[7] Diejek Vero
Impian setiap perempuan adalah memiliki tubuh yang seksi. Punya banyak dress cantik yang melekat indah di tubuh tanpa ada lipatan lemak yang mengganjal di pinggang, perut serta punggung. Apalagi, melihat banyaknya perempuan kurus memakai kaos dengan celana jeans yang memperlihatkan lekuk tubuhnya tanpa ada lemak. Tak jarang, perempuan berusaha menjaga bobot tubuhnya agar tidak melebihi batas ideal. Di mulai dari menjaga makanan, minuman serta asupan nutrisi lainnya.
Cantika menutup majalah yang di bacanya. Selalu saja, berita di majalah mengharuskan menjaga makanan, minuman serta nutrisi lainnya agar menjaga berat badan. Cantika mengambil kalender di atas nakas, lalu mencoret tanggal sepuluh. Itu artinya, sudah sepuluh hari, Cantika melakukan olahraga hiit kardio. Cantika mengembuskan napas ketika memegang lipatan lemak di pinggangnya. Padahal, Cantika sudah berusaha mengatur kalori yang masuk ke tubuhnya. Cantika meletakkan kembali kalender di atas nakas, lalu merubah posisi duduknya menjadi berbaring. Sejak diet, Cantika selalu mengurung diri di kamar, apalagi setiap jam makan malam. Katanya, Cantika tidak ingin makan malam, agar dirinya tidak semakin gendut.
Gagang pintu yang dibuka menampilkan perempuan paruh baya yang membawa nampan berisi makanan dan minuman. Perempuan itu menggeleng melihat Cantika yang selalu saja menelungkupkan kepala di bantal.
"Sayang... makan malam dulu yuk. Mama udah bawa makanan kesukaan kamu loh," bujuk Rida duduk di tepi kasur mengusap rambut ikal Cantika.
Cantika mengubah posisinya menjadi duduk di samping sang mama.
"Cantika udah bilang, kalau Cantika kenyang," balas Cantika memeluk bantal guling.
Rida tersenyum menjawil pipi cuby Cantika.
"Yakin? Bukan karena diet?" tebak Rida.
Cantika menggeleng cepat dengan mengatupkan bibir. Rida hanya menghela napas.
"Sayang... setiap jam makan malam, kamu selalu nggak makan. Mama takut, kamu sakit," tutur Rida khawatir.
"Ma, Cantika nggak lapar ...." Cantika tetap keras kepala, membuat Rida semakin menghela napas.
"Sayang... tujuan kamu diet itu untuk apa?"
Cantika menoleh menghadap sang mama.
"Cantika mau kurus, biar orang-orang nggak ejek Cantika lagi."
"Kenapa? Kalau tujuan kamu diet seperti itu salah, Sayang. Harusnya, kamu diet untuk menjaga tubuh biar nggak mudah datang penyakit. Kalau kamu diet, hanya untuk dipandang orang biar menarik, untuk apa? Yang ada, kamu tersiksa, Sayang," nasihat Rida.
Cantika memeluk Rida dari samping. Cantika meletakkan kepalanya di ceruk leher Rida. Rida yang tahu, jika Cantika dalam mode manja membalas memeluk Cantika.
"Jadi, apa yang harus Cantika lakukan Ma?" lirihnya sendu.
Rida mengurai pelukan mereka, menatap Cantika yang mulai menangis.
"Sayang... kamu itu cantik. Makanya, Mama beri nama kamu Cantika. Masalah berat badan, itu karena kamu nggak bisa menjaga makanan, minuman yang masuk ke tubuh. Siapa bilang kamu jelek? Mirip paus?"
"Banyak Ma... bahkan, cowok yang Cantika suka ejek Cantika paus cantik," Cantika memanyunkan bibirnya membuat Rida terkekeh.
"Itu, tandanya dia suka sama kamu. Buktinya, dia goda kamu sampai kamu marah kan?"
Cantika menggeleng lemah.
"Bukan Ma. Dia suka sama Alya yang punya badan seksi, tinggi, cantik lagi. Dimata laki-laki, Alya sempurna. Banyak yang suka sama Alya," cerocos Cantika.
Rida tersenyum menggeleng. Usia Cantika yang mulai beranjak dewasa, membuat Rida harus ekstra memperhatikan apa yang dilakukan Cantika dan Wira. Karena, mereka masih dalam pengawasan Rida dan Harry. Mereka membebaskan Cantika dan Wira dalam melakukan sesuatu-dalam artian hal positif, bukan negatif.
"Sayang... tak ada yang sempurna didunia ini. Apalagi, manusia. Kamu tahu? Kecantikan yang sesungguhnya berasal dari hati," terang Rida.
Cantika menatap Rida dengan lekat. Cantika merasa penasaran, mengapa cantik yang sesungguhnya itu berasal dari hati.
"Kenapa gitu Ma? Bukannya cantik itu dilihat dari fisik?"
"Nggak, Sayang... cantik itu, dari dalam dulu, baru di luar. Sekarang Mama tanya. Seandainya Mama kembar, kamu pilih Mama yang cantik, tapi, hatinya nggak baik, atau Mama yang wajahnya biasa aja, tapi, hatinya baik?"
Cantika mengerutkan dahi berpikir. Bingung memilih, namun setelahnya Cantika menentukan pilihannya.
"Hum, Cantika mau Mama yang wajahnya biasa aja, tapi, hatinya baik."
"Nah, kamu udah tahu jawabannya kan, Sayang? Bagaimana pun fisik seseorang itu, nggak menjamin dia baik, atau sebaliknya. Kadang, sebagian dari mereka menyimpan duka yang nggak pernah kita tahu. Kita nggak bisa menilai seseorang dari tampilan luarnya aja," lanjut Rida.
"Oh, jadi, maksud Mama, kita harus mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan? Nggak boleh mengeluh?"
Rida menjawil pipi cuby Cantika kembali dengan gemas.
"Kenapa putri Mama satu ini, lama loading, hum?"
Cantika memanyun bibir, mengusap pipinya yang dijawil Rida.
"Mama... sakiiit ...."
Cantika merengek manja membuat Rida terkekeh.
Kruk... Kruk...
Cantika memegang perutnya yang berbunyi nyaring. Rida tersenyum mengambil nasi di nampan yang berisi ayam goreng kecap ditambah sayur selada.
"Ayo, makan. Mama suapin. Boleh diet, untuk hidup sehat. Jadi, jangan pernah berpikir kalau diet ketat itu bisa menurunkan berat badan. Yang ada, setelah berat badan turun, penyakit berdatangan," tutur Rida.
Cantika mengangguk membuka mulut, ketika Rida menyuapkan satu sendok nasi beserta suwiran ayam ke mulutnya.
***
Seperti biasa, setiap pagi-Cantika melakukan olahraga. Kali ini, Cantika merubah misinya untuk diet-hidup sehat. Cantika masih melakukan olahraga hiit kardio. Namun, tidak terlalu intens dipaksakan. Cantika juga ingin mengurangi porsi makanan yang sebelumnya sangat banyak menjadi sedikit. Cantika memperbanyak konsumsi air putih. Setiap pagi-Cantika menyeduh teh hijau yang banyak manfaatnya bagi tubuh. Cantika memilih konsumsi teh hijau, karena anjuran dari sang mama. Asal... jangan mengkonsumsi berlebihan.
Pagi Cantika di awali senyuman ketika mulai memasuki sekolah, membuat banyak pasang mata melihat Cantika yang berjalan melewati koridor sekolah. Ada yang berbisik-bisik, ada pula yang terang-terangan mengejeknya. Cantika menanggapi dengan senyuman.
Seseorang yang selalu mengejeknya berpapasan dengan Cantika dengan senyum mengejek.
"Eh, ada paus cantik. Kok, senyum sendirian? Udah nggak waras lo?"
Cantika memutar bola mata, menghela napas.
"Kenapa? Kalau gue nggak waras, gue cekik lo," sarkas Cantika mendengkus.
"Aw, takut ...." Orang itu tertawa mengejek Cantika.
Cantika yang kesal, menginjak sepatu orang itu dengan kuat.
"Awhs! Kaki gue ...."
Orang itu meringis kesakitan memegang kakinya yang diinjak Cantika.
"Mampus lo!"
Cantika mengibaskan rambut ikalnya mengenai wajah orang itu.
"Shit! Cantikaaa!"
Cantika tersenyum mengejek.
"Iya, Verooo....."
Vero dengan cepat melangkah mendekati Cantika. Namun, Cantika dengan gesit menghindar berlari dari amukan Vero. Terlihat aksi saling kejar-mengejar, membuat mereka menjadi pusat perhatian seluruh murid.
Alya yang memperhatikan dari jauh, interaksi Vero dan Cantika tersenyum miris.
Andai gue bisa tertawa lepas kayak lo Cantika... pasti, hidup gue nggak kayak sekarang, lirih Alya dalam hati.
Alya menghapus air mata yang menggenang di pelupuk matanya menyusul Cantika ke kelas.
TBC
Jangan lupa saran dan kritik 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top