6c.
"Apa maksud dari pertanyaanmu?" tanya Hadi, sambil membuka kancing kemejanya dan menggulung benda itu sampai siku. Dia juga melonggarkan dasinya.
"Selama ini, aku tidak ikut campur dengan urusanmu dengan wanita di luar sana. Akan tetapi, kenapa harus istri Ervan? Jangan dia, please!" Lexia menahan tangis.
"Aku rasa kau lupa minum obatmu. Kau bicara omong kosong."
"Mas," bantah Lexia marah, wanita itu bangkit dan mendekati suaminya.
"Jangan pernah menaruh perasaan kepada istri Ervan. Bagaimanapun, carilah saingan yang bisa membuatku percaya diri, istri Ervan wanita yang berasal dari kampung dan tidak berpendidikan, bagaimana mungkin kamu menaruh perasaan kepadanya? dia bukanlah lawan yang seimbang untukku."
"Ada apa denganmu?" kata Hadi sambil berkacak pinggang. Bertahun-tahun menikah dengan Lexia, dia sama sekali tidak menemukan kedamaian dengan wanita itu.
"Hentikan! Jangan menebar pesona dengan wanita itu! bagaimanapun Ervan adalah adikku dan aku tidak ingin istrinya malah menjadi maduku suatu saat nanti!" Lexia berteriak.
Mendengar itu, Hadi memijit kepalanya yang pusing. Tubuhnya bertambah lelah ketika bertemu dengan Lexia setiap hari, mereka selalu melalui hari-hari dengan bertengkar. Entah bagaimana nasib pernikahan mereka untuk ke depannya. Akan tetapi, melepaskan Lexia sekarang sama saja bersiap dengan kerugian yang amat besar. Bagaimanapun, wanita itu adalah pewaris yang begitu menjanjikan di masa depan.
"Aku rasa kau sudah mulai berlebihan. Tidurlah! Ini sudah larut. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku." Hadi berupaya mengelak.
"Aku tidak pernah merasa keliru dalam menilainya. Kau bisa bermain di luar sana, tetapi jangan melibatkan anggota keluarga lain menjadi selingkuhan. Aku akan malu dengan ayah!"
"Cukup sudah, Lexia! kau sepertinya butuh obat penenang."
Lexia merasakan hatinya seperti dipukul oleh palu, rasanya teramat sakit.
Selalu begitu setiap malam, suaminya sama sekali tidak peduli dengan dirinya, bahkan jika tak menimbang perasaan ayahnya, dia ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Suaminya tidak pernah pengertian, jangankan kasih sayang, Hadi bahkan tidak peduli saat dia sakit ataupun sedang stres, mungkin Hadi juga takkan peduli jika dia mati.
***
Yang mau baca duluan bisa di karya karsa. Susah tamat.
Jangan lupa vote dan komen ya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top