🍷 31. Buah Nggak Utuh 🍷

Sore temans, dr. Satrio abis dinas malem. Update dulu ya sebelum mandi😁😁😁

Ocean mulai jengah dengan Satrio yang terus menempel padanya sejak mereka pulang dari liburan singkat minggu lalu. Setiap pagi Satrio mengantarnya bekerja dan datang satu jam lebih awal di jam makan siang. Keheranan Ocean tidak hanya sampai di situ. Hampir setiap ada waktu luang Satrio selalu datang ke kantornya atau mengekor ke mana pun Ocean pergi. Bahkan ke gudang sekalipun, suaminya itu tetap menjadi pengikut setia dan menanyakan banyak hal mengenai cara-cara Ocean menjalankan bisnis mereka.

Kelakuan Satrio itu mau tidak mau jadi mengundang kecurigaan di hati Ocean. Jangan-jangan suaminya itu baru saja melakukan hal yang tidak menyenangkan dan sedang berusaha mencari alibi. Bagaimanapun Ocean tidak suka, Satrio tetap tidak mengindahkan. Suaminya tetaplah pria menjengkelkan dengan banyak alasan yang tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.

"Bisa berhenti mengekori aku tidak, Sam?" tanya Ocean saat sudah sangat jengah.

"Tidak," jawab Satrio. "Aku kan hanya mengikutimu tanpa mengganggu. Di mana masalahnya?"

"Pertanyaanmu yang berulang-ulang itu malesin."

"Sweety ... aww." Satrio terkejut. "Apa salahku sih tiba-tiba kamu jewer begitu?"

Ocean menatap Satrio yang memegangi satu telinganya. "Jangan panggil aku begitu. Aku benci," geram Ocean.

"Baiklah. Jangan marah-marah begitu, Istriku, bisa bikin darah tinggi."

"Capek aku, Sam. Kamu ngikutin terus dan bikin kerjaanku makin banyak dengan pertanyaan yang jelas-jelas nggak penting itu." Ocean mengomel dengan mata menyorot tajam.

"Aku beneran pengen tahu, Cean."

"Kamu cuman nanya begitu karena capek diam. Praktik sana, ini sudah jam berapa?"

"Tapi, Cean, aku mau sama kamu."

Ocean memutar matanya karena jengah. Dia menarik napas panjang supaya emosi yang mulai merambati hatinya lekas turun. Tingkah Satrio benar-benar menyebalkan. Sudah hampir terlambat bagi suaminya itu untuk jam praktiknya. Memang hanya perlu berjalan ke gedung utama, tetapi tetap saja akan terlambat.

"Cari uang sana, Sam!" perintah Ocean jengkel. "Aku mau ponsel keluaran terbaru merek buah nggak utuh dan itu harus dibeli hari ini."

Satrio tertawa senang dan tiba-tiba memeluk Ocean. Ocean terkejut bukan main dengan kelakuan Satrio dan mencoba melepaskan diri. Menyadari usahanya sia-sia, Ocean memilih diam dan menikmati pelukan Satrio dengan mata terpejam. Setelah beberapa kecupan bertubi-tubi di kepalanya. Satrio mengurai pelukannya.

"Aku senang kamu minta itu. Akhirnya ... setelah sekian lama kita menikah, kamu minta juga sesuatu yang membuatku harus lembur," ujar Satrio.

"Kerja sana kalau begitu!"

"Keinginanmu adalah perintah bagi suamimu, Istriku." Satrio mengecup bibir Ocean sekilas dan pergi ke tempat praktiknya.

Ocean hanya bisa menggeleng karena perilaku Satrio yang menurutnya tidak biasa. Handphone keluaran terbaru? Itu hanya akal-akalannya saja supaya Satrio segera pergi bekerja. Ocean tidak ingin pasien Satrio yang jumlahnya tidak pernah sedikit itu harus menunggu lebih lama karena sang dokter masih terus menggoda istrinya.

***

Ocean masuk ke kantin klinik dan mencari Delta yang sudah membuat janji dengannya. Semula, Delta mengajak untuk bertemu di luar, tetapi Ocean tidak mau mencari perkara dengan Satrio sehingga menyarankan pada temannya untuk datang ke klinik saja. Delta menuruti dan di sanalah dia sekarang. Duduk di salah satu meja yang ada di sudut ruangan.

Ocean melangkah santai ke meja Delta setelah mengambil sebotol air mineral lalu duduk tepat di depan temannya yang mungkin sudah lama menunggunya. Delta langsung tersenyum lebar begitu melihatnya dan Ocean hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

"Apa kabar, Cean?"

"Baik," balas Ocean. "Jadi kerja sama untuk produk apa yang sekarang harus kita bahas?"

"Santailah dulu, ini wilayahmu dan kurasa kau tidak khawatir terlambat, bukan?"

"Bukan masalah terlambat, Del. Tapi harus segera kembali bekerja setelah jam istirahat selesai."

"Santai saja kalau menjalankan usaha milik suamimu."

"Milik Satrio atau bukan, namanya bekerja ya harus bekerja."

"Cean, kurasa kita ha ...."

"Bahas apa yang mau dikerjakan segera, Del. Tolong cepatlah sebelum Satrio selesai praktik dan menemukanmu lalu marah-marah serta  mengatakan hal yang tidak-tidak padamu."

"Jangan takut pada suamimu, Cean."

Emosi Ocean kembali tersulut hari itu hingga dia harus menarik napas panjang untuk meredakannya. Dia bermaksud untuk membahas pekerjaan segera supaya Delta tidak bertemu Satrio yang pasti sebentar lagi datang. Jam praktik suaminya itu sudah berakhir satu jam yang lalu dan alasan keterlambatannya bisa jadi karena konsultasi mendesak.

Sebisa mungkin Ocean membuat Delta berbicara seperlunya dan segera angkat kaki dari klinik. Namun, lagi-lagi Delta tidak menangkap maksud baiknya. Temannya ini benar-benar tidak belajar dari pengalaman menyangkut hal yang berurusan dengan Satrio.

"Jadi aku akan mengirimkan susu ibu hamil dan keperluan bayi ke minimarketmu. Diskonmu tiga persen lebih banyak dari sebelumnya. Itu sudah harga maksimal untuk grosir besar."

"Cean, jangan terintimidasi oleh suamimu. Kita bisa ngobrol sebentar, kan?"

"Jatuh tempo pembayarannya dua minggu dariku sementara barang bisa dikirim dua kali seminggu. Kiriman pertama sudah berangkat satu jam yang lalu ke tempatmu."

Ocean terus menjelaskan sistem kerjanya meski Delta tidak mendengarkannya dengan baik. Ada kesalahan pun tidak akan berefek terhadap kerja sama mereka mengingat semuanya sudah jelas dan Delta bukan orang baru dibidang ini. Delta hanya perlu memeriksa saja sesuai dengan surat jalan yang dia berikan.

"Cean, maukah makan siang denganku? Sebentar saja, ada sop ayam di sebelah sini." Delta meminta dengan suara pelan.

"Memang istri siapa yang sedang kau ajak makan siang?" Satrio sudah langsung duduk di salah satu kursi sambil menatap tajam ke arah Delta.

Ocean tidak bisa berkata apa-apa. Dia sudah berusaha menjauhkan Delta dari Satrio, tetapi temannya itu benar-benar bebal. Kalau sudah seperti ini maka tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan lagi. Ocean lelah terus menerus berada di antara teman dan suaminya. Diam bisa jadi keputusan terbaik untuknya.

"Dokter Satrio," sapa Delta.

"Satrio saja. Kau tak pernah jadi pasienku atau kau mau mencobanya sekarang?"

Ada nada tidak senang yang bisa ditangkap jelas oleh telinga Ocean dari nada bicara Satrio. Meski suaranya tidak tinggi, Satrio tetap memiliki aura mengintimidasi yang kental dan sialnya ... suaminya itu terlihat sangat seksi dalam situasi itu.

"Sam," panggil Ocean. "Aku lapar," lanjutnya.

"Tidak usah beralasan, Sayang. Aku tahu maksud tersiratmu." Satrio menampilkan senyum tipis yang maksudnya sudah dipahami Ocean dengan baik.

"Dokter Satrio, Anda tidak bisa ..."

"Aku bisa, Del. Semua bisa kulakukan termasuk mendepakmu dari tempat ini atau kau bisa pergi dengan suka rela. Hanya itu pilihanmu."

"Dokter ...."

"Bahasan mengenai kerja sama sudah selesai. Pergi sekarang!"

Ocean memejamkan mata. Sampai seperti itu Delta masih juga tidak mengerti. Entah apa yang ada dalam kepala temannya itu hingga begitu tahan dengan kalimat Satrio yang tidak mengenakkan.

"Atau ... kerja sama berakhir." Satrio mengancam.

Ocean tahu perkataan Satrio tidak main-main. "Sam ayo keluar!" Ocean menarik tangan Satrio hingga suaminya itu bangkit. Ocean menggandeng lengannya seraya menyandarkan kepala di bahu Satrio. "Aku mau mainan yang aku minta tadi."

Satrio menatap ke Ocean lalu senyumnya muncul. "Baiklah, Sayang. Ayo kita pergi," sahutnya menyetujui. "Dan kau ...."

"Ayo, Sam." Ocean menarik tangan Satrio supaya berjalan bersamanya keluar kantin. "Keburu jam makan siang habis.

Satrio merangkul bahu Ocean dan membawanya menuju mobilnya. Ocean bersyukur, setidaknya Satrio tidak mengeluarkan kata-kata yang lebih kasar lagi kepada Delta. Ocean benar-benar merasa tidak enak kalau sampai hal itu terjadi.

Deltaa, angel temen kandananmuu. Kelihatannya dia seneng kok diomeli Satrio🙄🙄

Tekan ⭐ di pojok kiri buat saia ya, temans. Jangan pelit² 🤭🤭

Btw besok waktunya Lukisan Hening. Jangan lupa mampir yess🥰🥰

Love, Rain❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top