuat telur dadar sawi goreng. Suara gemericik minyak langsung terdengar di indra pendengarannya setelah telur berisi sayur sawi  yang sudah ia kocok berenang didalam wajan, sambil bersenandung kecil dan menunggu masakannya jadi ia segera menyiapkan satu piring dan satu gelas kaca  diatas meja makan yang kemudian menuangkan susu kotak ke dalam gelas dan setelah itu membuangnya ke tempat sampah. Takut telurnya gosong Narisa cepat-cepat mengangkatnya lalu mematikan kompor. Setelah meletakkan dan mengambil nasi ke atas piringnya yang sudah terlebih dulu hadir telur sawi goreng lalu membawanya ke meja makan. Selesai makan dan mencuci kembali piring serta gelas yang ia gunakan tadi ke rak piring, Narisa lantas mengambil kunci motor  yang digantung diatas dispenser lalu beranjak keluar.

Sesampainya di toko swalayan didalam keranjang belanjaan yang hanya berisi beberapa belanjaan, gadis itu berdiri di depan rak mie instan dengan ekspresi bingung memilih mie yang menurutnya sangat enak.

"Hm..yang mana ya!" Matanya melirik ke kiri dan ke kanan, setelah itu turun. 30 menit kemudian ia berhasil menentukan pilihannya dan mengambil mie instan rasa Bolognes dengan jumlah yang sangat banyak. Gadis itu lantas membawa keranjangnya ke meja kasir lalu membayarnya.

.
.
.
.
.
.
"Ng..siapa itu yang berhenti didepan rumahku?"tanyanya pada diri sendiri saat melihat dua orang berdiri didepan rumahnya beserta motor matik yang terparkir didepan rumahnya
Saat Narisa mendekati mereka barulah ia mengetahui bahwa dua orang tersebut adalah Kak Raffah dan Rara; sepupu Narisa dari Surabaya. Setelah gadis itu mengajak sepupunya masuk dan membiarkan mereka istirahat sejenak hingga malam tiba.

"Hari ini Kakak sama Rara sengaja kesini untuk mengisi liburan sambil nemein kamu di sini! Pasti kamu kesepian!" Jelas Kak Raffah saat mereka bertiga berada di meja makan untuk makan malam. Walau menu hari ini adalah mie instan rasa Bolognes yang Narisa beli tadi siang.

"Iya, nggak apa-apa. Narisa sebenarnya juga sangat senang dengan kedatangan kalian disini! Kebetulan Narisa juga baru liburan semester kok!" Timpal Narisa gembira.

Malam sudah semakin larut, Kak Raffah segera menyuruh adik dan sepupunya untuk tidur agar tidak kesiangan. Narisa dan Rara mengangguk menurut dan kembali ke kamar masing-masing.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top