7b

"Biar aku saja," kata Nila kepada Ervan ketika mendengar pintunya diketuk, dan Ervan pun tidak mengatakan apa-apa pertanda pria itu setuju.

Seorang asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah ini, seperti biasa ... membawakan nampan berisi obat dan air putih

Dia menatap Nila dengan dingin, Nila sama sekali tidak pernah berinteraksi secara dekat dengan wanita itu, karena yang dia lihat, wanita yang sudah bekerja selama puluhan tahun dengan ayah Ervan itu sama sekali bukan tipe orang yang suka bersahabat, dia sama sekali tidak ingin didekati.

"Terima kasih," kata Nila pada wanita itu.

"Pastikan Tuan menghabiskan obatnya, Nyonya, supaya dia sembuh dengan cepat."

"Tentu saja," kata Nila menggangguk ramah, dia menatap wanita di depannya itu, yang melirik Ervan dengan sebuah tatapan yang mencurigakan.

"Jika aku perlu sesuatu, aku akan memanggilmu," kata Nila kepada wanita itu.

Itu adalah sebuah isyarat bahwa Nila tidak betah, ketika melihat wanita itu tetap saja berdiri di ambang pintu.

Dia mengangguk, kemudian berlalu, Nila meletakkan nampan berisi obat itu dan segelas air di atas meja.

Setelah memastikan pintunya ditutup, Nila kemudian duduk. Seperti biasa, Ervan tidak peduli, dia tidak akan pernah memulai percakapan jika Nila tidak memulai lebih dulu.

Inilah yang Nila khawatirkan dengan pria di depannya, pria itu memiliki semua syarat ketampanan, itu terkesan tidak adil. Dia adalah pria yang paling tampan yang pernah ditemui Nila sepanjang hidupnya, bagaimana dia tidak akan jatuh cinta kepada pria yang selalu bersamanya bahkan dalam dikurung dua puluh empat jam dalam sehari semalam.

"Sampai saat ini, aku masih belum paham dengan apa yang terjadi di rumah ini," ucap Nila memecah kesunyian.

"Bagian mana yang membuatmu tidak paham? Saranku, tak usah terlalu memikirkan rumah dan orang-orangnya, itu akan membuat gila." Ervan menatap Nila enggan.

"Banyak sekali yang tak kupahami, salah satunya asisten rumah tangga tadi, yang terkesan memaksa agar kau selalu minum obatnya."

"Dia hanya menjalankan perintah dari Tuannya. Patuh dan dapat gaji, bukankah itu tugas dari bawahan?"

Nila tau, kalimat itu seakan menyindirnya, tapi Nila berusaha tak tersinggung. Dia masih ingin berbicara banyak dengan Ervan.

"Setelah kau tahu, bahwa obat yang diberikan kepadamu adalah obat yang salah, kau sama sekali tidak mempertanyakan kepada ayahmu kenapa dia memberikan ini kepadamu?"

"Obat yang salah?"

Ervan kemudian mengangkat wajahnya dari buku yang dibacanya, dia menatap Nila dengan tatapan datar.

"Apa kau menanyakan itu kepadanya?" selidik Ervan.

"Supaya dia berhenti memberikan obat itu kepadamu," sahut Nila tegas.

"Apakah kau berpikir, orang di rumah ini mengharapkan kesembuhanku? aku rasa otakmu terlalu lambat untuk mencerna." Ervan mengejek.

Kemudian Ervan bangkit begitu saja dari ranjang, meninggalkan Nila yang belum selesai berbicara.

Ervan adalah orang yang sangat tertutup, yang tidak begitu membuka dirinya terhadap orang lain, bahkan terhadap istrinya sendiri.

"Kau mau ke mana?"

"Aku butuh udara segar, berdua denganmu dan dengan semua pertanyaan itu, membuat kepalaku sakit," kata Ervan begitu saja.

"Aku ikut," kata Nila bangkit menyusul Ervan.

"Aku sengaja menghindarimu, kenapa kau malah ikut?" sahut Ervan jengkel.

"Kenapa kau menghindariku? aku tidak pernah berbuat jahat kepadamu, aku hanya menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatiku, apa itu salah?"

"Mulai hari ini tidak usah bertanya-tanya lagi, anggap saja kau tidak tahu apa-apa, dan ketika mereka bertanya apakah aku sudah meminum obatnya, jawab saja sudah, apakah itu sulit bagimu?"

"Tapi ...."

"Kau dibayar di sini bukan untuk ikut campur, jadi berhentilah untuk bersikap peduli," kata Ervan begitu keras, sukses membuat Nila terhenyak dengan jawaban itu, bukannya sebuah ucapan terima kasih yang didapatnya dari Ervan, malah sebuah bentakan, membuat dia tersadar kembali, bahwa dia tidak akan pernah punya tempat di hati pria itu.

***
Di karya karsa sudah tamat

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top