Bab 2


POV Noura

Beragam masalah yang tidak kunjung selesai pasti membuat semua orang lesu melangkahkan kakinya untuk beraktifitas di pagi yang cerah, apalagi di pagi hari yang mendung seperti ini, batin ku dalam hati.

Perlahan aku menyeret kaki ku ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat bekerja.

Kulihat dua adik perempuan ku sudah berangkat sekolah, dan kakak perempuan ku satu-satunya sedang mempersiapkan dagangan yang di kelola bersama kedua orang tua ku.

Yahhh, salah satu pendapatan pokok keluarga kami yang bisa kami andalkan untuk kehidupan sehari-hari hanyalah berdagang ini.

Dengan seluruh anggota keluarga yang berjumlah enam orang, hidup di jakarta, rumah masih mengontrak, tentunya pendapatan dari hasil berdagang saja tidaklah cukup
Itulah sebabnya di usiaku yang baru menginjak 17 tahun ini, genap sudah 3 tahun aku bekerja.

Putus sekolah, tanpa ijazah, bekerja keras sejak usia 14 tahun, itu semua cukup membuatku menjadi pribadi yang keras.

Aku mempunyai banyak sekali mimpi, tapi keadaan memaksaku membuang mimpi-mimpi itu.

Jangan bertanya kepadaku apakah aku merasa hidup ini tak adil bagiku? Karna jawabannya pasti hanya satu.

Tentu saja!

Tetapi setiap kali fikiran itu muncul, aku merasa malu.

Seringkali di tengah malam aku menatap kedua orang tua ku, memandangi sosok beliau. Bagaimana ayahku yang sudah terlihat begitu jauh lebih tua dari usia beliau yang sebenarnya, gurat-gurat keletihan, raut kesedihan yang terkadang terlihat tapi seringkali berhasil beliau sembunyikan.

Sedangkan bundaku, beliau pasti sangat cantik saat masih muda, kalau tidak mana mungkin ayahku yang seorang keturunan timur tengah bisa jatuh cinta kepada bundaku? aku tersenyum sendiri dengan pemikiranku ini.
Bunda ku adalah sosok wanita yang tegar, selama 20 tahun usia pernikahan dengan ayah, hampir dari separonya bunda mendampingi ayah dalam keadaan yang seringkali sangat sulit di lalui.

Sejak kebangkrutan bisnis ayah karna di tipu oleh relasi bisnisnya, kami kehilangan semua harta benda. Tidak ada sanak keluarga, tetangga, bahkan teman yang membukakan tangannya untuk membantu.

Entah kenapa mereka semua berpaling dari kesusahan orangtua ku dan menutup mata mereka.

Keluarga?

Tidak ada yang bisa di harapkan dari keluarga bundaku, mereka semua hanyalah orang-orang egois yang ada hanya pada saat kita di atas.
Sedangkan keluarga dari ayahku, beliau sebatang kara, tidak tau siapa dan dimana orang tua kandungnya, karna sejak kecil beliau sudah di titipkan di sebuah yayasan.

Sangat menyedihkan bukan?!

Yapp, cukup dengan mengamati kedua orang tua ku saat masih terlelap tidur, itu membuatku sadar bahwa hidup ini tidak adil jika hanya mereka yang menanggungnya untuk kami anak-anaknya.

Ada kakak perempuan ku, Izzy, yang bernasib kurang lebih sama denganku, dan ada aku.

Kami berdua bertekad meringankan penderitaan bagi kedua orangtua kami, berharap suatu saat tak akan ada lagi gurat-gurat kelelahan di wajah-wajah beliau.

Kembali ku fokuskan fikiranku kepada kegiatan yang sedang ku lakukan, sedikit melantur tentang latar belakang hidupmu yang menyedihkan, menjadi bumbu penyedap rasa yang sukses menambah kesuraman harimu.

Senyum kecut terlihat dari bayangan seorang gadis yang tengah berdiri di depan kaca, dengan rambut panjang lurus yang di biarkan tergerai, mengenakan kaos hitam 'my trip my adventure' yang sudah tampak pudar warnanya, di rangkap dengan jaket abu-abu dan di pasangkan dengan celana jins warna hitam.

Gadis di depan cermin yang tersenyum kecut di depan kaca itu adalah aku.

Setelah kurasa penampilanku sudah rapi, aku segera keluar dari kamarku.
Opsss bukan, lebih tepatnya kamar bersama untuk aku, kakak dan adik ku.

Posisi kamar kami berada di atas, itu artinya begitu keluar dari kamar, langsung ada tangga turun ke bawah, menuju satu-satunya bagian lain dari rumah petak ini.

Di bawah terdapat kamar mandi, dapur dan sebuah ruang kosong yang kami gunakan untuk bermacam-macam aktifitas, menerima tamu, tempat makan saat keluarga sedang berkumpul, dan di malam hari di fungsikan sebagai tempat istirahat kedua orangtua ku.

Aku bergegas turun kebawah, dan kulihat bunda sedang sendirian di dapur.

"Bunda kenapa sendirian? Dimana kak izzy?" sapaku kepada bunda begitu aku sampai di bawah.

"Kak izzy sedang di depan membereskan tempat berjualan,dan ayahmu seperti biasanya sedang berbelanja di pasar. " Jawab bundaku dengan seulas senyum yang menentramkan.

"Oh," hanya kata itu yang keluar dari mulutku, karna kini aku sedang mengambil sepotong gorengan tempe yang tersedia di meja dapur dekat tempat ibuku berdiri.

"Ya sudah bunda, Noura pamit berangkat yah."

"Iya nak, hati-hati di jalan."

"Baik bunda."

Kucium tangan bundaku, dan aku bergegas keluar.

Kupaksakan diri merubah ekspresi muram dari wajaku, dan kuganti dengan ekspresi dingin dan tenang yang menjadi topeng bagi diriku yang tidak ingin ada orang lain tau tentang kesusahan keluarga ku.

Untuk apa menunjukan kesusahanmu kepada dunia luar, jika apa yang kau dapatkan hanyalah tatapan mengkasihani dan merendahkan, tanpa memberikan solusi? begitulah cara berfikirku.

Setelah beberapa saat langkah ku menyusuri jalan sempit di gang rumahku, tibalah aku disudut jalan gang, tepat sebelum belokan ke kiri menuju arah jalan raya, tempat biasa aku menunggu angkutan umum.

Seperti biasanya, seorang pemuda dengan tampang biasa saja, tinggi, berkulit sawo matang, ku perkirakan usianya tidak lebih dari dua puluh tahun, dia berdiri bersandar pada tiang listrik, sambil matanya menatap ke arah kedatangan ku.

Aku tersenyum dalam hatiku, karna aku tau hal apa yang akan di lakukan nya begitu aku melewati jalan di depan nya.

Dan benar saja,

"Hai Noura," sapa nya kepadaku.

Sudah hampir setahun ini dia melakukan hal itu setiap hari di pagi hari, entah apa yang ada di fikirannya.

"Bodoh," bisik batinku, tapi aku segera menghapus fikiran buruk itu, bagaimanapun tidak baik mengatai seseorang.

Biasanya aku hanya menjawab sapaan nya dengan senyum sekedarnya.Tetapi kali ini aku merasa bersalah karna sudah mengatai nya 'bodoh' beberapa saat yang lalu, walau pun itu hanya di dalam hati, tapi tetap saja itu salah!

"Hai," sapaku kembali kepadanya, anggap saja ini sebagai caraku menebus kesalahanku.

Terlihat raut terkejut sesaat dari pria itu, kemudian tergantikan dengan matanya yang tampak berbinar, menjadikannya tampak sedikit lebih tampan.

Aku tersenyum melihatnya sambil tetap melanjutkan langkah santaiku.

"Noura tunggu."

Opsss, kudengar suara nya kembali memanggilku.

Wow, sepertinya karna sapaan balasanku tadi memberikannya keberanian untuk mengajak ku berbicara lebih dari sekedar kata 'Hai Noura'.

Perlahan kubalikan badanku menghadapnya, tampak dia telah mengulurkan tangannya kepadaku.

"Saya Kamal...maukah kamu berteman denganku noura?"

Dengan sedikit ragu, kupaksakan diriku meraih uluran tangannya, lalu berjabat tangan dengan pria itu, Kamal. Setelah itu segera langsung ku lepaskan.

"Ya tentu saja, senang berkenalan dengan mu kamal," jawabku yang tentunya hanya sekedar basa-basi.

"Saya rasa, tidak perlu bagi saya menyebutkan nama, mengingat kamu sudah tau pasti siapa namaku," lanjut ucapanku kepadanya sambil tersenyum lebar.

Tampak kamal terpesona akan sesuatu, mungkin senyum lebarku yg membuatnya terpaku? Pikirku geli.

"Eh..eh...iya noura," jawab nya sambil tersenyum nyengir.

"Oke, kalau begitu saya pamit melanjutkan jalan dulu ya, nanti telat kerja nih." Ucapku kepada Kamal. Kurasa tidak masalah juga menambah seorang teman.

"Baiklah noura, hati-hati di jalan ya."

"Oke, terimakasih kamal."

Aku bergegas melanjutkan langkahku dan menuju ke arah jalan raya. Tepat waktu, begitu aku sampai di jalan raya, angkutan umum yg biasa ku tumpangi menuju tempat kerjaku tiba, segera aku berhentikan angkot tersebut dan naik ke dalamnya.

Angkot mulai melaju lagi, dan bisa di pastikan hariku akan berlalu dengan sangat membosankan seperti hari-hariku sebelum nya.

---------------------*****------------------------

Brrrrrrrrrhhh....ternyata menuliskan kreatifitas dari ide-ide kita ke dalam sebuah tulisan itu sangat mengasikan yahh guys...

Soet senaaaang banget :D

Semoga teman-teman semua suka membaca karya ku yang sangat amatiran ini...

Mohon support nya yahh, jangan lupa vote dan komen nya...

Saling membantu lebih baik kan...eaaaa...eaaa...eaaaaaa >.<

Tak bosan-bosan nya saya ucapkan...

Terimakasih semua <3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top