3 - Jam Kosong

Surganya anak sekolah selain hari libur adalah jam kosong. Reira mengelompokkan anak-anak di kelas ke dalam lima golongan. Ada golongan siswa tumor alias tukang molor yang mengisi waktu dengan menyatukan tiga kursi lalu rebahan, atau menempelkan pipi ke meja dan langsung terbang ke alam mimpi. Ada juga golongan anak-anak rajin yang belajar di dalam kelas atau pergi ke perpustakaan, hal yang tidak mungkin gadis bersurai hitam itu lakukan.

Beberapa anak laki-laki masuk ke dalam golongan anak pecinta olahraga yang akan bermain bola di lapangan dan berakhir kena hukuman karena mengganggu pelajaran. Lalu ada juga golongan anak-anak wifi yang rela lesehan di koridor demi sinyal yang lebih lancar dan men-download drama Korea atau anime, lalu nobar bersama di belakang kelas.

Akan tetapi, Reira bukan bagian dari golongan-golongan di atas, ia termasuk anak yang menghabiskan jam kosong dengan nongkrong-nongkrong cantik entah itu di depan kelas, taman, kantin, atau toilet sekalipun. Bersama partner paling setianya dalam hal keburukan, Zidan dan Nazril, kali ini mereka memilih kantin sebagai tempat bergunjing.

Mereka sok-sokan nongkrong di kantin, padahal nyatanya cuma pesan air mineral doang. Suasana kantin yang lenggang membuat mereka merasa bebas bergosip. Namun tetap sebisa mungkin menjaga suara di volume normal agar tidak menarik perhatian guru piket dan berakhir membersihkan gudang.

"Kalian tahu cewek kelas X IPA 3 yang badannya bongsor?" Nazril membuka percakapan, pemuda itu memasang raut serius. Serius siap gibah maksudnya.

Siapa yang bilang cuma cewek yang jago gosip? Cowok juga sama aja, tapi levelnya emang kadang lebih tinggi. Misalnya, kalau cewek menggosipkan hal sesepele baju siapa yang lebih bagus, cowok biasanya berbagi info cewek mana yang mudah diajak pacaran alias gampangan.

Kebanyakan cewek gagal move on biasanya suka memusuhi orang yang berpacaran dengan mantannya, berbanding terbalik dengan lelaki yang malah menawarkan mantan pada temannya. Reira kadang merasa bersyukur bisa berteman dengan dua cecunguk di hadapannya karena dia jadi bebas dari cap murahan. Jangankan pacaran, merasakan jatuh cinta pun ia baru sekarang.

Ya, setelah bersemedi selama tiga hari dan mandi kembang tujuh rupa, gadis itu sudah yakin bahwa ia jatuh cinta pada Ardi Nugraha, malaikat penolongnya.

"Enggak, kenapa emang?" Zidan bertanya penasaran. Matanya terkadang melirik ke arah lorong, berharap ada gadis cantik yang lewat untuk ia goda.

"Kemarin dia nyatain cinta sama Ferdi, di depan umum pula. Salut! Berani banget dia. Walau hasilnya sudah kita ketahui, bocah yang mulutnya sariawan setiap hari itu mana pernah buka suara. Dia pergi gitu aja. Gila man, gue aja sebagai cowok ngerasa kesel. Tapi kenapa banyak banget yang suka sama dia? Sedangkan gue yang ganteng dan baik hati ini tidak pernah ada yang melirik?" Ujung-ujungnya bocah satu ini malah curhat, membuat Reira melemparinya dengan gumpalan tisu dan Zidan tertawa terbahak-bahak.

"Apa gue bilang, lo kalau mau laku harus pandai merayu hati cewek kayak gue." Zidan membenarkan kerah bajunya sombong, ia menempelkan punggung pada kursi lantas menatap dua orang jomlo di depannya rendah.

Reira yang sedang curi-curi pandang pada freezer di dekat ibu kantin dan berharap dua orang di depannya peka untuk membelikan ia es krim rasa vanilla pun menoleh cepat, lalu mengulurkan tangan untuk mencekik leher Zidan. "Jangan ajarin Nazril gue yang polos ini hal-hal bodoh kayak gitu!"

"Sejak kapan dia jadi milik lo?" Zidan mengejek. "Lagipula sejak kapan Nazril polos, dia sebelas dua belas sama setan!"

Gadis di hadapannya hanya mendengus tidak percaya, lalu kembali duduk saat merasakan tatapan aneh Nazril padanya.

"Re," panggil pemuda itu lembut, "maaf, gue gak mau jadi Nazril lo, masih banyak cewek lain yang gak malu-maluin kayak lo."

Seketika darah naik ke wajah Reira, gadis itu pun segera berteriak kesal. "Nazril kampret! Sini, gue mau mutilasi lo sekarang juga!"

Zidan tertawa ngakak, dalam pertemanan yang tidak sengaja sudah berlangsung selama hampir dua tahun ini Reira memang selalu menjadi korban ledekan. Terlebih karena gadis itu sangat mudah naik darah.

"Udah-udah." Zidan melerai Reira dan Nazril yang sedang saling piting. "Daripada kalian saling bunuh gitu, mending lihat nih pacar baru gue, dia siswi kelas XI di SMA sebelah." Pemuda itu memberikan ponsel pintarnya pada Reira, layarnya menampilkan seorang gadis manis dengan rambut hitam sepunggung yang digerai. Lesung pipit yang terlihat jelas saat dia tersenyum menambah nilai plus akan kecantikannya.

"Baru lagi?" tanya Reira tidak habis pikir. Cowok itu baru saja berganti pacar dua minggu yang lalu, kok bisa sudah berganti lagi? Memangnya dia kira pacaran itu seperti berganti baju apa?

Reira tidak sengaja menggeser layar, sekarang benda pipih itu menampilkan wajah seorang gadis dengan tahi lalat di dekat mata kirinya. Tidak kalah cantik dari gadis yang pertama. "Siapa ini?" tanyanya penasaran.

"Calon pacar, dia cadangan kalau sama yang sekarang putus."

Jawaban santai Zidan membuat Reira ingin mencakar dan mencekiknya, enak saja pemuda itu mempermainkan hati perempuan. Dia kira hati perempuan terbuat dari plastik yang kalau rusak bisa didaur ulang? Menyebalkan. Ceweknya juga kok pada mau aja sih sama cowok belangsak semacam dia?

"Aduh, percuma juga cerita, jomblo seumur hidup semacam kalian gak bakal ngerti."

Reira segera berpindah haluan, kali ini ia benar-benar akan mencekik Zidan. Batas kesabarannya sudah hancur barusan.

"Lihat aja, sebentar lagi gue juga bakal punya pacar!" Reira berkata percaya diri, ia benci menjadi bahan olokan Zidan terus menerus, sekarang hatinya sudah menemukan tempat tujuan, dan ia berjanji akan membuat sang malaikat menjadi miliknya. Lalu ia bisa sombong di depan Zidan setiap hari.

Nazril yang tidak terima diledek juga ikut bergabung untuk menyiksa Zidan, membuat suasana kantin menjadi ramai. Mereka terus bercanda sampai sebuah suara horor membuat tubuh mereka membeku seketika.

"Kalian! Kenapa gak masuk kelas?"

Sontak ketiganya saling berpandangan, lalu tanpa aba-aba berlari keluar dari area kantin.

"Hei, jangan kabur kalian!" Lalu terjadilah adegan kejar-kejaran antara guru dan tiga siswanya. Mereka berniat berlari menuju kelas, bersiap menaiki undakan tangga yang pasti akan membuat sang guru lelah.

Perbedaan tinggi badan membuat Reira tertinggal jauh dari kedua temannya, ia menoleh ke belakang, lalu mempercepat gerakan kaki saat sadar guru piketnya semakin dekat. Ia terlalu fokus berlari, sehingga tidak menyadari ada orang lain dari arah yang berlawan. Lalu terjadilah tabrakan yang cukup dahsyat.

Bruk.

"Aw!" Reira jatuh tersungkur, telapak tangannya terasa nyeri. Saat ia siap memarahi orang yang ditabraknya, guru piket berhasil menyusulnya.

"Tertangkap juga kamu, ayo ikut Bapak ke ruang BK!"

Reira pun hanya bisa merutuki nasib sialnya di dalam hati.

Tbc.

Halo, maaf baru nyapa :)) Maafkan saya yang selalu lupa bikin note ini, padahal udah niat mau promosiin cerita partner akuuuu.

Nah, covernya aja udah cantik banget kaaannn??? Apalagi ceritanya♥️

Ceritanya genre teenfic juga, tentang Nala yang dikirim ke masa lalu oleh entah siapa untuk menyelesaikan suatu misi, jika dia tidak melakukannya, seluruh keluarganya akan mati.

Ceritanya keren, loh. Buat kalian penyuka cerita time travel bisa mampir juga, ya. Langsung aja ke profilnya Zeanisa_, dijamin bakal suka, kalau enggak uang kembali. Eh, apasih :v

Pokoknya baca aja ya, dan jangan lupa mampir juga ke cerita teman-teman SUJU VIII yang lain, yang ceritanya pada keren pake banget♥️♥️♥️

Sekian, ♥️.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top