TAMAT
"Gavin, gua butuh bantuan lo sekarang," ujar Jesika isak tangisnya terdengar memilukan di telinga Gavin.
"Bantin apa? Tapi gua lagi buru-buru."
Jesika mencekal pergelangan tangan Gavin dengar erat. "Gua mohon Vin, Kinan semakin keterlaluan. Dia ... dia tega banget sama gua." Setelah ucapan Jesika terhenti, gadis itu semakin terisak.
Gavin mengepalkan tangannya erat. "Bawa gua ke tempat Kinan sekarang juga!" perintah Gavin lalu di angguki oleh Jesika.
Gavin mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Gavin juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sendiri, saat Jesika mengucapkan sesuatu tentang Kinan, lelaki itu langsung percaya begitu saja.
sesampainya di rumah megah itu, Gavin langung turun dari dalam mobilnya tanpa membukakan pintu untuk Jesika.
Dari luar, Gavin sangat jelas melihat Kinan menatap Nidya dengan berani dan yang semakin membuat Gavin murka adalah Kinan mendorong tubuh Nidya sampai wanita itu tersungkur.
Gavin berlari memasuki rumah itu, lalu menolong Nidya yang sudah tidak berdaya di sana. Gavin dan Kinan saling menatap, bahkan tatapan Gavin seperti tanda permusuhan.
Gavin membawa Kinan keluar dari rumahnya, lelaki itu nampaknya melupakan bahwa Danu juga berada di situ.
PLAK!
Gavin melayangkan tamparan keras di pipi Kinan sampai di area itu terlihat kemerahan. Panas dan perih yang Kinan rasakan di area itu.
Kinan menatap Gavin tanpa bisa berkata-kata lagi, begitu juga dengan Gavin, lelaki itu terdiam sembari melihat telapak tangannya sendiri yang bergetar hebat. Gavin baru saja menyadari bahwa tindakannya akan berakibat fatal.
"Gavin, apa yang lo lakuin ke kakak gua?" tanya Jesika yang sudah berada di belakang Gavin.
Kinan menatap Gavin dan Jesika secara bergantian. Sorot matanya sangat jelas jika gadis itu membenci keduanya.
Kinan melangkah semakin mendekati Jesika, tangannya merogoh saku celanannya mengambil benda pipih dari sana.
"Dengerin baik-baik!" perintah Kinan sembari memegang gawainya.
"Jes, lo yakin bakal ngelakuin ini?" suara itu adalah milik Desi.
"Ya yakin lah, gua bakalan buat Kinan sehancur-hancurnya. Bahkan gua pengen buat Gavin benci sama dia."
"Caranya?"
"Ya gua pura-pura baik aja di depan Kinan, gua yakin dia nggak akan mau punya saudara tiri kaya gua."
"Tapi lo yakin Kinan bakalan ngerespon kaya gitu?"
"Ya yakin lah, bahkan gua pengen reaksi dia ampe mencaci maki gua, biar keliatan natural aja ekting gua dan tentunya biar bisa bikin Gavin percaya kalo gua ini orang yang paling menderita di sini. Kenyataanya sih gua baik-baik aja."
Kinan mempause rekaman yang berada di gawainya. Rekaman itu Kinan dapatkan Dari Della ketika tidak sengaja mendengat percakapan antara Jesika dan Desi.
"Gimana Jes, udah kebongkar semua 'kan?" tanya Kinan menampilkan senyum smirknya.
Jesika hanya bisa terdiam dengan tubuh yang bergetar hebat. Keringat dingin seketika membanjiri tubuhnya.
"Maksud dari rekaman itu apa, Jes?" tanya Gavin nada suaranya terdengar begitu marah.
"A-aku ...."
"Aku apa?" tanya Gavin semakin mendesak.
"Iya, gua jujur. Jujur gua bahagia liat Kinan jatuh, gua juga bahagia kalo lo benci sama Kinan. Gavin, seberapa kurangnya gua di mata lo apa sih? Gua ini cinta sama lo, Gavin!" ucapan Jesika terhenti karena dadanya sudah terasa sesak akibat menahan tangis. "Kenapa lo selalu aja milih Kinan? Kenapa semua milih Kinan? Bahkan papa gua sendiri pun milih Kinan!"
Tubuh Jesika semakin bergetar seiring air matanya terjatuh membasahi pipinya. "Gua hidup tanpa kasih sayang dari ke dua orang tua," ucap Jesika terdengar pilu.
Kinan memutar bola matanya, gadis itu sangat muak dengan semua drama yang telah Jesika ciptakan.
Kinan berniat untuk pergi dari sana, namun Gavin langung mencekal pergelangan tangan gadis itu.
"Kinan ..."
"LEPASKAN TANGAN KAMU DARI ANAK SAYA!" Teriakan itu membuat Gavin melepas cekalannya.
"Jangan pernah sekali-kali kamu menyentuh anak saya dengan tangan kasar kamu itu!" Danu menarik Kinan ke dalam pelukannya.
"Om, saya mita maaf," ucap Gavin degan ribuan penyesalan.
"Maaf tidak akan bisa memulihkan hati anak saya yang sudah kamu hancurkan, Gavin," ucap Danu kian menajam.
"Lihatlah!" Danu menunjukan bekas tamparan Gavin yang terlihat nyata. "Bahkan saya sendiri tidak pernah menampar anak saya, kenapa kamu lancang sekali melukai pipinya?"
"Om, saya benar-benar ...."
Danu mengangkat sebelah tangannya. "Saya sudah tidak ingin mendengar penjelasan kamu lagi, Gavin. Sekarang silahkan kamu pergi dari sini dan jangan pernah menganggu anak saya lagi!"
Gavin menatap nanar punggung Kinan yang semakin menjauh. Lelaki itu memukuli kepalanya sendiri karena frustasi. Lisannya memang tajam dan otaknya selalu saja berpikiran pendek, hingga pada akhinya menyesali perbuatannya sendiri.
Gavin menatap telapak tangannya sendiri yang tadi digunakan untuk menampar pipi Kinan. Gavin mengepalkan tangannya erat sampai buku-buku jarinya memutih.
"Vin ..." Jesika menyentuh pundak Gavin, namun lelakiitu langsung menepisnya kasar.
"MAU APA LAGI LO! UDAH PUAS BIKIN HUBUNGAN GUA SAMA KINAN RENGGANG!" teriak Gavin tepat di depan wajah Jesika.
Jesika hanya terdiam, gadis itu baru menyadari ternyata Gavin begitu mencintai Kinan. Apalah daya, dirinya hanyalah gadis yang tidak diinginkan di muka bumi ini.
Jesika melihat punggung kokoh Gavin semakin menjauh dari rumah itu. Hati Jesika bagai terisis ketika melihat Gavin seakan kehilangan pusat kehidupannya.
***
Semua orang suruhan Danu menarik paksa Nidya untuk membawa wanbita itu ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Ya, Nidya mempunyai gangguan kejiawaan setelah pemerkosaan itu terjadi. Pemerkosaan yang menghasilkan seorang bayi yang sekarang sudah terlahir ke dunia dan diberi nama Jesika.
Jesika hadir karena kesalahannya di masa lalu, di mana Nidya dahulu hidup sangat bebas di tengah-tengah kemewahan harta milik ke dua orang tuanya. Kebebasan itu membuatnya terjatuh dalam lubang setan.
Nidya diperkosa oleh mantan pacarnya sendiri, ketika keduanya tengah mabuk berat. Lelaki itu tidak mau bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Hingga pada akhirnya Nidya ditinggalkan begitu saja tanpa kejelasan.
Satu bulan setelah kepergian mantan pacarnya itu, Nidya dinyatakan hamil dan mulai dari situlah kejiwaan Nidya terganggu, wanita itu menjadi lebih nekat saat marah.
"Semuanya akan baik-bain saya," bisik Danu pada Zena.
Sedari tadi Danu melihat Zena nampak terdiam, Danu sangat paham betul bagaimana jika Zena tengah tertekan.
"Aku takut nanti dia akan kembali lagi," ucap Zena lirih, selirih air matanya yang mengalir.
"Percayalah padaku, aku akan melindungi kalian." Danu semakin mengeratkan pelukannya mencoba meyakinkan pada wanitanya kalau dirinya tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.
Jesika menangis tersedu ketika melihat sang mama dipaksa masuk ke dalam mobil hitam itu, Jesika ingin sekali menyusulnya, namun para penjaga itu menahannya keras.
"Bima, bawa Jesika ke sini!" perintah Danu.
Bima mengangguk, lalu membawa Jesika ke hadapan Danu. Jesika menatap Danu penuh luka. Gadis itu tidak menyangka jika Danu akan setega ini kepada mamanya.
"Papa tidak menyakiti mama kamu, papa hanya memberikan yang terbaik untuknya," jelas Danu.
"Aku udah nggak punya siapa-siapa lagi," ucap Jesika tidak terlalu jelas, namun Danu masih bisa memahaminya.
"Kamu masih punya papa, mama Zena, dan Kinan," ucap Zena mengusap pundak Jesika.
Jesika mendongak menatap Zena. "Jesika sudah tidak pantas berada di sini, tan."
Zena meloangkah mendekat ke arah Jesika, lalu menarik tubuh gadis rapuh itu ke dalam pelukannya. "Kita semua adalah saudara dan sudah sepatutnya saling membantu. Kamu bisa memanggilku mama, sayang."
Tangis Jesika pecah ketika kembali merasakan betapa hangatnya dekapan Zena, sungguh, Jesika bisa merasakan ketulusan di dalamnya.
Kinan hanya terdiam saat melihat Jesika terlihat nyaman berada di pelukan Zena. Kinan tersenyum bahagia di dalam hatinya, jika takdir sudah berkata, maka manusia hanya bsia pasrah, hingga bahagia pada waktunya yang tak lain namanya adalah jatuh tempo.
Penasaran gimana kelanjutan hubungannya Kinan dan Gavin? ekstra partnya akan segera hadir di KBM dengan akun (Chokolate_21)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top