19. Kehilangan itu....?! "
Saat pagi di rumah Kanata.
Kento terbangun dari tidurnya bibirnya perih. Sontak membuatnya ingat akan kejadian semalam. Segera menghampiri Kanata namun tidak di dapatinya kanata di kamarnya mencari keseluruh rumah bahkan ayahnya juga tidak iya temui.
Mengambil ponsel hendak menghubungi Kanata namun tiba tiba panggilan muncul.
Dari rumah sakit.
"Dokter..... Bisa datang kerumah sakit, ada pasien darutat. Mohon bantuannya. "
Dalam keadaan masih kacau Kento mengemudi untuk segera sampai dirumah sakit. Bergegas menuju ruang gawat darurat.
"Apa tidak ada dokter jaga....?!" teriak Kento pada suster. Karena pasien telat perawatan.
"Dokter jaga tidak mau melakukannya dengan alasan itu bukan bagiannya. "
Kento makin kesal tentang sistem rumah sakit, setelah selesai melakukan perawatan dan pasien sudah dibawa keruang rawat, Kento dengan kesal menuju ruang dokter yang mengujinya.
"Selamat siang Dr. Brian kenapa saya terlambat mendapatkan lisensi saya, apa saya kurang mumpuni dibidang ini. "
"Hmmmm, sebenarnya sudah saya serahkan pada Direktur, malah aku kira kamu sudah jadi anggota staf dokter dirumah sakit dengan jadwalmu yang padat. "kata dokter Brian membuat kento pusing memijat pangkal hidung dan bernafas kasar.
"Terimakasih Dr. Brian atas bantuannya selama ini. Mungkin ada kesalah pahaman selama ini. " membungkuk sopan dan meninggalkan ruangan Dr. Brian
Dengan perasaan kesal Kento masuk dalam ruangan direktur.
"Selamat siang direktur......"membungkuk sopan
"Oh... Dr. Kento selamat siang" senyuman palsu.
"Hmmm, saya kesini untuk mendapatkan lisensi saya Direktur. "
"Oh.... Tentang itu, kenapa kamu membutuhkannya toh kamu sudah bekerja disini. "
"Saya harus mendapatkan itu, saya harus kembali ke kampus untuk wisuda saya dan saya ingin mengambil gelar dokter spesialis. "
"Kenapa kamu membutuhkannya, tak perlu lah kamu sekolah lagi toh rumah sakit ini bakal menjadi milikmu"
Mendengar perkataan direktur membuat Kento semakin kesal, kenapa tiba tiba dia mau menyerahkan rumah sakit yang dia butuhkan hanya lisensi dokter itu.
"Aku mohon berikan lisensi itu. " membubgkuk sopan. Direktur berdecih membuat Kento mengepalkan tangannya Kento semakin kesal.
"Dengan satu syarat. " direktur memberikan kesepakatan.
"Nikahi putriku dan kamu akan mendapat lisensi itu serta rumah sakit ini atau.....? "
"Atau apa.... " sela Kento dengan nada tinggi.
"Atau kau keluar dari sini dan tidak mendapatkan lisensi itu bahkan saya akan memboikot kamu tidak bisa magang dimanapun. " menunjuk kearah mata Kento.
Kento membungkuk sopan,
"Maaf saya tidak menjual diriku untuk jabatan itu. "
Kento melangkah keluar,
"Apa kau yakin, kau itu sama seperti ayahmu sangat angkuh. Mempertahankan harga diri. Tahu gini aku lebih awal menghancurkan kalian, ayahmu keluar tahun lalu bukan mengundurkan diri tapi aku usir dia dengan data merah, lihat sampai sekarang pasiennya hanya satu, kekasih jalangmu itu. "
Kento naik pitam, berjalan menuju meja direktur menarik kerah direktur menyeringau keji, hancurkan saja sampai akarnya tapi lihat siapa yang akan lebih rugi aku atau kamu.
Kento sudah tidak memperlihatkan rasa sopannya, membuang seragam dokter dan pergi menuju kamarnya. Kamar yang ditinggali selama ini, kamar yang rela dia tempati meninggalkan Kanata sendirian. Kento menyesal dan mulai meneteskan air mata.
Tiba tiba Nazomi datang, membuka kancing bajunya memperlihatkan dada besarnya dan duduk dipangkuan Kento.
"Jangan marah Kento, aku akan membujuk ayah, tidurlah bersamaku. "
Kento menyeringai keji, dia mengancingkan kembali baju Nazomi berbisik lirih tepat ditelinganya.
"Maaf aku tidak suka jalang yang menyodorkan tubuhnya kearahku. "
Melempar Nazomi kekasur miliknya, dan meninggalkan Nazomi yang tengah marah.
"Lihat saja nanti Kento, kamu akan menyesal melakukan ini padaku. Aku akan membuat kamu menangisi kepergian Kanata. " guman Nazomi memukul kasur,
"Oh, jalang yang malang. "guman thor thornya
...
Jangan lupa vote
Terimakasih sudah menyempatkan membaca semoga harimu menyenangkan
Musmuslove
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top