(1c)

Sebelum baca, tekan vote atau bintang di pojok kiri.

***
Nila perlahan membuka selimutnya, kepalanya menjulur keluar, matanya menangkap dada Ervan yang bergerak turun naik. Tubuhnya bersimbah keringat. Dia terlihat kelelahan setelah menjerit selama beberapa menit.

Nila bangun, menapakkan kaki telanjangnya di lantai yang dingin.

"Seharusnya aku tak peduli," gumam Nila. Mendekati Ervan yang tak terkendali adalah pilihan keliru, tapi kakinya malah mendekat pada pria itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Nila setelah berada di sisi tempat tidur Ervan.

Mata sayu Ervan menatapnya menengadah.

"Jangan kasihani aku!" Suara Ervan lemah.

"Kau butuh sesuatu?" tanya Nila tak mengubris.

"Aku butuh perceraian."

Hening. Berapa ratus kali pun Ervan minta cerai, selagi ayahnya belum melunasi pembayaran, Nila takkan mengabulkannya.

Nila menghela napas dalam. Saat ini dia tak terlalu takut, Ervan yang tak memiliki tenaga setelah terkena dampak obat, takkan memiliki kekuatan menyakitinya. Nila menatap wajah itu dalam, pria itu amat menyedihkan. Beberapa kali berniat bunuh diri tapi gagal. Nila dijadikan istri pria itu, tak lebih untuk menjaganya dua puluh empat jam. Mereka tak menginginkannya, tapi memberinya obat agar sembuh.

"Itu takkan terjadi dalam waktu dekat," sahut Nila sambil duduk di sisi  ranjang Ervan.

Tiba-tiba Ervan mencengkram lemah lengannya. Mata sayunya menatap Nila. Sinar pasrah dan putus asa.

"Bisa kau membelikan racun untukku?"

Kening Nila berkerut. Itu takkan pernah terjadi.

"Maaf, aku tak bisa lakukan itu."

"Karena uang?" tanya Ervan.

"Tak ada hubungannya dengan uang." Nila menunduk. Sejenak, Ervan bangkit. Menyandarkan kepalanya ke sisi ranjang.

"Apa yang kau pikirkan tentangku? Pasti, pria gila yang menyedihkan."

Nila menoleh, menatap wajah berkeringat Ervan yang mengkilap.

"Aku tak berpikir seperti itu."

"Tak usah munafik. Lihatlah! Andaikan aku waras, aku takkan pernah menyetujui pernikahan denganmu. Gadis kampung yang sama sekali bukan tipeku."

Nila sama sekali tak tersinggung dengan ucapan itu. Apa yang dikatakan Ervan benar.

"Lagi pula, seindah apa tubuhmu, sampai ayahku mengahargaimu ratusan juta?" gumam Ervan sambil menatap tajam Nila. Pandangan ingin tau yang membuat Nila bergidik. Nila merasakan pipinya bersemu. Buru-buru dia meninggalkan Ervan.

"Munafik ...."

Nila mendengar itu.

***
Yang mau baca lebih dulu, bisa baca di karya karsa. Sudah update sampai bab 17.

Link

https://karyakarsa.com/Gleoriud/janji-pernikahan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top