Persiapan Pementasan Drama
Thomas Wagner, ketua kelas 1A meminta perhatian teman-teman sekelasnya. Dia menulis besar-besar di papan tulis; "Festival Ulang Tahun SMA Dinding Titan".
"Ini tahun pertama kita merayakan festival ulang tahun SMA kita, sekolah menyuruh kita untuk membuat booth dan bekerja sama untuk meramaikannya. Kita boleh membuat acara apapun, tapi aku baru saja dapat bocoran kalau semua acara yang kita buat untuk festival itu akan dinilai oleh para guru dan pemenangnya akan mendapatkan uang!"
Mendengar ada festival berhadiah uang itu, teman-teman sekelas langsung bersemangat semuanya. Masing-masing dari mereka berlomba-lomba memberikan ide, sampai bertengkar sendiri. Akhirnya Thomas memutuskan bahwa mereka akan mementaskan drama Snow White.
Siswa kelas 1A sangat bersemangat sehingga mereka lupa waktu untuk mempersiapkan pementasan drama itu sebaik-baiknya. Akibatnya, Jean kelaparan di atap sekolah, perutnya sampai menggerutu beberapa kali.
"Sepertinya kalau belum dihajar, bocah itu tidak akan ingat pada tugasnya!" Jean meninggalkan atap dan menengok kelas 1A. Begitu melongok ke dalam kelas, seisi ruangan yang tadinya riuh karena sedang seru latihan drama jadi terdiam melihat Jean.
Mereka langsung masuk ke dalam gosip-mode.
"Eh, itu pacarnya Armin, kan?"
"Heee? Masa mereka sudah pacaran?"
"Armin suka sama cowok?" Connie terkejut, "tahu begini aku sudah deketin dia dari dulu!"
"Tanya saja sama Sasha!"
"Bener gak Sha?"
"Ehh ... Aku tidak tahu sih, tapi memang setiap hari Armin minta aku untuk mengantarkan bento untuk Jean."
Mendengar pernyataan Sasha, sekelas langsung heboh karena kabar burung itu ternyata benar.
"Pasti Armin meminta Sasha mengantarkan bentonya biar gak ketahuan kalau dia dan Jean itu mahoan."
"Kok cowok sama cowok sih? Kan aneh ..." gerutu Nact.
Connie masih meratap, "aku tidak akan menyerah! Sekalipun janur kuning sudah melengkung, akan kurebut shota moe itu dari kuda lumping buruk rupa!"
"Hei!" Jean membentak, "kenapa pada ribut sendiri sih? Aku cuma tanya kalian melihat Armin tidak?!"
"Dia sedang sibuk di ruang kesenian," jawab Sasha.
"Nah, begitu kan selesai urusannya. Permisi," Jean meninggalkan kelas 1A tersebut menuju ruang kesenian.
Baru saja Jean menghilang dari kelas 1A, Armin muncul di sana, "hei, lihat! Kudanya sudah selesai, kami membuatnya dengan serius loh, bagaimana menurut kalian?"
Armin dan tim dekornya mempertontonkan hasil kerja keras mereka, seekor kuda lumping yang dibuat dengan sangat rapi.
"Wah bagus sekali! Rapi sekali, Armin!"
"Tadi pacarmu datang, Min!" seru seseorang.
"Pacar? Aku masih jomb..."
"Jean dari kelas 1B!"
Armin merasa atap sekolahan runtuh dan menimpanya seketika itu juga. "D-dia bukan pacarku! Fitnah!"
"Ciee malu-malu," ledek teman-temannya.
"Lihat pipinya memerah tuh...," lanjut mereka.
"Bukan! Ruang kesenian itu panas banget, lihat, muka yang lainnya juga merah kan?" Armin menunjuk tim dekornya yang lain.
"Ngomong-ngomong, Armin, bisa kita ngomong sebentar?" tanya Thomas, lalu membawa Armin keluar kelas untuk bicara berdua di koridor.
"Tentu saja, ada apa?"
Baru setelah tidak berada di hadapan teman-temannya, Thomas menunjukkan perasaan sesungguhnya dengan wajahnya yang pucat, penuh dengan kelelahan.
"Ke-kenapa kamu, Thomas?"
"Ini soal Mikasa ... Kau tahu dia yang memerankan Snow White, kan? Tapi ekspresinya suram sekali. Bukannya membuat panggung jadi berseri-seri tapi membuat suasana jadi horor!" Thomas memijit pelipis kepalanya yang pusing.
"Thomas, ada satu hal yang perlu kau ketahui soal Mikasa," kata Armin.
"Apa itu?"
"Bila kamu ingin drama ini sukses, kamu harus menyerahkan peran pangeran itu kepada satu-satunya orang di dunia yang bisa menjadi pangerannya Mikasa."
"Siapa?"
"Eren Yeager, kelas 1C!"
"Itu tidak mungkin, Armin, dia dari kelas yang berbeda."
"Kalau begitu, Mikasa harus diganti."
"Tapi siapa yang lebih cantik dari Mikasa?"
"Sasha lumayan, kan?"
"Dia akan makan apelnya sekalipun sudah berbaring di peti mati!"
"Bagaimana kalau Hanna yang jadi Snow White?"
"Hanna pasti maunya Franz yang jadi pangeran!"
"Berikan saja pada Franz."
"Tidak mau! Apa kau tahu impianku sejak kecil?"
"Uhh.... kau masih kecil, Thomas."
"Sejak masih dalam kandungan, ibuku selalu menonton film Hugh Grant. Sejak aku lahir sampai aku bisa berjalan, ibu membuatku menonton film Hugh Grant. Karena itulah, aku bermimpi menjadi seorang aktor film romantis!"
"Yah... stok cewek di kelas kita cuma segitu. Kita tidak bisa pakai Mikasa, Sasha, dan Hanna," Armin menunjuk jari-jari tangannya saat dia menyebutkan masing-masing nama mereka.
"Selain mereka jelek-jelek semua! Aku tidak mau! Ketampananku akan terbuang sia-sia kalau Snow Whitenya jelek!" Thomas stres sekarang.
"Kalau begini aku juga tidak tahu harus bagaimana," kata Armin, berharap dirinya bisa menemukan solusi demi teman-teman sekelas.
"Bagaimana kalau kamu saja?"
"Maksudnya?"
"Armin, tanganmu halus, kulitmu halus. Badanmu kurus langsing dan gerakanmu feminim. Kamu banyak melakukan hal-hal yang bisa dilakukan perempuan seperti memasak misalnya, ah, lupakan! Apa kamu sadar kalau kita semua sepakat bahwa yang paling cantik di kelas 1A sebenarnya bukan Mikasa, tapi kamu??"
"Haaaahh???"
Sementara itu Jean sudah sampai di ruang kesenian dan bertanya pada tim dekorasi di sana apakah mereka melihat Armin atau tidak. Dan seperti sebelumnya, tim dekorasi masuk ke dalam gosip-mode sebelum menjawab pertanyaan Jean.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top