7a

***
Tiga Puluh Tahun yang Lalu

Seorang wanita memegang tespek dengan tangan yang bergetar, bagaimanapun dia memastikan, tetap saja benda itu menunjukkan hasil yang sama ... positif.

Hujan petir di luar sana membuat hatinya semakin kacau. Dia tahu ... hubungannya dengan suami orang akan sangat beresiko. Karena, bagaimanapun mencintai suami orang, tidak akan pernah berakhir bahagia. Tetapi hatinya terlalu keras, terlalu nekad melanjutkan hubungan yang bergelimang dosa itu dengan pria beristri.

"Lastri apakah masih lama? apakah kamu baik-baik saja di dalam?"

Lastri kaget luar biasa. Dia panik.

"Tunggu, sebentar," katanya menyiram kloset.

Suara ketukan kecil terdengar kembali dari luar.

"Kau yakin baik-baik saja?"

"Aku baik, jangan khawatir!" Dia berteriak.

Wanita itu berusaha tidak panik.

"Kendalikan dirimu!" katanya pada dirinya sendiri.

Hal pertama yang dilakukannya adalah membuang tespek itu ke dalam kloset dan menyiramnya sebanyak-banyaknya.

"Cepatlah!" Ibunya berseru lagi.

"Sebentar, Bu, sedikit lagi ...."

Dia berusaha menetralkan suaranya, buru-buru menghapus air matanya.

"Kau baik-baik saja, kan?"

Rasanya dia ingin menjerit dengan pertanyaan yang bertubi-tubi itu.

"Apa yang harus aku lakukan?" Lastri gemetar. Dunianya seakan runtuh.

"Dia pasti akan bertanggung jawab. Dia takkan mengingkari janjinya."

"Lastriiiiiii ...."

***

Dia adalah anak kebanggaan ibunya, bahkan dia sudah menempuh pendidikan sarjana keperawatan demi mewujudkan keinginan orang tuanya. Padahal dia penyuka seni.

Dia pun sudah bekerja di sebuah rumah sakit walaupun masih berstatus honorer. Sangat banyak tuntutan orangtuanya, bahkan belum mengizinkan lastri menikah.

Apa yang akan terjadi jika mereka mengetahui dia tengah hamil di luar nikah dan itu pun karena menjadi selingkuhan laki-laki yang sudah beristri?

Lastri menangis tersedu-sedu. Otaknya tak menemukan jalan keluar.

Tiga hari kemudian, pria itu bertemu dengannya, walaupun mereka bertemu seperti pencuri, tetapi Lastri harus mengungkapkan kebenarannya kepadanya.

"Mas, aku hamil," katanya dengan perasaan yang ketar-ketir, tapi respon yang didapatkannya dari pria itu membuatnya terluka. Pria itu menatapnya dengan tatapan keruh, dia tahu, dia akan ditolak.

"Apa kau lupa memakai alat kontrasepsinya?" Wajahnya menegang.

"Aku sudah minum pil kb-nya secara benar, tetapi tetap saja aku tidak kuasa, ketika Tuhan tetap saja menumbuhkan benih di dalam rahimku." Lastri menutup matanya, ia begitu putus asa dengan semua kenyataan ini, dan selama tiga hari tiga malam, dia menangis.

"Kau tahu, kan? hubungan kita tidak mungkin dilanjutkan? aku sudah menikah dan memiliki anak," sahut pria itu dengan wajah frustasi, bukan hanya itu, dia mencengkram bahu Lastri tak peduli dengan ringisan kesakitan gadis itu.

Lastri tahu, orang yang paling dirugikan di sini adalah dirinya. Dialah yang paling bodoh, mau saja ditipu daya oleh pria yang sudah menikah itu.

"Aku akan mengirimkan banyak uang untukmu dan pergilah menghilang sejauh mungkin dari hidupku, bagaimanapun, kita tidak akan pernah bersama. Aku mencintai istriku."

"Kau mencintai istrimu, lalu bagaimana dengan diriku, Mas?"

Hati Lastri teriris mendengar pengakuan pria itu, lalu apa arti cinta yang selalu pria itu katakan kepadanya setiap saat? sehingga lastri tergila-gila kepadanya dan menyerahkan hartanya yang paling berharga.

"Hubungan kita tidak akan pernah berhasil. Kita sama-sama tahu, hubungan di luar pernikahan adalah selingan, kita sama-sama mencari hiburan dan kau tidak pernah kekurangan karena aku memberikan uang kepadamu, apakah itu tidak cukup?"

Plak!

Lastri Melayangkan tamparan. Pria itu berubah seratus persen, mulut manis itu berubah keji.

Lastri hancur, terlalu sakit. Dia seakan seonggok barang yang tak berharga.

Pria itu memandangnya begitu rendah, seolah-olah dia adalah pelacur yang menjual harga dirinya.

Pria itu menganggap, dengan memberikan dia sejumlah uang, akan impas dengan kehormatannya yang terenggut.

Sejak saat itulah, Lastri bersumpah, tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi. Dia pergi sejauh mungkin, meninggalkan orang tuanya, membawa janin di dalam perutnya yang terlahir sebagai anak haram.

Bayi tampan itu kemudian diberi nama ... Ervan.

***

Di karya karsa tamat. Link ada di profil

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top