(1b)
Sebelum baca, tekan vote atau bintang di pojok kiri.
***
"Pesan Nyonya, pastikan Tuan Ervan meminum obatnya," kata asisten senior itu pada Nila yang baru saja membuka pintu kamar setelah mendengar ketukan beberapa kali.
Nila memandang nampan berisi segelas air putih dan dua butir obat itu. Dia tak punya hak bertanya lebih banyak, karena yang dia tau, setiap kali selesai meminum obat itu, pria itu akan mengamuk seperti dirasuki setan.
"Nyonya Nila?"
"Eh, maaf," sahut Nila akhirnya sambil mengambil nampan itu dengan gugup.
Pintu ditutup. Dia berjalan perlahan mendekati tempat tidur Ervan. Pria itu tengah menengadah ke langit-langit kamar. Tangannya digunakan untuk bantal. Tatapannya kosong.
Dalam hatinya, Nila merasa kasihan, dia tau, tak seorang pun yang menginginkan Ervan. Dia hanya anak haram yang dianggap sebagai halangan bagi anggota keluarga sah untuk mendapatkan warisan.
Mata tajam Ervan beralih menatap Nila. Nila merasa keringat dingin keluar dari pori-porinya.
"Ervan, obatmu," kata Nila gugup. Hatinya berkecamuk, apa sebentar lagi Ervan akan mencekiknya lagi?
Ervan yang sebeku es, diam saja, tapi matanya menatap Nila yang tengah gemetar sehingga tutup gelas terjatuh.
"Maaf," kata Nila buru-buru memungutnya.
"Kenapa minta maaf?" Suara dingin Ervan terdengar.
Nila meremas kedua jemarinya.
"Aku menjatuhkan tutup gelasnya."
"Jangan terlalu naif, aku tak suka dengan ucapan permintaan maaf, jika kau selesai, kembalilah ke sofamu, parfum murahanmu membuatku tak nyaman."
Mata Nila membelalak. " Benarkah?" Nila mencium lengannya. Bukankah kata Kakak iparnya, parfum itu dari Paris yang khusus dibelikan untuknya. Kenapa Ervan mengatakan parfum dari Paris murahan?
"Ini pemberian kakak ipar," sahut Nila.
Senyum sinis terbit di bibir tebal Ervan.
"Sejak kapan kakak tiriku itu perhatian padamu."
Nila tersadar. Ervan benar.
"Parfum yang kau pakai, tak lebih dari parfum puluhan ribu, yang dipakai orang untuk pemakaman."
Nila menunduk. Merasa matanya panas. Sejenak saling diam.
"Kenapa masih berdiri?"
"Aku harus memastikan, kau meminum obatmu." Nila meremas jarinya lagi dengan gugup.
Ervan bangkit. Meraih gelas itu dan dua obat sekaligus.
"Puas?" tanya pria itu setelah menghabiskan obatnya.
"Aku hanya menjalankan apa yang diperintahkan." Nila berjalan menuruni dua tangga menuju sofa yang berada di kamar Ervan. Tempat dia tidur selama ini.
"Ya, demi uang." Ervan meminum obatnya cepat, bahkan sisa air putih itu berceceran di dadanya. Nila buru-buru merebahkan dirinya di sofa, menutup telinganya dengan bantal, karena dia tau, setelah ini, Ervan akan menjerit dan mengamuk.
***
Yang mau baca lebih dulu, di karya karsa sudah update sampai bab 17
Link
https://karyakarsa.com/Gleoriud/janji-pernikah
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top