5. saat pelajaran olahraga.

Suzuran highschool

Aku sungguh tidak bersemangat dalam olahraga,  mungkin karena aku sudah melupakannya selama setahun lebih.

Dan sialnya kali ini kelas olahragaku digabung dengan kelas tiga.

Semua siswa sudah berkumpul dilapangan dan guru menyuruh kami untuk melakukan sebuah pertandingan.

Aku mundur perlahan agar guru tak menyadari keberadaanku dan tak menyebutkan namaku untuk ikut bertanding basket.

Dan dugaanku benar aku tidak disebutkan dan aku merasa sungguh senang namun didalam lubuk hatiku aku merasa sakit dan aku harus menahannya dan tetap diam.

Aku duduk bersama mei di pinggir lapangan.  Memutar bola dilantai sambil sesekali melihat pertandingan mereka.

Telingaku penuh dengan teriakan fujjoshi akut.  Secara yang bermain anggota sezone cowok lebay.

Di menit 45 tinggal 15 menit wasit meminta jeda istirahat,  aku melihat skor dan sungguh mengerikan.  30:10
Tigapuluh untuk kelas tiga dan 10 kelas satu itu sungguh memalukan.

Dan pertandingan tinggal 15 menit.  Membuat naluri kepahlawanan ku bangkit dan rasa sombongku akan kemampuanku muncul. Aku meminta masuk dalam tim dan aku di ijinkan.

Peluit dibunyikan,  saat lemparan bola aku berhadapan dengan kento.  Dalam postur tinggi mungkin aku kalah aku melihat dia meyeringai dihadapanku tapi jangan pikir aku selemah itu.

Dan..... Lompatan ku berhasil meraih bola,  mendrible menuju ring dan masuk.

Itu bukan hambatan buatku,  dengan tubuhku yang kecil itu sungguh terasa mudah. Aku melihat mereka makin emosi pasalnya hanya karena aku masuk aku dapat menyamai kedudukan .

Karena seri guru menyarankan satu kali putaran. Aku berhadapan dengan kento,  mengambil ancang ancang,  dia pasti membaca bahwa aku akan melompat lagi dan dugaannya salah.  Saat dia melompat berhasil meraih bola dengan senyum tipisku aku dapat mengecoh konsentrasinya dan aku dapat merebut bolanya dan.......

Pritt...... Suara peluit menandakan bola masuk dan pertandingan usai.  Lemparan dengan poin ganda aku dapatkan dan kedudukan kini berbalik 30 : 33.

"kanata kamu hebat..... " kata mei memberiku minuman dingin.

Aku sungguh puas dengan permainan kali ini,  aku juga sungguh senang getaran di tanganku tidak kambuh dan aku bisa menyombongkan kekuatanku pada mereka.

......
Sezone

"kanata benar benar..... Dia mengalahkanmu." sindir fuma kikhuici.

"yang tersindir itu bukan aku,  lihat wajah marius yo dia sungguh suram.  Ketua club basket dan menjabat sebagai captain basket selama berabad abad dikalahkan dalam waktu 15 menit dan parahnya dia adik kelasnya. " kata kento terkekeh.

" aku akan membuatnya masuk dalam tim basket. Aku sungguh kagum dengan kekuatannya aku pikir dia uke. " jawab marius.

" apa.... Uke..... Apa kamu sedang berbicara tentang yaoi. " sou matsushima menimpali.

"tapi bukankah dia terlihat seperti uke dan dia terus mengikui mei kekasihmu. "sela fuma kikuchi.

"kalau begitu itu kesempatanku buat mendapatkan hatinya. " kata shori shato

"bukan hanya kau aku juga akan membuatnya menyukaiku. " bantah fuma.

"apakah kalian akan mengumumkan kalau kalian seorang yaoi dan hanya aku dan kento yang menyukai seorang gadis. "jawab  sou karena dia kini mempunyai kekasih seorang wanita.

"kanata terlalu kuat untuk dikatakatan sebagai uke. " kata kento membuat semuanya terdiam.

Kento meninggalkan lapangan basket.

"jangan bilang kalau kento juga yaoi. " kata sou bingung.

" kalaupun iya aku akan bersaing untuk mendapatkan  kanata. " jawab shori yakin.

.........

Suzuran highschool
Kelas 1-A

"kanata jangan lupa nanti kita ke club memanah." kata mei mengingatkanku.

" baik..... "

Saat kelas selesai kami bergegas menuju club memanah dan mengganti seragam.

Kali ini tidak ada kegiatan memanah namun ketua club menyarankan agar terus berlatih sebentar lagi ada pertandingan.  Dan aku sungguh bersyukur tak ada latihan untuk siswa pria karena pertandingannya untuk para srikandi.

Tanganku terasa sakit dan kini bergetar aku meminta ijin untuk keluar dan pulang terlebih dahulu.

Aku duduk di taman sekolah dekat gerbang masuk,  aku merasakan tanganku benar benar sakit hampir saja aku menetes kan air mata.

" kanata..... " seseorang menyapaku ternyata dia shori

" kita pulang bareng yuk,  "

Shori mengajakku pergi bersamanya pulang dengan menggunakan kereta bawah tanah. Aku menyembunyikan tanganku di bawah tas ku. Aku terdiam menahan sakit.

Sesampai dipemberhentian pertama shori berpamitan karena rumahnya sampai dipemberhentian pertama sedangkan aku ada di pemberhentian ketiga.

Aku menundukkan wajahku,  mengepalkan tangan dan membukanya kembali agar sakitnya sedikit berkurang nyatanya tidak aku akhirnya menyerah dan menangis lirih. Aku merasa kan tetesan airmataku jatuh ditanganku yang semakin sakit.

Tiba tiba seseorang datang memegang daguku dan mengarahkan tatapanku padanya.  Kento mengusap airmataku, lalu memijat perlahan tanganku. Aku sempat menolak namun ia terus memaksa.

Perlahan dan rasa nyerinya mulai berkurang.

Sedari tadi kento mengikuti kanata dan shori dari belakang. Sebenarnya jarak rumahnya dengan sekolah dekat dia tidak perlu naik kereta.

"jangan memaksa untuk melakukannya. " kata kento

Aku tak bisa menjawab,  dia tahu akan kondisiku dan aku tak perlu membuat pembelaan karena dia mungkin akan tetap menceramahiku seperti ayah yang menceramahiku.

"kenapa kamu terus mengikutiku. "

"aku tahu tanganmu akan terasa sakit. Jadi aku mengikutimu. "

"ha......... "

Oh tidak...... Kento terang terangan pada kanata. Akankah kanata juga merasa hal yang sama.

"apa kamu sungguh gila. " kataku kaget

" sudah baikan...... "

"iya.... Terimakasih sudah membantuku. Tapi......... Kenapa..... ?" tanyaku bingung.

"aku akan berhenti di pemberntian kedua pastikan kamu untuk pergi kerumahsakit tanyakan pada dokter kenapa tanganmu kini bergetar dan disertai rasa sakit. "

Kento turun dari kereta di pemberhentian ke dua.

Aku terus memandangi punggungnya yang mulai menjauh dari kereta. Karena penasaran akan rasa sakit yang tiba tiba aku mampir kerumahsakit untuk menemui dokter.
Mengejutkan,  dokter sungguh prihatin episode rasa sakit itu pertanda akan terjadi kelumpuhan pada jariku.

Ayah tiba tiba datang dengan semua kecemasannya,  ternyata dokter diam diam memintanya datang.

Dan aku dinyatakan harus melakukan operasi minggu depan.  Itu sudah keputusan ayah dan aku tak mampu menolaknya.

Ayah menepuk punggungku dan sesekali mengusap ujung kepalaku dan memelukku.

"kanata harus kuat,  ayah akan terus bersamamu. " kata ayah menenangkanku dan meyakinkan aku bahwa aku harus tetap kuat dan tidak boleh menangis.

.....

..
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top