Awal

Haiiii semuannya, aku bawa cerita baru nih. kali ini temannya remaja plus ada bucinnya. oh ya, jangan lupa mampir ke cerita author kece lainnya ya, nama penannya udah aku tulis di bawah. cusssssss kepoinnnnnnnn.

1. Dua Dunia || CindyArfandani5

2. Jangan Hilangkan Dia, Tuhan ||Masitoh01

3. Tetanggaku Bukan Mantanku ||Bai_Nara

4. Bucket Untuk Kanaya || AimeeAlvaro

5. Bunga Adiktif || Coretan_Badai

6. Lucky || irmaafiani

7. Mars Andromeda ||megaramana

8. Cinta Ellina II NingsihR

9. The Best Chocolate And Roses For You || Yun_Sal

10. Duri Dalam Daging ||AzeelaDanastri

11. henzsadewa || Under Cover

12. ReyziaAmeera ll Tanpa Bintang

13. WahyuTri ll Kado Terindah

14. pramudining|| Look after Me

15. Neta_iluy ll Mimpi Gadis Pemimpi

16. Chef Aiden || PrimasariLovexz

17.Im not Juliet || NikmaJuAn

18. Jatuh Tempo || Chokolate_21

19. AisyahDae|| Love Me Right

20. IndraWahyuni6 || Stuck on you

21. Ayaya2211 || Seindah Rasa

22. DianSudjiwo || From Sister to Another

23. Rahayuu_01|| Memories

24. rizkynoviana|| Hävimatu

25. Seven Days|| alichyeon

Siap-siap menghadapi kejudesan ketos cewek yang satu ini ya ....

Happy reading semuannya ....

Seorang gadis bermata sipit itu terlihat tengah berjalan menuruni anak tangga untuk menuju pintu gerbang sekolah. Sudah menjadi rutinitasnya menjadi seorang ketu osis di SMA Paripurna Negara untuk mendisiplinkan anak-anak yang memang tidak pernah mematuhi peraturan yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh pihak sekolah.

Gadis pemilik bibir tipis itu selalu saja mengeluarkan kata-kata pedasnya jika ada seorang siswa mau pun siswi yang sengaja melanggar peraturan yang telah dibuat.

Rambut selehernya disisir dengan begitu rapih hingga membuat karisma seorang ketua osis sangat terpancar di sana.

"Kenapa kamu memakai sepatu warna biru seperti itu? Kamu mau niat sekolah atau mau mengikuti festifal tahun baru?" udapnya dengan begitu pedas dan tegas.

Adik kelas yang ditegurnya itu hanya bias menundukkan kepalanya tidak berani membantah jika sudah berhadapan dengan ketua osis yang satu itu.

"Kenapa kamu diam? Tidak punya mulut untuk menjawab?" lagi-lagi layangan kata pedas itu membuat siswi yang berada di hadapannya tidak bias berkutik.

"Jalan jongkok sekarang juga!" perintahnya tegas.

Siswi itu hanya hanya bias menurut, mengambil posisi jongkok lalu berjaklan dari tiang bendera menuju pintu gerbang. Bolak-balik sampai tiga kali.

"Kinan!"

Teriakan itu mampu membuat gadis yang mempunyai mata sipit dan rambut seleher itu menoleh kebelakang.

"Kenapa?" tanyannya.

"Gua masuk dulu ya, lo masih lama 'kan?" tanya gadis itu.

Kinan hanya mengangguk dengan senyum manisnya, namun masih saja terlihat aura ketegasan dari gadis itu.

Mata Kinan terpusat pada seorang pria yang menggunakan baju seragam sama dengannya tengah berjalan menuju pintu gerpang sekolahnya. Mata sipit Kinan menatap tajam lelaki itu yang berjalan dengan gayanya yang mampu membuat Kinan geram. Ditambah lagi rambut bergaya Slick Back, membuat Kinan bertambah murka.

"Lo anak baru?" tanya Kinan tatapannya datar ketika dengan ringannya lelaki itu mengeluarkan baju seragamnya sehingga penampilannya terlihat sangat berantakan.

"Lo niat sekolah atau mau jadi model rambut papan atas di salon?" tanya Kinan sinis. Mata sipitnya meneliti penampilan lelaki itu dari atas sampai bawah membuat Kinan menggelengkan kepalanya. Kinan heran masih saja ada siswa yang berpenampilan urakan layaknya seorang preman pasar dan yang membuat heran dia bisa menginjakkan kakinya di sekolahan seelit SMA Paripurna Negara. 'Dasar orang kaya,' cibir Kinan.

Lelaki itu berdecak mengejek, "Emangnya kenapa sih? Masa-masa sekolah itu harusnya bebas kaya gua, mumpung masih dikasih umur panjang," ucap lelaki itu seringan kapas.

Kinan mendelik tajam, "Terus kalo sekarang lo mati, apa lo masih sempat benerin tingkah lo yang urakan ini?" tanya Kinan lagi dengan nada yang sinis.

"Lonya aja yang terlalu menaati peraturan sekolaj. jadi nggak tahu gimana nikmatnya melanggar peraturan sekolah. Ini lagi, kenapa bajunya di masukin? segala pake dasi pula. Lepas dong, nanti lo nyesel baru tahu rasa jadi anak disiplin," cerocos lelaki itu. tangan besarnya menarik dassi Kinan berniat untuk melepaskannya.

Kinan menyingkirkan tangan besar lelaki itu dari dasinya sembari berkata. "Jalan jongkok sekarang juga!" perintah Kinan tegas.

"Kalo gua nggak mau gimana?" tanyannya sembari merapihkan rambut model Slock Backnya.

Jemari Kinan terkepal erat, "Lo anak baru, tapi udah bikin ulah aja."

"Terserah gua dong, hidup-hidup gua kenapa jadi lo yang ribet?" cowok itu langsung melenggang pergi meninggalkan Kinan yang masih memedam amarah.

Bel masuk telah berbunyi, Kinan kembali ke kelasnya dengan perasaan kesal setengah mati. Moodnya sangat buruk ketika bertemu dengan cowok berpenampilan preman tadi.

"Lo kenapa sih Nan? Nggak biasanya lo dateng-dateng bibirnya maju begitu?" tanya Della-sahabat sekaligus teman satu bangku Kinan.

"Kesel gua, ada anak baru ngelunjaknya nggak kira-kira," keluh Kinan sembari meneguk air putih yang dirinya bawa dari rumah.

Della mengubah duduknya menjadi menghadap Kinan. "Ada yang berani sama kegalakan kotos Paripurna Negara?" tanya Della sangat terkejut.

Kinan menyelipkan rambut sebahunya di balik telinga. "Iya dan lebih parahnya secara terang-terangan dia ngeluarin bajunya di depan gua. Nggak taat peraturan banget." Lagi-lagi Kinan mengomel kesal.

"Ya udah sabar dong, namannya juga manusia pasti punya sifat dan kepribadian yang berbeda." Della mengusap bahu Kinan untuk meredamkan emosi sahabatnya itu.

Tidak berselang lama Momina-wali kelas XI datang lalu disusul oleh seorang lelaki dengan lesung pipit yang bertengger di pipinya yang mulus. Semua siswi yang berada di kelas terlihat mengagakan bibirnya karena terlalu terpesona dengan ketampanannya. Namun, berbeda dengan Kinan, gadis itu nampak kesal dengan kemunculan lelaki itu.

"Gavin, silahkan kamu memperkenalkan diri!" perintah Momina.

Gavin mengangguk, lalu berjalan sedikit bergeser kesamping hingga posisinya tepat berada di depan papan tulis.

"Hai, semua. Perkenalkan nama saya Adibrata Gavin, bisa dipanggil Gavin," ucap Gavin lantang penuh kewibawaan. Penampilannya saat ini sudah kembali rapih, baju yang awalnya dikeluarkan kini sudah dimasukkan kembali. Rambutnya yang berantakan saat ini sudah tertata dengan benar.

"Nan, gila ganteng banget," puji Della matanya tidak berkedip.

Kinan mengusap wajah Della kasar. "Matanya mohon dikondisikan. Itu cowok tadi pagi yang bikin mood gua buruk," ucap Kinan menatap sengit ke arah Gavin yang juga menatapnya meledek.

"Seriusan lo?" Della bertanya tidak percaya.

"Menurut lo apa gua pernah bohong apa nggak?" tanya Kinan penuh kekesalan.

Della menggaruk kepalanya yang terasa gatal. "Ya maaf, jangan marah sama gua."

Kinan hanya berdehem, lalu kembali menatap Gavin yang masih berada di depan papan tulis kelas.

"Gavin, silahkan kamu duduk di belakang Kinan, yang rambutnya sebahu!" perintah Momina.

"Baik, bu." Gavin berjalan lalu duduk di belakang Kinan. Seperti apa yang diperintahkan oleh Momina.

"Ohh, nama lo Kinan ternyata," ucap Gavin berbisik di depan telinga Kinan, hingga hembusan napas lelaki itu terasa panas menyapu permukaan kulit lehernya.

Della menatap Kinan dan Gavin secara bergantian, gadis itu bingung sekaligus kepo tentang apa yang Gavin bisikkan pada Kinan. Della tidak tahu tentang apa yang dibisikkan Gavin untuk Kinan, tapi yang Della tahu Kinan langsung merubah wajahnya menjadi marah setelah Gavin membisikkan sesuatu.

"Nan, gua saranin lebih baik lo ngadep ke depan deh," bisik Della. "Lihat tuh, cabe keriting udah liatin lo dari tadi," sambung Della dengan bisikan pula.

Jabatan sebagai osis memang tidak selalu membuat nama Kinan baik, ada saja seorang siswa atau siswi yang selalu ingin menjatuhkannya bahkan ada saja yang mencaci dan memakinya. Namun, Kinan tetaplah Kinan, yang terlalu acuh dengan ucapan mereka yang selalu berucap jelek tentrangnya.

"Nan, lo nanti mau istirahat nggak?" tanya Della sembari membereskan buku-bukunya dimasukkan ke dalam tas karena jam istirahat telah tiba.

"Enggak deh, gua mau razia dulu. Gua curiga sama warung yang ada di belakang sekolah," ucap Kinar.

"Kinandita, lo juga butuh asupan gizi. Kasian tubuh lo yang udah kurus semakin kurus." Della menatap penampilan Kinan dari atas sampai bawah seolah tengah menilai. "Ayo lah Nan, pikirin juga kesehatan lo," sambung Della.

Kinar berdecak kesal, "Emangnya kenapa sih? Tugas itu harus dijalankan harus sesuai dengan janji."

"Iya gua tahu, tapi kasian perut lo, gua yakin dari tadi pagi itu perut belum keisi."

"Udah, itu gua mah gampang. Lo ke kantin sana. Gua mau kebelakang gedung sekolah."

Della menatap kepergian Kinan dengan gelengan kepala. Kinan memang siswi yang teladan dan berprestasi, namun terkadang gadis itu juga sering kali melupakan kondisinya yang jauh lebih penting di atas apa pun.

Kinar berjalan dengan langkah berani ke sebuah warung belakang sekolah, sekilas warung itu memang nampak biasa-biasa saja, namun ketahuilah, di dalamnya banyak sekali anak pelajar yang merokok di sana. Kinar memang sudah lama mengintainya, tapi baru sekarang dirinya mempunyai waktu untuk melakukan penggerebekan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top